JAKARTA — Gorengan tahu bulat satu kantong plastik penuh menjadi kudapan Timon dan tiga orang kawannya saat menikmati senja di jantung Jakarta, kemarin, 4 Juli 2022. Tak lupa minuman es jeruk dalam gelas plastik racikan tukang kopi bersepeda—biasa disebut "starling" atau "Starbucks keliling"—menjadi teman makan tahu bulat di
ruang terbuka hijau itu.
Empat sekawan asal Kota Depok itu kongko di trotoar Jalan Tanjung Karang, Jakarta Pusat. Timon dan kawan-kawan sudah beberapa kali main di kawasan Sudirman ini. Biasanya mereka berangkat dari Stasiun Depok pada siang hari hingga pulang malam. "Di sini asyik, banyak anak muda, tengah kota banget," kata siswa kelas XI SMA itu.
Penampilan Timon cs cukup bergaya. Ia memakai jaket hoodie dengan motif tribal ramai. Sedangkan yang lain memakai jaket coach dengan gambar besar di bagian punggung. Ada juga yang mengenakan kaus pendek oversize alias kebesaran berkelir putih dengan tulisan besar di samping.
Timon mengaku harus tampil kece demi menarik lawan jenis saat kongko di area sekitar Stasiun KRL Sudirman dan Stasiun MRT Dukuh Atas BNI itu. "Setidaknya biar terlihat keren saja," kata dia sambil tertawa.
Anak-anak muda di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, 4 Juli 2022. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Timon dan kawan-kawan hanya ikut-ikutan tren yang sedang ramai di media sosial. Anak muda dari pinggiran Kota Jakarta, seperti Kota Depok serta Kota dan Kabupaten Bogor, memadati kawasan Sudirman dalam beberapa pekan terakhir.
Tak asal kongko, mereka tampil dengan dandanan modis. Tak jarang warganet menyebut kumpulan anak muda itu mirip pameran busana alias fashion show dengan kearifan lokal. "Citayam Fashion Show" adalah sebutan yang ramai diberikan warganet.
Timon tak keberatan jika ia dan kawan-kawan dicap sebagai bagian dari "Citayam Fashion Show". Menurut Timon, ia hanya ikut-ikutan nongkrong di tengah Jakarta. "Yang penting enggak berbuat aneh-aneh. Lagi pula masih libur sekolah, isi waktu saja," kata remaja berusia 16 tahun itu.
Kiki, 15 tahun, juga tampil modis saat ditemui di
kawasan Sudirman, kemarin. Siswi kelas X SMA asal Kabupaten Bogor itu sengaja datang ke
ruang terbuka hijau tersebut untuk jalan-jalan bersama dua kawannya.
Tampilan Kiki pun ciamik. Ia mengenakan celana jins belel oversize dipadukan dengan kaus lengan dan pinggang yang pendek. Ada pula Dela yang memakai celana jins serupa tapi dengan baju kebesaran dan topi putih.
Sama seperti Timon cs, Kiki dan Dela sudah beberapa kali kongko di kawasan Sudirman. Menurut mereka, kawasan perkantoran di pusat Jakarta itu menawarkan daya tarik yang unik. "Keren saja. Ada terowongan (Kendal) yang banyak muralnya," kata Kiki.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan ruang terbuka publik yang banyak tersedia di Jakarta memang menjadi berkah bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Terlebih ruang terbuka di Jakarta ditata dan direvitalisasi dengan konsep yang modern. "Apalagi kalau sudah viral di media sosial, pasti semakin ramai," ujar dia ketika dihubungi, kemarin.
Namun Nirwono yakin tren kongko anak-anak Depok dan Bogor di Dukuh Atas dan Sudirman hanya sesaat. Jika tren di media sosial sudah meredup, kawasan tersebut bakal ditinggalkan oleh pemuda-pemudi penuh gaya tersebut. Selanjutnya, tren bisa menyasar ke lokasi lain.
Nirwono menggarisbawahi soal kebutuhan warga Jabodetabek akan ruang terbuka publik yang sangat besar. Masyarakat sangat membutuhkan ruang untuk bersosial, berinteraksi, dan berekreasi. Beruntung, Jakarta punya cukup banyak taman dan ruang terbuka yang bisa memenuhi kebutuhan berinteraksi dan rekreasi warganya. "Hanya, anak-anak ini mencari yang viral saja di media sosial," kata dia.
Anak-anak muda di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, 4 Juli 2022. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Pengamat tata kota Yayat Supriatna mengatakan kemudahan akses transportasi pemuda-pemudi Depok dan Bogor ke kawasan Dukuh Atas menjadi faktor pendukung. Betapa tidak, ketersediaan KRL dengan tarif terjangkau dan mudah diakses membuat mereka mudah datang ke kawasan Sudirman saban hari.
Selain itu, tidak adanya ruang terbuka yang terkonsep dan modern di wilayah asal menjadi penyebab lain pemuda-pemudi Depok dan Bogor datang ke Jakarta. Maklum, anak muda zaman sekarang punya kebutuhan media sosial. Mereka akan mendatangi tempat yang kekinian dan berpotensi viral.
Ruang publik di kawasan Sudirman dan Dukuh Atas kosong dari warga asli. Walhasil, anak-anak dari luar, seperti Depok dan Bogor, bisa datang tanpa mendapat perlawanan. "Jakarta seperti donat, kawasan di pusatnya cenderung kosong karena untuk perkantoran. Hunian mulai bergeser ke timur, barat, dan selatan," kata Yayat, kemarin.
Menurut Yayat, ruang publik di Jakarta saat ini cukup banyak. Namun sebagian besar belum punya konsep yang ikonik. Selain kawasan Sudirman, Tebet Eco Park sempat viral lebih dulu. Warga dari luar Jakarta berbondong-bondong datang saban hari. Lagi-lagi viral di media sosial membuat masyarakat semakin tertarik.
Walhasil, menurut Yayat, menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyulap ruang terbuka di Ibu Kota agar lebih menarik minat masyarakat. "Taman Kodok, Taman Cattleya, di Jakarta apakah ikonik dan menarik? Seharusnya bisa ramai didatangi orang," kata dia.
Adapun sosiolog dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menyebutkan anak-anak muda yang tinggal di sekitar Jakarta terpaku dalam metrosentrik atau karakter kota yang menjadi kiblat hidup mereka. Kehidupan dan karakter Kota Jakarta membuat muda-mudi Depok dan Bogor semakin tertarik dengan hal baru di Jakarta, termasuk lokasi kongko di kawasan Sudirman yang viral di media sosial.
Selain itu, masih banyak hal viral lain di media sosial tentang Jakarta membuat anak-anak muda itu semakin tertarik dengan gaya hidup perkotaan. "Hal inilah yang mengukuhkan kota sebagai pusat referensi, sebagai pusat rujukan perilaku, rujukan produk, rujukan pemikiran," kata dia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan semua orang boleh datang ke Jakarta, termasuk di kawasan Dukuh Atas dan Sudirman, selama ikut menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan. "Apalagi ini di tengah libur sekolah,” ujar dia.
INDRA WIJAYA | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA (DEPOK)