Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah bersiap melaksanakan imunisasi Covid-19 sembari menunggu kedatangan vaksin.
Salah satunya menggelar simulasi di berbagai fasilitas kesehatan.
Wakil Presiden meninjau langsung simulasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Pemerintah bersiap melaksanakan imunisasi Covid-19 sembari menunggu kedatangan vaksin. Salah satunya menggelar simulasi di berbagai fasilitas kesehatan. "Simulasi ini merupakan bagian dari persiapan pelaksanaan vaksinasi secara keseluruhan," ujar Wakil Presiden Ma'ruf Amin, kemarin.
Ma'ruf meninjau langsung simulasi di Puskesmas Cikarang, Jawa Barat. Di sana, dia menyaksikan standar operasi pemberian vaksin, dari pendaftaran peserta, pemeriksaan kesehatan dasar, hingga penyuntikan. Penerima vaksin kemudian diobservasi selama 30 menit untuk melihat reaksi setelah pemberian antivirus.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berencana menggencarkan simulasi tersebut. Di Jawa Barat, misalnya, simulasi dilakukan di Bogor dan Depok. "Kalau vaksin itu sudah ada, kita tinggal melaksanakan. Supaya tidak kagok, tidak gagap," katanya. Dia menyatakan telah melatih sekitar 23 ribu tenaga kesehatan untuk melaksanakan program ini.
Presiden Joko Widodo berharap imunisasi dimulai antara akhir 2020 dan awal 2021. Pemerintah sedang menunggu lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menggunakan vaksin di dalam negeri. Salah satu sumber vaksin itu berasal dari Sinovac Biotech Ltd., yang tengah menyelesaikan uji klinis fase 3.
Vaksin tersebut akan didatangkan oleh PT Bio Farma (Persero). Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin, menyebutkan perusahaan akan mengirim produknya hingga ke fasilitas kesehatan tingkat provinsi untuk program vaksinasi pemerintah. Distribusi selanjutnya akan dilaksanakan Kementerian Kesehatan dengan memanfaatkan sarana pengiriman vaksin. Untuk program vaksin mandiri, distribusi akan dilakukan oleh anak usaha Bio Farma sekaligus perusahaan swasta.
Budi menuturkan, pemerintah telah menyiapkan seluruh sarana distribusi vaksin. Untuk penyimpanan, pemerintah memiliki sarana cold room berkapasitas 905 meter kubik dan fasilitas pendingin berkapasitas 49 ribu meter kubik dengan suhu 2-8 derajat Celsius. Vaksin akan diantar menggunakan truk dan sepeda motor yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin serta sistem pelacak.
Menurut Budi, pemerintah sedang merancang sistem informasi digital yang dapat merekam kegiatan distribusi vaksin. Sistem tersebut akan merekam beragam informasi yang berkaitan dengan vaksin, seperti nomor serial vaksin, tujuan pengiriman, dan penerima vaksin. Fasilitas kesehatan yang terlibat dalam proses imunisasi akan diberikan akses terhadap sistem tersebut.
Budi mengatakan platform digital ini dikembangkan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk bersama PT Bio Farma (Persero). Dia berharap program tersebut siap diuji coba pada Desember 2020, sehingga akan siap beroperasi tahun depan.
Direktur Digital Business Telkom, Fajrin Rasyid, menuturkan, selain data vaksin, platform ini berisi informasi mengenai penerima vaksin. Di dalamnya akan terintegrasi data dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, BPJS Kesehatan, BP Jamsostek, TNI, Polri, hingga operator telekomunikasi.
"Sistem ini juga untuk memantau hasil vaksinasi agar kita mengetahui siapa yang sudah divaksin, di mana mereka tinggal, juga laporan tentang kejadian ikutan pasca-imunisasinya," kata Fajrin.
EGI ADYATAMA | VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo