JAKARTA — Dua unit mobil Mikrotrans atau angkutan kota berkelir putih dan biru terparkir di Halte Goethe Institute di Jalan Dr GSSJ Ratulangi, Jakarta Pusat, kemarin, 31 Januari. Pangkalan
angkot mewah Mikrotrans itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari Stasiun Gondangdia.
Berbeda dengan Mikrotrans pada umumnya, dua angkot ini tampil lebih modern. Hal yang paling menarik adalah mobil ini tampak nong-nong. Ya, bagian atas depan mobil terlihat lebih menonjol. Sebab, tersemat layar LCD sederhana berkelir merah yang menampilkan rute yang dilalui mobil Mikrotrans ini.
Beralih ke bagian interior, tampak sepuluh bangku yang posisinya berhadapan. Setiap bangku memiliki sabuk pengaman. Ditambah satu kursi di sebelah pengemudi, total angkot modern ini mampu membawa 11 penumpang.
Uniknya, kondisi di dalam kabin terasa adem lantaran dilengkapi penyejuk udara. Karena itu, angkot anyar ini diberi nama Mikrotrans ber-AC. Selain itu, unit Mikrotrans ini dilengkapi layar monitor nan lebar yang terpasang di belakang kursi pengemudi.
Pada layar tersebut terlihat sejumlah informasi, seperti posisi kendaraan, tujuan selanjutnya, hingga video
real-time rekaman kamera CCTV dari luar kendaraan. Di atas monitor terpasang alat ketuk kartu pembayaran
JakLingko. Posisi mesin ketuk kartu tampak mudah diakses oleh penumpang termasuk yang duduk di samping pengemudi.
Sebuah layar kecil juga tersemat di tengah dasbor yang menghadap ke arah pengemudi. Dari layar tersebut, pengemudi bisa melihat rekaman langsung kamera CCTV dari empat sudut luar mobil. Namun bedanya, tak ada kartu pengenal pengemudi yang terpasang di atas dasbor.
Interior angkutan perkotaan (angkot) Mikrotrans yang difasilitasi oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan PT Transjakarta memiliki fasilitas penyejuk ruangan (AC), sistem keamanan, hingga pintu otomatis, di Jakarta, 31 Januari 2022. TEMPO/Randy Davrian
Salah seorang pengemudi Mikrotrans ber-AC, Robby Bachtiar, mengatakan papan identitas pengemudi memang sewajarnya terpasang di atas dasbor. Alasannya, demi memberikan rasa aman kepada para penumpang.
Namun khusus untuk unit
Mikrotrans ber-AC, papan identitas pengemudi belum terpasang di atas dasbor. Alasannya, jika papan identitas pengemudi dipasang di atas dasbor, justru berpotensi menghalangi pandangan pengemudi saat mobil berjalan.
Sebagai gantinya, kata Robby, ia dan kawan-kawan memakai tanda pengenal berbentuk kalung. "Belum diarahkan untuk kartu pengenal pengemudinya di mana," kata Robby.
Selain memantau situasi dari layar monitor, pengemudi bisa membuka dan menutup pintu yang tersemat di pintu utama dengan berbekal sebuah tuas yang terhubung dengan tenaga hidrolik. Walhasil, penumpang tak perlu repot membuka dan menutup pintu secara manual.
Faktanya, dua unit mobil angkot baru itu menjadi bagian dari 60 unit Mikrotrans ber-AC yang sedang diuji coba oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Transjakarta. Untuk kebutuhan percobaan, 60 unit Mikrotrans itu beroperasi dengan trayek Stasiun Gondangdia-Jalan Srikaya dan Kelurahan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Lantaran masih dalam uji coba, unit mobil Mikrotrans ber-AC belum melayani penumpang.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan program Mikrotrans ber-AC ini merupakan salah satu upaya memanjakan pelanggan agar lebih nyaman dalam mobilitas. Untuk saat ini, Syafrin mengatakan baru 60 unit angkot ber-AC yang diluncurkan.
Menurut Syafrin, peluncuran layanan Mikrotrans ber-AC merupakan upaya DKI meningkatkan kenyamanan penumpang. Untuk saat ini, layanan Mikrotrans ber-AC akan diprioritaskan untuk trayek kawasan terintegrasi, seperti stasiun kereta api yang sudah mengalami penataan dan jalur yang belum dilintasi bus
Transjakarta. Harapannya, pemilihan trayek ini dapat memenuhi cakupan area layanan menjadi 95 persen.
"Saya berharap operator bus kecil memahami implementasi Mikrotrans AC ini. Tentu program ini akan dilaksanakan secara bertahap dan konsisten," kata Syafrin, Ahad, 30 Januari lalu.
Sementara itu, Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta, Angelina Betris, mengatakan sejauh ini peluncuran dan uji coba Mikrotrans ber-AC berjalan dengan baik. Betris mengatakan, untuk tahap awal, 60 unit Mikrotrans ber-AC itu bisa segera melayani penumpang. Pihak Transjakarta pun berharap seluruh unit Mikrotrans di DKI bisa memberikan kenyamanan penyejuk udara. "Dengan begitu, masyarakat bisa merasa lebih nyaman ketika beraktivitas bersama kami," kata Betris ketika dihubungi, kemarin.
Menurut Betris, Transjakarta dan Pemprov DKI selalu berupaya meningkatkan kualitas layanan, dari menghadirkan layanan terintegrasi fisik dan pembayaran hingga menjamin keselamatan dan kenyamanan para penumpang. "Nantinya bus-bus ini dioperasikan pada rute-rute existing dan berfokus pada wilayah yang belum terjangkau Mikrotrans," kata Betris.
Adapun pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, mengatakan penerapan Mikrotrans ber-AC bisa menjadi upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menarik minat masyarakat menggunakan kendaraan umum. Terlebih Mikrotrans akan dikerahkan sebagai sarana pengumpan dengan trayek yang beririsan dengan moda transportasi lain seperti Transjakarta dan KRL. "Setelah naik bus Transjakarta dan KRL yang ber-AC, lalu naik Mikrotrans yang ber-AC pula, ini tentu menarik minat masyarakat," kata Deddy ketika dihubungi, kemarin.
Meski begitu, Deddy berharap inovasi yang dilakukan Transjakarta dan Pemprov DKI tak berhenti pada penyediaan angkot ber-AC. Sebab, pembenahan Mikrotrans harus dilakukan lebih teknis lagi. Sebagai contoh, mencocokkan jam operasional Mikrotrans dengan bus Transjakarta.
Harapannya, jadwal perjalanan Mikrotrans bisa selaras dengan Transjakarta. Tujuannya, agar penumpang Transjakarta yang akan beralih ke Mikrotrans tak perlu menunggu kedatangan mobil terlalu lama. "Kalau menunggu (kedatangan Mikrotrans) 5-10 menit masih wajar, ya. Kalau lebih dari itu, pasti penumpang memilih angkutan lain seperti ojek daring," kata Deddy.
Selain itu, Deddy berharap nantinya
Mikrotrans ber-AC bisa dikerahkan ke rute-rute yang ramai, seperti di Stasiun Tanah Abang dan Manggarai. Menurut dia, sarana Mikrotrans akan lebih berguna melayani rute yang ramai penumpang. "Tak perlu bikin rute baru yang sepi penumpang. Hal tersebut justru pemborosan subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI saja," kata Deddy.
RANDY DAVRIAN IMANSYAH | INDRA WIJAYA