Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Mencegah Transmisi Lokal Kian Tebal

Epidemiolog menduga kasus Covid-19 varian Omicron sudah kadung menyebar di DKI Jakarta. Walhasil, epidemiolog berharap Pemprov DKI tak lagi bekerja ekstra melakukan tes dan pelacakan. Peningkatan sosialisasi penerapan protokol kesehatan dianggap lebih tepat untuk membendung transimisi lokal kian tebal. 

11 Januari 2022 | 00.00 WIB

Petugas kesehatan melakukan tes usap kepada warga di kawasan Krukut, Taman Sari, Jakarta, 10 Januari 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Petugas kesehatan melakukan tes usap kepada warga di kawasan Krukut, Taman Sari, Jakarta, 10 Januari 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sejumlah pakar epidemiologi menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah langkah dalam menangani ancaman lonjakan angka kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) varian Omicron transmisi lokal.

  • Salah satunya tentang kebijakan pelacakan kontak erat.

  • Epidemiolog Pandu Riono menyarankan Pemprov DKI Jakarta lebih menggenjot edukasi masyarakat tentang pentingnya disiplin protokol kesehatan.

JAKARTA – Sejumlah pakar epidemiologi menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah langkah dalam menangani ancaman lonjakan angka kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) varian Omicron transmisi lokal. Salah satunya ihwal kebijakan pelacakan kontak erat. “Sebaiknya sudah tak mengejar pelacakan kontak erat lagi,” kata epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, ketika dihubungi, kemarin.

Sebab, Pandu memprediksi penularan Omicron sudah kadung masif. Salah satu buktinya adalah munculnya kluster penularan di Kelurahan Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat. Disebutkan kasus pertama sempat berlibur ke Puncak, Jawa Barat; dan Anyer, Banten; sebelum sakit dan terkonfirmasi positif Covid-19.

Jika sudah begini, Pandu menyarankan Pemprov DKI Jakarta lebih menggenjot edukasi masyarakat ihwal pentingnya disiplin protokol kesehatan. Sebab, faktanya, tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan sudah menurun seiring dengan penurunan jumlah kasus Covid-19 sebelum Omicron masuk ke Indonesia. “Selain itu, tuntaskan betul vaksinasi pada warga lanjut usia. Pastikan semua orang lansia sudah divaksin,” kata Pandu.

Meski Omicron dianggap memiliki tingkat keparahan gejala yang tak seberat varian Delta, Pandu mengingatkan bahwa varian tersebut tetap bisa menimbulkan gejala hebat pada kelompok lanjut usia dan orang dengan riwayat penyakit penyerta. Karena itu, vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan menjadi instrumen terpenting dalam mencegah gelombang ketiga Covid-19. “Jadi, indikator untuk melihat tingkat keparahan (Omicron) saat ini adalah berapa tinggi jumlah pasien bergejala sedang-berat di rumah sakit,” kata Pandu.

Epidemiolog lainnya dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, juga menganggap penularan Omicron sudah tak bisa dibendung. Sebab, selain di DKI Jakarta, kluster lokal Omicron terjadi di Surabaya. “Tak menutup kemungkinan varian ini sudah menyebar ke kota lain,” kata Miko ketika dihubungi, kemarin.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus