Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Gurih Bisnis Setelah Dua Dekade

Bisnis penjualan pasir laut ke luar negeri menjanjikan, khususnya untuk negara-negara yang mempunyai proyek reklamasi.

29 Mei 2023 | 00.00 WIB

Sebuah kapal tunda menarik tongkang berisi pasir laut yang akan dibawa ke Singapura, di perairan Kepulauan Riau. ANTARA/Joko Sulistyo
Perbesar
Sebuah kapal tunda menarik tongkang berisi pasir laut yang akan dibawa ke Singapura, di perairan Kepulauan Riau. ANTARA/Joko Sulistyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Bisnis ekspor pasir laut menjanjikan untuk menyuplai kebutuhan negara yang punya proyek reklamasi.

  • Peluang ekspor bisnis pasir laut terbuka lebar lantaran minim kompetitor.

  • Potensi ekonominya tak sebanding dengan aspek kerusakan lingkungan hidup.

JAKARTA – Langkah pemerintah membuka keran ekspor pasir laut setelah dua dekade disebut sarat kepentingan pelaku usaha. Bisnis penjualan pasir laut ke luar negeri menjanjikan, khususnya untuk menyuplai kebutuhan negara-negara yang memiliki proyek perluasan wilayah daratan atau reklamasi.

“Kalau kita merujuk pada masa Orde Baru dan awal reformasi, ekspor terbanyak menuju Singapura dan Johor, Malaysia, karena di sana sedang masif proyek reklamasi. Tapi sekarang kan di sana sudah banyak yang selesai, sehingga prediksinya ada pembeli-pembeli baru yang lebih jauh lagi. Kuat kemungkinan Timur Tengah, seperti Dubai,” ujar Direktur The National Maritime Institute, Siswanto Rusdi, kepada Tempo, kemarin, 28 Mei 2023.

Baca: Hilangnya Laut Kami

Pada 15 Mei lalu, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut pada pertengahan bulan ini. Dengan aturan tersebut, pasir laut bisa diekspor setelah dilarang sejak Februari 2003.

Rusdi berujar bahwa peluang bisnis ekspor pasir laut terbuka lebar, mengingat Indonesia terbilang minim kompetitor dalam sektor ini. “Sebab, ini kan dagang primitif. Negara lain sudah meninggalkan perdagangan komoditas yang mentah atau tidak dihilirisasi,” katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus