Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Stasiun Paledang akan dibangun menjadi dua lantai.
Skybridge dibangun untuk menghubungkan Stasiun Bogor dan Paledang.
Pengelolaan Stasiun Bogor dan Paledang berada di bawah dua lembaga berbeda.
BOGOR – Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan akan merevitalisasi Stasiun Paledang, Bogor, menyusul pengoperasian kereta api rute Bogor-Sukabumi. Stasiun itu bakal dibangun menjadi dua lantai dan tetap mempertahankan bangunan lama sebagai heritage.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Wilayah Jawa Bagian Barat, Erni Basri, mengatakan pemugaran Stasiun Paledang untuk menyesuaikan kebutuhan. Dengan dioperasikannya jalur ganda kereta api rute Bogor-Sukabumi, akan ada kenaikan jumlah penumpang. Karena itu, area stasiun harus diperluas.
“Tidak mungkin menggabungkan Stasiun Bogor dan Paledang karena memiliki kepadatan serta kesibukan yang berbeda,” kata Erni, kemarin. “Nah, Paledang akan kami bangun tapi tidak terlalu besar juga, disesuaikan saja dengan kondisi lahan.”
Untuk menghubungkan Stasiun Bogor dan Paledang, kata Erni, akan dibangun skybridge. Dengan begitu, penumpang KRL yang hendak melanjutkan perjalanan ke Sukabumi, bisa berpindah melalui jembatan penghubung ini. “Untuk pembiayaan, semua menggunakan APBN di bawah kewenangan Kementerian Perhubungan,” katanya. “Perkiraan total sekitar Rp 98 miliar.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rizky Yudiyana, konsultan perencana pembangunan Stasiun Paledang, mengatakan pada tahap awal hanya diminta membuat perencanaan pembangunan skybridge yang menghubungkan Stasiun Bogor dan Paledang. Namun, pada 2021, rencana pembangunan diperluas hingga Stasiun Paledang. “Untuk rencana skybridge sudah rampung. Kalau stasiunnya, masih kami kaji,” kata Rizky, Sabtu lalu.
Pada perencanaan awal, kata Rizky, akan dibangun dua skybridge dari Stasiun Bogor. Jembatan pertama dimulai dari Stasiun Bogor kemudian melintasi Jalan Kapten Muslihat dan berakhir di lampu persinyalan pertama Paledang. Panjangnya sekitar 24 meter dengan lebar 5 meter. Sedangkan jembatan yang terhubung dengan Stasiun Paledang memiliki panjang 200 meter dengan lebar 3 meter.
Belakangan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta lebar skybrige penghubung Stasiun Bogor-Paledang juga dibuat 5 meter. “Alasannya, agar ada ruang untuk menampung pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah),” kata Rizky.
Alun-Alun Kota Bogor yang akan dilewati pembangunan Skybridge antara stasiun Paledang dan stasiun Bogor, Jawa Barat, 12 April 2022. TEMPO/M.A Murtadho
Sekretaris Daerah Kota Bogor, Syarifah Sofiah, mengatakan awalnya pemerintah kota meminta Stasiun Bogor dan Paledang dijadikan satu karena jaraknya sangat berdekatan. Apalagi lahan Stasiun Bogor masih cukup luas dan memiliki infrastruktur yang lebih lengkap. “Stasiun Paledang itu kecil, kami khawatir nanti justru crowded,” katanya. Namun, kata Syarifah, lembaga yang mengelola Stasiun Bogor dan Paledang ternyata berbeda. Stasiun Bogor di bawah kewenangan BTP Jakarta-Banten, sedangkan Stasiun Paledang di bawah BTP Jawa Barat. “Karena itu menggunakan skybridge sebagai penghubung.”
Syarifah mengatakan pembangunan skybridge dan Stasiun Paledang sepenuhnya dibiayai pemerintah pusat. Pemerintah Kota Bogor sebagai tuan rumah, hanya dilibatkan dalam perencanaan. Misalnya, Pemerintah Kota mengusulkan agar skybridge terintegrasi dengan alun-alun dan sentra UMKM. Dengan begitu, ada penyelarasan antara perencanaan tata kota dan perkembangan sarana transportasi. “Penumpang kereta di Stasiun Bogor per hari tidak kurang dari 45 ribu orang,” kata dia. “Itu menjadi peluang untuk mengembangkan perekonomian masyarakat di sekitar, juga pengembangan alun-alun.”
Pemerintah Kota Bogor juga mendorong PT KAI untuk bekerja sama dengan pengelola gedung di sekitar stasiun. Dengan kerja sama ini diharapkan kegiatan ekonomi di sekitar Stasiun Bogor dan Stasiun Palendang bisa hidup kembali. “Bentuknya bisa park and ride untuk menampung kendaraan penumpang kereta,” kata dia. “Sebab, selama ini parkir di luar stasiun kurang tertata.”
M.A. MURTADHO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo