Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Delapan pegawai pemerintah terpilih sebagai "Tokoh Metro 2018". Mereka, secara individual maupun kelompok, telah membuat terobosan di pelbagai bidang pelayanan publik. Kata "metro" berasal dari metropolitan, yang meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahun-tahun sebelumnya, Tokoh Metro kami pilih dari kalangan masyarakat sipil yang menjadi pelopor perubahan yang bermanfaat untuk orang ramai. Adapun kali ini pilihan kami sengaja bergeser ke ranah birokrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dasar pertimbangan utama kami adalah meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang serba cepat dan prima, seiring dengan kemajuan luar biasa di bidang teknologi informasi. Untuk menjawab tuntutan itu, kami percaya bahwa inovasi di pelbagai bidang pelayanan publik merupakan keniscayaan.
Sejumlah studi menyimpulkan bahwa inovasi birokrasi berkorelasi positif dengan tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di sebuah negara. Namun kesan yang telanjur kuat tentang birokrasi kita justru sebaliknya: birokrasi itu berbelat-belit, lamban, kaku, dan minim terobosan. Faktanya, berdasarkan data Global Innovation Index 2018, Indonesia masih menempati ranking ke-56 di antara 180 negara yang disurvei. Bandingkan dengan Singapura yang menempati peringkat ketiga dunia.
Meski begitu, kami yakin birokrasi kita juga tidak beroperasi di ruang hampa. Mereka ikut diterpa kemajuan zaman. Di tengah segala keterbatasan dan sekat-sekat organisasi, gagasan yang kreatif dan inovatif bisa saja muncul. Berbekal keyakinan itu, kami menjaring kandidat Tokoh Metro melalui pelbagai cara dan saluran.
Kami meriset kliping pemberitaan media, meminta masukan dari masyarakat pengguna layanan publik, dan menelusuri ke sejumlah institusi pemerintahan di wilayah Jabodetabek. Daftar "Top 40 Inovasi Pelayanan Publik 2018" yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pun menjadi salah satu rujukan kami.
Sebisa mungkin, kami mencari "orang pertama" yang menggagas sebuah terobosan. Kami tak mau terjebak memilih pemimpin sebuah entitas pelayanan publik. Tidak mudah memang mencari orang-orang yang tak terlihat itu. Ewuh pakewuh untuk tidak tampil "mendahului" pemimpin masih ditemukan dalam birokrasi kita.
Selanjutnya, para nomine "Tokoh Metro" kami saring dengan sejumlah kriteria. Mereka harus merupakan pegawai pemerintah (tetap maupun tenaga honorer), membuat inovasi di bidang pelayanan publik, inovasinya telah diaplikasikan dan mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat, serta inovasinya bertahan paling tidak dalam dua tahun atau diadopsi di wilayah yang lebih luas.
Untuk penjurian, kami mengundang tiga ahli yang kami anggap mumpuni. Mereka adalah Agus Pambagio, konsultan dan ahli kebijakan publik; Nirwono Joga, ahli tata kota dari Pusat Studi Kemitraan Kota Hijau; serta Sularsih, peneliti senior dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
Di samping melakukan penilaian secara mandiri, dewan juri dua kali bertemu dalam rapat pleno. Mereka mendiskusikan bobot setiap indikator penilaian, mengelompokkan bidang pelayanan publik, dan-yang terpenting-memilih "Tokoh Metro" berdasarkan rekam jejak yang kami kumpulkan.
Dalam diskusi yang berlangsung "hangat", di samping merujuk pada kriteria yang kami ajukan, para juri menekankan pentingnya kesinambungan inovasi, dukungan kolega dan pemimpin lembaga, serta pengurusan hak paten pelbagai inovasi di bidang pelayanan publik.
Hasil proses panjang itu merupakan kisah delapan tokoh dengan lika-liku pencapaiannya yang segera kami sajikan. Mereka mewakili pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, kependudukan, lingkungan, dan administrasi pemerintahan.
Para tokoh umumnya tak bekerja sendirian. Ada orang-orang di sekitar mereka yang turut membantu menyukseskan inovasi. Bagi para pendukung inovasi itu, kami pun menyampaikan apresiasi.
Kami berharap, setelah pemilihan Tokoh Metro kali ini, gagasan kreatif dan inovasi pegawai pemerintah akan terus bermunculan. Sebab, di samping mengapresiasi mereka yang berhasil melakukan inovasi, pemilihan tokoh ini bertujuan memberi inspirasi kepada pegawai pemerintah lainnya. Tujuan akhirnya, tentu saja, adalah pelayanan publik yang semakin baik.
Kami sengaja menerbitkan laporan ini pada awal tahun untuk terus menumbuhkan optimisme.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo