Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lokasi Fairy Garden akan dipasang instalasi lampu dan video mapping.
HEHA Sky View menawarkan spot menarik untuk berswafoto.
Taman Bunga Celosia menyiapkan hall untuk pertunjukan musik dan seni.
Akan ada suasana yang berbeda di Fairy Garden di Lembang, Bandung Barat, pada liburan Lebaran ini. Tim kreatif Sembilan Matahari sedang menyiapkan wahana atraksi baru di lokasi wisata itu. Persiapan dilakukan sejak awal April lalu di bagian dalam bangunan kastil yang menjadi gerbang masuk sekaligus tempat ikonik di area yang disulap seperti dunia peri itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tempat wisata kelolaan The Lodge tersebut, tim kreatif itu akan memasang instalasi lampu dan menyiapkan video mapping. Instalasi lampu itu untuk menghadirkan hutan kecil di dalam ruangan lantai dua kastil. “Nanti bisa lihat wahana experience baru lengkap dengan peri-peri berbentuk hologram,” kata Adi Panuntun, CEO dan Creative Head PT Sembilan Matahari, Jumat, 15 April 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa karakter akan dibuat "hidup" atau bergerak, sehingga bisa diajak main atau berfoto oleh pengunjung. Sedangkan video mapping direncanakan pada dinding luar bangunan kastil.
Pada masa liburan, diperkirakan jumlah pengunjung harian sekitar 500 orang. Adapun harga tiket untuk wahana baru itu belum diputuskan. Namun Adi memperkirakan tarifnya tidak jauh dari harga tiket sebelumnya, yaitu Rp 50 ribu. “Pengunjung bisa membeli tiket terusan,” kata dia.
Hutan Menyala di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Bandung. Dok Sembilan Matahari
Pembukaan wahana baru di sana itu dilakukan karena penutupan lokasi wisata malam hari, yaitu Hutan Menyala di area dekat pintu masuk Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Bandung. Tim Sembilan Matahari mulai mengoperasikan Tahura pada Maret 2021. Pada akhir Maret hingga awal April 2022, mereka mencopoti instalasi di sana. Secara bertahap, instalasi Hutan Menyala dipindahkan ke area wisata The Lodge di Maribaya.
Bangunan kastil Fairy Garden akan dibagi menjadi beberapa zona. Di luar kastil, wisatawan bisa berkeliling ke perkampungan Gypsy, tempat bermain, serta menikmati kuliner. Menjelang petang, kata Adi, akan hadir fitur utama, yaitu video mapping tentang istana peri. “Anak-anak, keluarga, akan mendapatkan tontonan yang tidak biasa,” ujar dia.
Durasi video dirancang sekitar 30 menit. Biasanya Adi dan tim membuat video mapping di gedung-gedung heritage, seperti di Gedung Sate di Bandung atau Museum Fatahillah di Jakarta, juga pada pohon seperti di Hutan Menyala.
Setelah tahap pertama, Adi akan mewujudkan area Hutan Menyala di sebelah Fairy Garden. Konsepnya berbeda dengan yang di Tahura. “Teknologi dan multimedia, lanskap tumbuhan, dan pohonnya juga berbeda.”
Hutan Menyala berkonsep indoor menyambut libur Lebaran di Fairy Garden. Dok Sembilan Matahari
Di tempat barunya ini, Hutan Menyala ingin mendulang sukses seperti di Tahura. Pandemi tidak menjadi halangan bagi mereka untuk berinovasi di wilayah pemberdayaan ekonomi yang menggabungkan pariwisata dan kreativitas. Konsep serupa, kata Adi, sudah diminta untuk dikembangkan di tiga daerah lain, seperti di Jakarta, Surabaya, dan Sumatera Utara.
Adi mengungkapkan ada beberapa dampak positif dari Hutan Menyala, yaitu pemberdayaan ekonomi dan lingkungan hidup. Wisata itu berhasil mengumpulkan 20 ribu bibit pohon lebih untuk ditanam di berbagai hutan di Jawa Barat. “Setiap pembelian tiket sekaligus berkontribusi pada dua bibit pohon,” ujarnya. Selama setahun, Hutan Menyala sedikitnya dikunjungi sekitar 10 ribu orang.
Menurut Adi, Hutan Menyala tidak mengeksploitasi hutan untuk kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif. Penggunaan teknologi proyeksi dan desain pencahayaan dirancang dan diperhitungkan. “Agar tidak mengganggu kehidupan hewan malam, tumbuhan, dan serangga sekitarnya.”
Pihaknya juga melibatkan ahli hayati untuk melakukan penelitian terhadap kondisi di area Hutan Menyala. Model itu bisa dikembangkan oleh pengelola hutan atau pemerintah daerah karena keberadaan dan peran penting hutan harus terus dikampanyekan ke masyarakat.
Wahana baru Hutan Menyala di kastil Fairy Garden, Maribaya. Dok Sembilan Matahari
Salah satu pengunjung wisata Hutan Menyala di Tahura dulu, Yupitri, 41 tahun, mengaku mendapatkan pengalaman yang seru. “Karena biasanya saya jarang banget main ke hutan, apalagi malam-malam, karena kan kesannya seram,” ujarnya, Senin, 18 April 2022.
Hutan Menyala, menurut dia, berhasil menyingkirkan kesan hutan yang seram pada malam hari. Selain dimanjakan oleh visual cahaya, pengunjung bisa mendengarkan banyak cerita dari mulai pintu masuk sampai pulang.
Di lokasi itu dulu dia menyukai zona Rona Flora dan Beringin Berangan. “Rona Flora itu serunya karena ada UV lights. Jadi, kita bisa main warna dan face painting juga,” kata dia. Sedangkan Beringin Berangan merupakan lokasi video mapping terbesar di Hutan Menyala.
Kini setelah ditutup, dia berharap Hutan Menyala di tempat baru masih terus melanjutkan misinya mengenalkan alam sekaligus mengajak masyarakat mencintai alam melalui cara-cara seru dan kreatif. “Semoga cerita-ceritanya berkembang menjadi lebih inspiratif lagi.”
* * *
Suasana sepi terasa sedari tempat parkir hingga obyek wisata HEHA Sky View di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Senin, 18 April 2022. Tempat parkir yang luas yang berseberangan dengan lokasi wisata hanya dihuni empat mobil dan belasan sepeda motor.
Setiap pengunjung ditarik tarif parkir Rp 10 ribu untuk mobil dan Rp 5.000 untuk sepeda motor. Tarif parkir itu naik dari sebelumnya Rp 5.000 dan Rp 2.000 untuk mobil dan sepeda motor. Sedangkan tarif parkir VVIP yang berada di satu area dengan obyek wisata senilai Rp 20 ribu. “Karena pengelolaan parkir sekarang kerja sama dengan BUMDes Patuk,” kata staf marketing HEHA Sky View, Noer Wijayanti, kepada Tempo.
Di halaman, pengunjung disambut pemandangan payung-payung warna-warni yang digantung rapi di langit-langit. Hal itu membuat pengunjung yang baru menjejakkan kaki di sana tertarik berswafoto sebelum masuk ke dalam bangunan. Pengunjung akan dikenai tiket Rp 15 ribu per orang pada rentang pukul 10.00-15.00. Selepas itu, hingga pukul 21.00, tarif pengunjung naik menjadi Rp 20 ribu.
Spot foto taman payung di halaman HEHA Sky View. Tempo/Pito Agustin
Menurut Noer, dua pekan awal Ramadan, pihaknya sempat menjual tiket promo bertarif Rp 10 ribu periode Senin-Jumat. Namun pada Sabtu-Minggu bertarif tetap, yakni Rp 20 ribu. “Lebaran nanti hingga H+6, kami samakan tiket menjadi Rp 25 ribu,” kata Noer.
Namun pada siang itu, di dalam lokasi obyek wisata yang dikemas secara indoor dan outdoor itu suasananya sangat sepi. Hanya ada beberapa pengunjung. Empat perempuan lanjut usia yang masih terlihat energetik tengah bersiap keluar dari lokasi. “Buat kami yang nenek-nenek ini, berwisata di sini cukup nyaman. Karena hanya berfoto-foto,” kata salah satu dari mereka, Margareta.
Ia mengakui, untuk mencapai satu spot foto ke spot foto lainnya, harus berjalan jauh melalui jembatan kecil. Tak mengherankan jika mereka sempat duduk meriung di lobi untuk istirahat sebelum beranjak pulang. Walau suasananya sepi, dia tak menyesal datang pada siang hari ketika cuacanya panas. Sebab, suasana yang lengang membuat mereka cukup santai saat berswafoto. “Kabarnya, kalau pas ramai, sampai antre hanya untuk foto,” kata Margareta.
Lokasi food stalls HEHA Sky View. Tempo/Pito Agustin
Dia bersama ketiga temannya, yang datang dari Yogyakarta, mengaku baru pertama kali ke sana. Selain berfoto, mereka mencicipi hidangan Barat, seperti pizza dan steak. Bagi pengunjung yang ingin mencicipi kuliner lokal, di lokasi HEHA Sky View juga terdapat pedagang gerobak angkringan.
Selain spot foto, resto, dan warung makan ala kaki lima, pengunjung bisa membawa pulang oleh-oleh di gift shop. Lokasinya bersebelahan dengan tempat pembelian tiket masuk. Toko tersebut menjual aneka kerajinan dari Yogyakarta. Ada tas anyaman, topi, gantungan kunci, kaus, hingga aneka makanan ringan.
Tak hanya menyediakan oleh-oleh untuk dibawa pulang, gift shop juga sekaligus menjadi pintu keluar pengunjung. Artinya, setiap pengunjung yang akan pulang harus melewati bangunan kaca itu. Harapannya, tentu sekalian membeli beragam buah tangan.
* * *
Ratusan pot bunga menggantung akan menyambut pengunjung di pintu masuk Taman Bunga Celosia, Semarang, Jawa Tengah. Berbagai jenis bunga itu digantung seakan-akan membentuk lorong dengan langit-langit penuh warna. Sedangkan daun dan bunganya dibiarkan menjuntai ke bawah.
Tak hanya di bagian atas, pengunjung juga disambut bermacam bunga di sisi kanan dan kiri. Lokasi tersebut merupakan spot foto berlatar aneka ragam bunga. Tempatnya berada di dalam ruangan. Dengan atap transparan, sinar matahari bisa masuk, sehingga ratusan bunga itu tumbuh subur.
Tepat di sebelahnya ada pelataran terbuka. Di sana juga tersedia titik foto dengan latar kebun bunga yang membentang di bawahnya. Di pelataran itu juga ada kolam dengan jembatan melintang di atasnya. Berbagai bunga juga memenuhi tepi jembatan tersebut.
Di kebun terbuka itu, bunga warna-warni di tanam rapi sehingga membentuk pola melingkar. Di tengahnya disusun ratusan pot bunga yang seakan-akan membentuk menara. Sejumlah pengunjung memanfaatkannya sebagai latar berfoto. Kebun bunga itu dikelilingi replika rumah berbagai warna.
Taman Bunga Celosia di Kebupaten Semarang, 17 April 2022. Tempo/Jamal A Nashr
Menjelang masa libur hari raya Idul Fitri tahun ini, ada fasilitas baru di Taman Bunga Celosia. Fasilitas yang baru rampung dibangun itu berupa hall. Tempat itu bisa digunakan untuk pertunjukan seperti musik dan kesenian lainnya. "Kalau ada kegiatan, mungkin reunian, kami menyediakan hall. Khusus pembangunan Lebaran ini," kata staf legal Taman Bunga Celosia, Hubertus Tiyono, pada Ahad, 17 April 2022.
Tak hanya itu, di tempat wisata yang berdiri pada 2017 tersebut juga tersedia berbagai mainan, seperti trampolin, bom bom car, kolam renang, istana balon, sepatu roda, dan otopet. Berbagai macam makanan pun bisa dinikmati di berbagai tenant di Celosia. "Foodcourt ada di dalam dan luar. Fasilitas resto kami diisi mayoritas UMKM. Di sini ada sekitar 30 UMKM."
Taman Bunga Celosia berada di jalur menuju Candi Gedong Songo dari pusat Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Harga tiket masuk Celosia pada hari biasa Rp 20 ribu dan Rp 25 ribu saat akhir pekan. Namun, mulai hari kedua Lebaran, pengunjung dikenakan harga tiket Rp 30 ribu. Tarif khusus masa libur Lebaran itu berlaku selama sepekan.
Seorang pengunjung Celosia, Piter Tias, mengaku berkunjung ke agrowisata itu untuk mengenalkan jenis bunga kepada anak pertamanya yang berusia 4 tahun. Dia datang bersama istri dan dua anaknya. Warga Kota Salatiga itu sudah dua kali berkunjung ke Celosia. Ia mengetahui lokasi wisata tersebut dari media sosial. "Awalnya nonton unggahan di Facebook. Kemudian coba datang ke sini.”
PITO AGUSTIN RUSDIANA (YOGYAKARTA) | ANWAR SISWADI (BANDUNG) | JAMAL ABDUL NASHR (SEMARANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo