Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menyebarkan Kesadaran Cinta Lingkungan

Sejumlah organisasi dan kelompok berperan membangun kesadaran cinta lingkungan pada anak.

 

4 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Greenpeace Indonesia sejak beberapa tahun lalu punya program Greenpeace Goes to School. 

  • Semangat membela lingkungan hidup dari para aktivis cilik diharapkan bisa menular ke anak lainnya.

  • Isu lingkungan juga menjadi tema penting dalam pemilihan Ashoka Young Changemaker 2023.

Sejumlah organisasi nonprofit aktif mengedukasi pentingnya kelestarian lingkungan kepada anak-anak. Sebagai contoh, Greenpeace Indonesia sejak beberapa tahun lalu punya program Greenpeace Goes to School.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Sekar Banjaran Aji Surowijoyo, mengatakan kegiatan tersebut bekerja sama dengan sejumlah sekolah. Namun saat pandemi Covid-19 lalu, intensitas kegiatan ini agak berkurang dengan alasan keamanan dan kesehatan. Meski begitu, Sekar menyebutkan masih ada sejumlah sekolah yang mengundang Greenpeace Indonesia untuk memberikan edukasi tentang lingkungan hidup

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Paling anyar, Sekar dan rekan-rekan menyambangi taman pendidikan anak usia dini (PAUD). Di depan anak-anak usia di bawah 5 tahun, Sekar harus pintar-pintar meramu materi edukasi yang tepat sasaran. "Akhirnya, saya pilih cara mendongeng," kata Sekar. 

Anak-anak mengikuti aksi Greenpeace bertajuk "Berlari Bersama Harimau Sumatera Untuk Selamatkan Hutan" di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Dok. TEMPO/Aditia Noviansyah

Menurut dia, cara itu ampuh untuk menanamkan pendidikan tentang hutan dan berbagai permasalahan di dalamnya, seperti deforestasi serta dampak buruknya terhadap lingkungan dan makhluk hidup. Edukasi pada anak-anak menjadi tantangan tersendiri bagi Greenpeace Indonesia. 

"Kami harus lebih sadar lagi untuk membuat konten yang ramah bagi anak dan remaja," ucap Sekar. 

Meski begitu, mereka senang lantaran mulai muncul anak-anak yang vokal menyuarakan dan bertindak dalam isu kelestarian lingkungan. Menurut Sekar, munculnya aktivis lingkungan cilik menjadi bukti anak-anak dan remaja sudah sadar bahwa mereka masuk ke dalam kelompok rentan dalam isu krisis lingkungan serta iklim. 

Greenpeace berharap semangat membela lingkungan hidup dari para aktivis cilik bisa menular ke anak lainnya. Selain menyebarkan gaya hidup sehat dan peduli lingkungan, Sekar mendorong para aktivis cilik ini berani mendesak negara dan korporasi yang bertanggung jawab dalam isu kerusakan lingkungan serta iklim. 

Sekar juga berharap sekolah dan lembaga pendidikan lainnya semakin sadar untuk memasukkan isu lingkungan serta krisis iklim dalam pendidikan anak didiknya. Sekar beralasan, anak-anak berhak mengetahui kondisi bumi yang akan mereka tinggali di masa depan. 

"Agar mereka bisa merawat bumi supaya bisa terus ditinggali," ujar dia. 

Aktivitis lingkungan muda Bhre Bawana Praja Kawula memungut putung rokok di jalan dekat rumahnya di Pacar Keling, Surabaya, Jawa Timu. ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya

Ada pula Ashoka Indonesia, sebuah organisasi nirlaba berjaringan global yang belum lama ini merilis pemenang Ashoka Young Changemaker 2023. Dalam program tersebut, Ashoka Indonesia memberikan penghargaan kepada 13 anak dan remaja yang dianggap sukses menjadi agen perubahan positif di Tanah Air. 

Isu lingkungan juga menjadi tema penting dalam pemilihan Ashoka Young Changemaker 2023. Buktinya, dari 13 pemenang penghargaan, terdapat beberapa anak yang berinovasi di bidang lingkungan. Contohnya Bhre Bawana Praja Kawula, 10 tahun, yang sukses mengolah sampah puntung rokok. Selain itu, ada Adinda P.K., yang mengolah biji tanaman mangrove. Ada pula Kezia Tulalessy yang menginisiasi gerakan bersih-bersih pantai di Ambon hingga Diah F.A. yang membuat wadah khusus anak mendaur ulang sampah. 

Direktur Ashoka Asia Tenggara Nani Zulminarni mengatakan pemilihan Ashoka Young Changemaker merupakan bagian dari kerja Ashoka untuk membuka paradigma baru. Salah satunya tentang kemampuan menggerakkan perubahan yang merupakan kunci tumbuh kembang anak muda dalam menghadapi tantangan zaman yang selalu berubah.

Nani mengatakan para pemenang Ashoka Young Changemaker menjadi bukti bahwa anak muda tidak sekadar berfokus memikirkan dirinya sendiri. Penghargaan ini juga menunjukkan bahwa anak muda merasakan keresahan atas beragam problem di sekitarnya. Lebih hebat lagi, mereka punya kemampuan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. 

"Dalam era yang penuh perubahan dan disrupsi ini, keterampilan menggerakkan perubahan adalah kunci menghadapi masa depan yang telah datang," kata Nani. 

INDRA WIJAYA 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus