Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Negosiasi Alot Suku Bunga Kereta Cepat

Harapan pemerintah mendapatkan bunga rendah untuk kereta cepat Jakarta-Bandung belum terwujud. Cina menawarkan bunga tinggi.

11 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • CDB akan menggelontorkan pinjaman baru sebesar US$ 560 juta.

  • Setelah negosiasi, suku bunga CDB hanya turun sedikit.

  • Peneliti transportasi menyebutkan suku bunga ideal di bawah 1 persen.

JAKARTA – Sisa waktu menuju target pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung pada Agustus 2023 kian pendek. Namun proyek tersebut masih menyisakan beberapa pekerjaan rumah, salah satunya pembiayaan cost overrun alias pembengkakan ongkos proyek.

Setelah menyepakati angka cost overrun sebesar US$ 1,2 miliar, kini Indonesia dan Cina masih menegosiasikan besaran pinjaman baru dari China Development Bank (CDB). CDB rencananya menggelontorkan pinjaman baru sebesar US$ 560 juta untuk menalangi pembengkakan biaya proyek tersebut. Sementara itu, sisanya ditutupi dengan ekuitas konsorsium perusahaan Indonesia dan Cina. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Masalahnya, Indonesia dan Cina belum bersepakat mengenai tingkat suku bunga dari pinjaman baru tersebut. CDB menginginkan Indonesia membayar utang cost overrun dengan suku bunga 4 persen, sedangkan Indonesia ingin tingkat suku bunga hanya 2 persen.

Negosiasi pun terjadi. Salah satunya melalui kunjungan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ke Beijing, Cina, pada pekan lalu. Pembahasan mengenai proyek sepur berkecepatan 350 kilometer per jam itu, antara lain, berlangsung dalam pertemuan Luhut dengan Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Cina, Zheng Shanjie.

Luhut menyampaikan bahwa pertemuan tingkat tinggi tersebut berhasil menurunkan tingkat suku bunga pinjaman cost overrun yang ditawarkan CDB sedikit ke angka 3,4 persen. "Kami sedang finalisasi. Kami masih ingin lebih rendah lagi," ujar dia kepada awak media, kemarin. 

Finalisasi angka tersebut ditargetkan rampung dalam sepekan ke depan, bersama kesepakatan soal tenor, masa tenggang (grace period), dan skema penyaluran. Kendati tak puas atas tingkat bunga 3,4 persen, Luhut sadar keinginan Indonesia memperoleh bunga pinjaman 2 persen berpotensi tak tercapai.

Toh, menurut dia, tingkat suku bunga pinjaman dari lembaga keuangan lain di luar CDB saat ini bisa mencapai lebih dari 6 persen. "Kalau kita akhirnya mendapat hanya sampai 3,4 persen, ya, we are doing okay, walaupun tidak oke-oke amat, tapi dibanding kita meminjam ke luar, kan?" ujar Luhut.

Terowongan kereta cepat Jakarta-Bandung yang menuju Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 7 Maret 2023. TEMPO/Prima mulia

Deputi Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman, Septian Hario Seto, menimpali bahwa usulan suku bunga 2 persen yang diajukan Indonesia mengacu pada suku bunga industri pada 2017. Kalau melihat kondisi saat ini, kata dia, suku bunga 3,4 persen yang ditawarkan Cina sebenarnya 0,2 poin di bawah suku bunga obligasi 30 tahun pemerintah Amerika Serikat. Angka itu juga di bawah imbal hasil obligasi dolar AS Indonesia untuk tenor 30 tahun yang sebesar 5,6 persen. 

"Jadi, bunga yang ditawarkan sudah lebih rendah dibanding bunga pemerintah AS ataupun obligasi dolar pemerintah Indonesia. Tapi kami mau negosiasi lagi," kata Seto. Komponen utang lainnya yang tengah diusulkan pemerintah adalah tenor di 30-40 tahun dan grace period di 10-15 tahun. Penyaluran utang akan dilakukan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebelum dialirkan lagi ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 

Negosiasi tingkat bunga utang menjadi tahapan krusial lantaran pembayarannya kelak akan membebani keuangan PT KCIC sebagai operator kereta cepat Jakarta-Bandung. Berdasarkan dokumen yang diperoleh Tempo pada akhir tahun lalu, KCIC diperkirakan mengalami tekor keuangan pada masa-masa awal operasi lantaran arus kas dari operasi sepur lebih kecil dibanding pengeluaran untuk mencicil pelunasan utang beserta bunganya. Dokumen yang sama menyebutkan operasi sepur kilat baru bebas dari defisiensi kas pada periode sepuluh tahun keempat sejak awal pengoperasiannya.  

Sumber Tempo yang mengetahui seluk-beluk proyek tersebut menyebutkan proyeksi itu dihitung dengan asumsi jumlah penumpang 31 ribu per hari. "Artinya, itu adalah angka (cash deficiency) minimum," kata sumber tersebut. Ia memproyeksikan realisasi tekor operasi kereta cepat bisa lebih besar karena target penumpang sulit dicapai.

Masih Terlalu Tinggi

Proyek pembangunan stasiun kereta cepat Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 7 Maret 2023. TEMPO/Prima mulia

Kembali ke tingkat bunga utang CDB, kendati pemerintah mengklaim suku bunga yang ditawarkan CDB sudah berada di bawah bunga obligasi pemerintah AS dan Indonesia, sejumlah pemerhati transportasi menilai tingkat bunga tersebut masih terlampau tinggi. Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang, membandingkan tingkat bunga tersebut dengan tingkat bunga yang ditawarkan Jepang saat mengikuti seleksi proyek kereta cepat, yakni 0,1 persen per tahun dengan tenor 40 tahun. 

"Kalau bunga 0,1 persen per tahun, baru bisa disebut pinjaman lunak. Tapi, kalau 2 persen bahkan 3,4 persen, itu sama seperti bunga perbankan komersial," ujar Deddy. Ia menuturkan bahwa tingkat bunga tersebut tidak menguntungkan dan akan sangat membebani PT KAI (Persero) sebagai pemimpin konsorsium KCIC kelak. "Padahal BUMN kita arus kasnya mpot-mpotan."

Deddy pun mempersoalkan skema kerja sama dengan Cina karena sebagian sumber daya manusia serta sarana dan prasarana kereta cepat harus didatangkan dari Negeri Panda. Ia berujar, kondisi itu tidak menjadi soal jika Cina memberikan pinjaman lunak. "Sama seperti Jepang menawarkan pinjaman lunak di proyek MRT, konsekuensinya semua diatur Jepang. Tidak masalah. Persoalannya, utang dengan Cina hitungannya kredit biasa, tapi tetap mendatangkan SDM dan sarana dari sana," kata dia.      

Guru besar transportasi Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, mengatakan besaran suku bunga pinjaman sejatinya bergantung pada kesepakatan dua negara. Namun ia menilai angka 3,4 persen cukup tinggi dan seperti pinjaman komersial. Tingkat bunga ini jauh berbeda dengan bunga proyek MRT Jakarta yang sangat rendah karena merupakan pinjaman berbasis special terms for economic partnership dan tidak bersifat komersial. Musababnya, MRT juga dioperasikan berbasis subsidi pemerintah. 

Dengan masuknya dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke skema pembiayaan kereta cepat Jakarta-Bandung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021, Sutanto berpendapat bahwa semestinya tingkat bunga cost overrun bersifat non-komersial. Apalagi kereta cepat juga dimaksudkan sebagai sarana transportasi publik.

"Pinjaman ini selayaknya berbasis G2G (government-to-government) dan bukan B2B (business-to-business) karena ada unsur APBN dalam skema pendanaannya, sehingga suku bunga pinjaman juga harus disesuaikan sebagai pinjaman non-komersial," kata dia.

CAESAR AKBAR
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus