Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, mendesak Presiden Joko Widodo membuat tim gabungan pencari fakta (TGPF) independen atas peristiwa teror yang dia alami pada 700 hari lalu. Dia mengatakan pembentukan TGPF yang independen adalah cara untuk mengungkap kasus ini. "Saya tetap mendesak Presiden Jokowi mau membuka jalan pengungkapan dengan membentuk TGPF yang independen dan tidak tersandera kepentingan politik," kata dia di Jakarta, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarin malam, pegawai KPK bersama koalisi masyarakat sipil menggelar aksi diam memperingati 700 hari serangan terhadap Novel di depan gedung KPK di Jakarta. Aksi ini dimulai pada pukul 19.00 selama 700 detik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Novel mengatakan sudah hampir dua tahun sejak dia mengalami penyerangan tapi tak ada kejelasan pengungkapan pelakunya. Dia menilai pemerintah terkesan abai dan tidak peduli terhadap pengungkapan kasusnya. "Seperti kebanyakan kasus kekerasan terhadap pejuang anti-korupsi dan HAM (hak asasi manusia) lainnya," kata dia.
Novel menganggap pembentukan TGPF Kasus Novel Baswedan yang dibentuk kepolisian belum menunjukkan hasil kerjanya. Dia menganggap tim itu juga tidak menunjukkan kesungguhannya dalam mengungkap serangan terhadap KPK.
Pada 11 April 2017, dua orang menyiram wajah Novel dengan air keras. Peristiwa itu terjadi setelah mantan perwira Kepolisian RI itu menjalankan salat subuh berjemaah di masjid tak jauh dari rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Akibat siraman air korosif itu, mata Novel rusak parah sehingga harus menjalani rangkaian operasi di Singapura. Hingga kini, polisi belum menangkap pelakunya.
AJI NUGROHO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo