Kaki tangan Mafia menyusup ke mana-mana: kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif Italia. Mereka juga menancapkan kuku di kalangan bisnis, bank, dan pemerintah daerah. Dalam setahun Mafia diperkirakan bisa mendapat penghasilan sekitar US$ 120 milyar, sama dengan jumlah defisit anggaran pemerintah Italia tahun 1991. Keuntungan ini berasal dari berbagai "bisnis", mulai dari perdagangan obat bius, perjudian liar, perampokan, penyelundupan, dan aneka penipuan. Duit sebanyak ini, di antaranya, dipakai untuk membuka usaha-usaha resmi yang bersih di segenap penjuru Italia. Juga disimpan di bank-bank di Swiss. Keberhasilan Mafia menaruh orang-orangnya di berbagai bank di Italia memperlancar bisnis mereka. Salah seorang dari mereka, Michelo Sindona, yang dikenal sebagai bankir terkemuka di Italia. Tahun 1973 PM Italia Andreotti pernah memuji Sindona sebagai "sang penyelamat Lira" (mata uang Italia). Melalui Sindona, Cosa Nostra punya akses hubungan antara perputaran uang resmi dan uang panas. Tak habisnya aksi Mafia karena kekuasaan dan pengaruh kelompok penjahat ini sudah sedemikian merasuk ke seluruh aspek kehidupan masyarakat Italia. Termasuk ke dalam tubuh para penegak hukum. Buktinya, dari 338 "mafiosi" yang divonis berat pada "pengadilan maksi" kini cuma 50 yang masih mendekam di belakang terali besi. Kebanyakan hukumannya diperingan, atau bebas setelah naik banding. Di antaranya Michele Greco, "bosnya bos" Mafia atau kepala "cupola" -- badan yang memerintah Mafia -- yang bebas dari hukuman berkat campur tangan Mahkamah Agung Italia. Yang masih mendekam di bui pun kabarnya dilengkapi dengan telepon sehingga masih dapat mengurus "bisnisnya" dari belakang terali besi. Baru setelah Giovani Falcone tewas dibantai Mafia, Mei silam, fasilitas telepon bagi para mafiosi di penjara dicabut. Tindak kriminal yang tergorganisasi secara tradisional di Italia dikategorikan dalam tiga kelompok -- yang berkarakter terpisah secara geografi dan sejarah -- kelompok "Camorra" berpusat di Naples di wilayah Campania, "Ndrangheta" yang beroperasi di seantero kawasan Calabria, dan "Cosa Nostra" sang Mafia Sisilia. Setiap kelompok punya bentuk kekuasaan sendiri yang berbeda. Mereka menjalin hubungan dengan pemerintah dengan cara berbeda pula. Tapi semua kelompok punya kesamaan dalam masalah sumber penghasilan utama: perdagangan narkotik dan penguasaan proyek-proyek pemerintah melalui pegawai pemerintah lokal yang korup. Mafia Sisilia sebagai kelompok terbesar, misalnya, mendominasi perdagangan heroin. Berbeda dengan Camorra dan Ndrangheta yang biasa bergerak di kalangan bawah, Cosa Nostra muncul pada abad ke-19 sebagai fenomena kelas menengah, yang berfungsi sebagai penghubung para tuan tanah dengan para petani. Dengan kecerdikannya, mafiosi akhirnya memiliki kekuasaan atas keduanya. Mereka lalu membangun sistem dan perlindungan antara kelompok mereka dan para "majikan" tuan tanahnya. Jadi sejak awal mafiosi sebenarnya bukan pelindung kaum miskin. Ada empat unsur kekuasaan Cosa Nostra: sumber manusia, penggunaan kekerasan, kekuatan politik, dan kekuatan keuangan. Dengan memanipulasi keempat kekuatan sekaligus, kelompok ini bergerak secara menyeluruh. Yakni, antipemerintah dalam arti mampu mempunyai kewenangan sendiri yang bertentangan dengan masyarakat demokratis. Lalu bisa membangun negara dalam negara, lengkap dengan pemerintahan, tentara, sumber keuangan, dan wilayah sendiri yang beroperasi dengan hukum tersendiri. Juga menjadi bagian dari negara: Cosa Nostra terwakili dalam pemerintahan tingkat lokal maupun nasional, dan punya "wakil" di badan yudikatif, legislatif, pasukan polisi, direksi bank-bank, rumah-rumah sakit, dan kerajaan-kerajaan bisnis. Misalnya, awal 1988, seorang anggota kabinet dipaksa mengundurkan diri setelah seorang informan membocorkan keberkaitan sang menteri dengan Mafia, yang sudah berjalan lama. Tak lama kemudian para penegak hukum juga menyebutkan, di berbagai wilayah Sisilia, Calabria, dan Campania, kontrol atas kejahatatan terorganisir sudah total menyeluruh. Kepala wilayah Sisilia sendiri pun mengakui "di banyak kotapraja dan badan-badan kesehatan pemerintah, Mafialah yang berkuasa". Di Palermo, kota pusat kegiatan Mafia di Sisilia, sudah sejak 1958 mafiosi merasuk ke tubuh badan eksekutif dan legislatif. Salvo Lima, wali kota Palermo saat itu, beberapa tahun kemudian terbukti punya hubungan dengan Costra Nostra. Anehnya, setelah dipaksa mundur dari pos wali kota, Lima diangkat menjadi wakil direktur Bank Sisilia dan terpilih menjadi anggota parlemen Italia. Sampai kini kemampuan Mafia mempengaruhi para politisi, lokal maupun nasional, luar biasa. Diduga lebih dari separuh anggota parlemen Italia kini membiayai kampanye pemilihannya dengan uang sogok Mafia. Menurut kesaksian bekas anggota Mafia, para pemimpin mereka mampu menjaring suara untuk kandidat pilihan mereka. Pengaruh Mafia ini terbukti dengan seretnya undang-undang anti-Mafia lolos dari parlemen. Juli lalu hakim Paolo Borsalino mengutarakan pangkal kemacetan berbagai peraturan -- untuk membasmi Mafia -- bisa ditemukan bila badan eksekutif dan legislatif Italia ditelusuri dengan cermat. Di antaranya, peraturan untuk memberikan perlindungan sebenarnya pada para mafiosi yang membelot dan mau membantu pemerintah. Tapi, sepanjang badan perwakilan rakyat itu disusupi orang-orang. Awal 1988, setelah seorang anggota kabinet dipaksa mundur setelah seorang informan membocorkan keberkaitan sang menteri dengan Mafia, yang sudah berjalan lama, bekas PM Italia Guilio Andreotti dituding pro-Mafia. Di berbagai pelosok Sisilia, Calabria, dan Campania, kontrol organisasi kriminal boleh dibilang sudah hampir menyeluruh. Kepala wilayah Sisilia sendiri pun mengakui "di banyak kota praja dan badan-badan kesehatan pemerintah, Mafialah yang berperan". Kontrol semacam itu tentu saja tak akan hadir tanpa adanya empat bentuk kekuasaan Mafia seperti disebut di atas. Kekerasan adalah bentuk paling brutal. Apalagi setelah para mafiosi menanggalkan sikap "gentleman"-nya (tak membunuh wanita dan anak-anak, misalnya). Dengan menimbulkan teror, kelompok bromocorah ini berupaya membungkam gerakan anti-Mafia. Tahun lalu, misalnya, Mafia tercatat terlibat dalam 718 kasus pembunuhan. Ketakutan akan aksi pembunuhan Mafia memang merebak di berbagai kalangan, terutama para penegak hukum. Oktober 1990 seratus hakim dan jaksa penuntut di Sisilia mengancam akan mengundurkan diri seandainya pemerintah pusat tak bertindak lebih banyak untuk melindungi jiwa mereka. Itu setelah sejumlah rekan mereka dibantai Mafia. Juli lalu 400 polisi, yang bertindak sebagai pengawal para tokoh anti-Mafia di Palermo, mengancam mogok jika tak mendapat perlindungan lebih ketat. Pemerintah terpaksa merekrut 300 polisi dari wilayah lain untuk menggantikan mereka. Begitulah, jika penegak hukum saja sudah mengkeret, bagaimana pula dengan warga biasa. Tahun lalu seorang pengusaha yang berani menolak membayar "pizzo" (uang perlindungan) untuk Mafia tewas ditembak dan kepalanya dipenggal, dijadikan sasaran latihan menembak para anggota Mafia yang membunuhnya. Bebas bergeraknya para mafiosi dalam melancarkan aksi kekerasan diduga karena Mafia punya hubungan erat dengan pejabat intel top Italia. Bagaimana mereka mengetahui aktivitas para hakim anti-Mafia yang mendapat perlindungan super ketat -- rute perjalanannya, misalnya, jika tak mendapat bocoran dari dinas intelijen. Kekuatan lain Mafia adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri. Setelah para pentolannya dijaring "pengadilan maksi," misalnya, bisnis narkotik Cosa Nostra masih tetap jalan. Penyulingan obat bius masih berlangsung aman di Sisilia. Dan masih ada lalu lintas perdagangan barang gawat itu antara Italia dan AS. Bagaimanakah bentuk kepemimpinan Mafia kini? Menurut hakim Giovani Falcone -- sebelum dibunuh Mafia tentu saja -- Cosa Nostra sekarang diatur oleh kepemimpinan inti yang kuat dan hampir mustahil disusupi pihak luar. Organisasi bandit itu sekarang lebih kuat terjalin, lebih hierarkis, dan lebih ketat dikontrol di puncak. Memang masih ada otonomi lokal, tapi cuma penguasa-penguasa kecil daerah, yang dipercaya dan bertanggung jawab langsung pada puncak pimpinan. Perampingan tubuh organisasi Cosa Nostra ini disebut para hakim Italia dengan "penyederhanaan". Tapi ada juga yang berpendapat bahwa Cosa Nostra sudah menjadi kediktatoran. Konon tingkat "cupola" sudah dihapuskan. Namun upacara pengucapan janji Mafia kabarnya masih tetap dipertahankan. Kini jumlah mereka yang hadir lebih kecil. Namun kelaknatan yang dihasilkan bak gurita yang menyemburkan kegelapan dan menjaring ke semua arah. Farida Sendjaja