Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bersekutu dengan Anies Baswedan: Cara PDIP Melawan Jokowi dalam Pilkada Jakarta

PDIP diam-diam berencana mendukung Anies Baswedan dalam pilkada Jakarta. Partai lain masih maju-mundur.

16 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DICETAK dengan tinta tebal, nama Anies Baswedan tertulis di surat berkop Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jakarta. Namanya menjadi satu-satunya yang diajukan sebagai calon gubernur oleh pengurus partai banteng provinsi kepada pengurus pusat untuk menghadapi pemilihan gubernur Jakarta, yang akan diadakan serentak dalam pemilihan kepala daerah atau pilkada 2024.

Warkat tersebut diserahkan oleh Ketua PDIP Jakarta Andy Widjaja alias Aming kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto pada Jumat, 24 Mei 2024, di sela-sela rapat kerja nasional partai itu. Dalam layang tersebut juga tertulis nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta Prasetyo Edi Marsudi dan anggota DPR, Charles Honoris, sebagai calon wakil gubernur.

Kepada Tempo pada Jumat, 7 Juni 2024, Hasto Kristiyanto membenarkan isi surat tersebut. “Ibu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri) belum memutuskan karena nama-nama calon gubernur masih diseleksi tim pilkada kami,” kata Hasto di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Menteng, Jakarta Pusat.

Tiga petinggi partai banteng bercerita, Hasto menyerahkan surat tersebut langsung kepada Megawati saat rakernas. Mengetahui ada usulan nama Anies, Megawati tak langsung menolak atau menyetujui. Politikus PDIP yang mengetahui interaksi Megawati dengan Hasto mengatakan bahwa presiden kelima itu hanya menyunggingkan senyum.

Dua pekan terakhir, nama Anies menguat sebagai salah satu calon Gubernur Jakarta yang diperhitungkan PDIP. Kalangan elite PDIP telah mendiskusikan nama Anies dalam forum terbatas di rakernas. Pertemuan itu dihadiri Hasto dan sejumlah pengurus PDIP Jakarta. 

Anies digadang-gadang menjadi simbol perlawanan terhadap Presiden Joko Widodo. Di lingkup internal PDIP, Jokowi dianggap berkhianat karena mendukung dan memenangkan Prabowo Subianto, yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka. Adapun PDIP mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dalam pemilihan presiden 2024.

PDIP hampir pasti tak akan mengusung calon yang didukung Istana, terutama dalam pilgub Jakarta. Para pengurus partai itu mendapat informasi bahwa Jokowi mendukung bekas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, pun disebut sebagai calon pendamping Ridwan. “Kami lebih enak berhadap-hadapan dengan Pak Jokowi,” tutur Hasto.

Sinyal dukungan PDIP terhadap Anies pun ikut digaungkan oleh Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri sekaligus Ketua PDIP. “Pak Anies menarik juga,” kata Ketua DPR itu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 4 Juni 2024. 

Nama Anies pertama kali mengapung dalam rapat kerja Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jakarta pada pertengahan Mei 2024 di kantor partai di Tebet, Jakarta Selatan. Para pemimpin cabang di enam wilayah Jakarta, dari Jakarta Selatan hingga Kepulauan Seribu, kompak mengusulkan nama Anies lantaran ia dianggap sebagai antitesis Jokowi.

Dua petinggi PDIP yang mengetahui jalannya rapat itu bercerita, pimpinan cabang berkukuh agar partai mendukung calon yang berpeluang mengalahkan jagoan Istana. PDIP juga menimbang elektabilitas Anies di Jakarta. Hasil sigi sejumlah lembaga survei yang diberikan secara terbatas ke partai-partai politik menunjukkan elektabilitas Anies lebih dari 35 persen.

Narasumber yang sama mengungkapkan, partai mereka pun melirik Anies untuk menambah kursi dalam Pemilihan Umum 2029. Pada Pemilu 2024, perolehan kursi PDIP di DPRD merosot dari 25 menjadi tinggal 15. Begitu pula kursi DPR berkurang masing-masing satu di setiap daerah pemilihan. 

Hasil analisis pengurus PDIP Jakarta menunjukkan serangan terhadap berbagai program Anies, seperti sumur resapan, menyebabkan blunder. Kursi DPRD pun terdistribusi ke partai-partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yang mendukung Anies dalam pemilihan presiden. Jumlah kursi Partai Kebangkitan Bangsa, contohnya, meroket seratus persen dari lima menjadi sepuluh. 

Selain Anies, nama Sekretaris Kabinet Pramono Anung dipertimbangkan sebagai calon Gubernur Jakarta. Mantan Sekretaris Kabinet yang kini menjadi politikus PDIP, Andi Widjajanto, mengakui munculnya sejumlah nama itu. “Masih testing the water, melihat reaksi publik,” ucap Andi kepada Tempo di Bambu Apus, Jakarta Timur, Rabu, 12 Juni 2024.

Tak bisa sendirian mengajukan calon gubernur, PDIP belakangan intens berkomunikasi dengan PKB untuk menjajaki koalisi. Ketua PDIP Jawa Timur Said Abdullah pun diutus untuk bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. “Beliau ke rumah saya dan kami bicara opsi-opsi pilkada di berbagai daerah,” kata Muhaimin dalam pesan pendek kepada Tempo, Jumat, 14 Juni 2024.

Memasang mode perang melawan Jokowi dalam pilkada 2024, kalangan internal PDIP menyoroti daerah-daerah yang diduga akan dikuasai bekas Wali Kota Solo itu. Di Sumatera Utara, misalnya, menantu Jokowi, Bobby Nasution, akan maju sebagai calon gubernur. Di Kota Bogor, Jawa Barat, asisten pribadi Iriana Jokowi, Sendi Fardiansyah, juga akan berkontestasi.

Politikus PDIP, Andi Widjajanto, mengatakan partai memintanya memetakan dukungan Jokowi di beberapa titik untuk melihat pola daerah pertarungan. “Berdasarkan data kami, jumlah daerah yang calonnya terafiliasi dengan Pak Jokowi tak sampai 30 titik,” tutur mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional itu.

Sejumlah petinggi PDIP yang ditemui Tempo mengatakan partai mereka meyakini pilkada 2024 akan mempengaruhi hasil Pemilu 2029. Para kepala daerah akan berperan besar terhadap kemenangan dalam pemilu. Mengantisipasi kemungkinan kalah melawan calon gubernur yang didukung Jokowi, PDIP akan memprioritaskan pemilihan bupati dan wali kota.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto membenarkan informasi ihwal strategi tersebut. “Asumsinya, kalau di level provinsi tak bisa dipegang PDIP, partai mengunci di level bawah, yakni bupati dan wali kota,” kata Hasto.

•••

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBINCANG selama dua setengah jam dengan pendiri lembaga survei KedaiKopi, Hendri Satrio, di sebuah restoran di Cilandak, Jakarta Selatan, Ahad, 9 Juni 2024, Anies Baswedan menyampaikan niat maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Kepada Hendri, Anies mengaku sedang mengumpulkan anggota tim pemenangannya dalam pemilihan presiden untuk membantunya kembali di pilkada. 

Namun Anies sedang terkimbang-kimbang. Dua partai yang semula berencana memberikan tiket, Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera, maju-mundur setelah para pentolannya berkomunikasi dengan lingkaran Istana. Sedangkan PDI Perjuangan belum memutuskan mendukung bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu. 

“Anies menghadapi kemungkinan tak dapat tiket maju gubernur,” ujar Hendri kepada Tempo di Jakarta Selatan, Selasa, 11 Juni 2024. Hendri menyarankan Anies menimbang semua opsi, termasuk kemungkinan berpasangan dengan Kaesang Pangarep, anak bungsu Jokowi. Namun Anies menolak. “Masalah dinasti politik menjadi pertimbangan utama Anies,” kata Hendri. 

Gagasan memasangkan Anies dengan Kaesang menguar dari Partai Kebangkitan Bangsa, partai pertama yang mendeklarasikan dukungan untuk Anies sebagai calon Gubernur Jakarta. Dalam rapat kerja di Sentul, Kabupaten Bogor, akhir Mei 2024, Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jakarta sepakat mengusung Anies secara aklamasi.

Dua politikus PKB bercerita, hasil survei internal partai yang digelar pada sekitar April 2024 menunjukkan elektabilitas Anies masih yang tertinggi di Jakarta, yaitu 39 persen. Elektabilitas itu melampaui tingkat keterpilihan bekas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan rival Anies dalam pilkada Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Keduanya memiliki elektabilitas belasan persen.

PKB Jakarta menyerahkan usulan tersebut kepada ketua umum partai, Muhaimin Iskandar. Dalam wawancara dengan Tempo, 6 Mei 2024, Muhaimin mengaku telah berkomunikasi dengan Anies. Saat bertemu dengan Anies di Aceh, 3 Mei, Muhaimin menyampaikan dukungannya. “Kalau Mas Anies mau jadi calon gubernur, saya akan mendukung,” ucap Muhaimin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bakal calon Gubernur Jakarta yang diusung PKB Anies Baswedan tiba di kantor DPW PKB Jakarta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, 13 Juni 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Namun PKB tak serta-merta mendeklarasikan Anies. Dua politikus PKB dan seorang kolega Muhaimin menuturkan, partai itu khawatir mendapat gangguan dari Istana jika mengusung Anies. PKB Jakarta akhirnya mengumumkan mengusung Anies ketika Muhaimin beribadah haji di Arab Saudi, Rabu, 12 Juni 2024.

Dua orang dekat Muhaimin bercerita, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu melempar ide agar PKB Jakarta membuka opsi Anies berpasangan dengan Kaesang. Tujuannya adalah mengantisipasi berbagai tekanan politik dari pemerintah. Gagasan itu lantas dilontarkan Ketua Dewan Pengurus Wilayah PKB Jakarta Hasbiallah Ilyas. “Kami bersedia kalau Mas Kaesang mencalonkan sebagai wakil gubernur,” katanya.

Dimintai tanggapan, Muhaimin membantah jika disebut menginisiasi ide tersebut. “Saya sudah berangkat haji sehingga tidak tahu apa-apa,” ujarnya.

Mengantongi dukungan PKB, Anies masih berkeinginan didukung Partai Keadilan Sejahtera. Berbicara dengan sejumlah pengurus PKB Jakarta di kantor partai di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis, 13 Juni 2024, Anies menyatakan PKS sebagai faktor penting untuk memenangi pilkada Jakarta. Pada Pemilu 2024, PKS memperoleh lebih dari 1 juta suara di Jakarta.  

Anies pun meminta pengurus PKB membuka komunikasi untuk berkoalisi dengan partai lain. Dimintai tanggapan setelah berbincang dengan PKB, Anies menuturkan bahwa komunikasinya dengan partai-partai politik telah berjalan. “Dengan semua (partai) sudah ada pembicaraan,” ucapnya. 

Sehari setelah menghadiri acara halalbihalal di kantor Dewan Pimpinan Pusat PKS, akhir April 2024, Anies menyambangi rumah pribadi Ketua Majelis Syura Salim Segaf Al Jufri. Seorang petinggi PKS dan kolega Anies menuturkan, bekas calon presiden itu meminta partai mendukungnya seperti ketika pemilihan presiden.

Seusai kunjungan itu, petinggi PKS mengeluarkan surat rekomendasi untuk Anies maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Surat itu juga ditembuskan ke Partai NasDem sebagai partai sekoalisi PKS dalam pilpres lalu. “Surat berisi dukungan PKS terhadap Anies,” kata Sekretaris Jenderal Hermawi Taslim saat dihubungi pada Jumat, 14 Juni 2024.

Namun surat rekomendasi belum diserahkan kepada Anies. Juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, menyatakan partai belum memutuskan mengusung Anies. “Kami masih mempertimbangkan usulan,” ujar Mabruri saat dihubungi, Jumat, 14 Juni 2024. 

Pun kepada Ketua Umum NasDem Surya Paloh, Anies beberapa kali berupaya memastikan dukungan partai itu. Menelepon Surya pada Selasa, 4 Juni 2024, Anies kembali menanyakan komitmen NasDem. Tiga hari sebelumnya, Surya diam-diam bertemu dengan Jokowi di Istana.

Seorang koleganya yang mengetahui peristiwa itu menuturkan, Surya menyatakan masih akan mendukung Anies. “Namun sekarang masih ada nama calon lain. Satu nama akan ditetapkan paling lambat 31 Juli 2024,” ucap Hermawi Taslim.

Anies tak menjawab permintaan wawancara dengan Tempo hingga Sabtu, 15 Juni 2024. Namun di kantor PKB Jakarta, Kamis, 13 Juni, Anies enggan berkomentar soal partai-partai yang maju-mundur mendukungnya sebagai calon Gubernur Jakarta. Anies meyakini dalam pilkada Jakarta tak ada upaya menjegal dia agar tak memperoleh tiket. “Saya rasa tidak,” tutur Anies.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Egi Adyatama, Erwan Hermawan, Hussein Abri Dongoran, dan Andi Adam Faturahman berkontribusi pada penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mode Perang Melawan Istana"

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus