Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Pelemahan Kurs Picu Kerugian Perusahaan Setrum

PLN diminta berinvestasi di lini distribusi.

18 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perusahaan masih mampu membukukan laba usaha sebesar Rp 6,81 triliun.

  • PLN janji kondisi keuangan tak akan mempengaruhi kualitas layanan kepada masyarakat.

  • Perusahaan perlu cermat memprioritaskan investasi di tengah kondisi yang belum stabil.

JAKARTA - PT PLN (Persero) mencatat rugi bersih sebesar Rp 38,87 triliun pada kuartal I 2020. Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, menyatakan kerugian tersebut dipicu pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp 16.937 per dolar Amerika. Angkanya terpaut jauh dibandingkan pada 31 Desember 2019, yaitu Rp 14.244 per dolar Amerika, sehingga menimbulkan selisih kurs sebesar Rp 51,97 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, Zulkifli menyatakan perusahaan masih mampu membukukan laba usaha sebesar Rp 6,81 triliun pada periode tersebut. Pendapatan pun tumbuh 5,08 persen dibandingkan kuartal I 2019 menjadi Rp 70,25 triliun. Pendapatan tersebut disumbang dari kenaikan volume penjualan listrik sebesar 4,62 persen dibandingkan kuartal I 2019. "Volume penjualan listrik naik dari 59,059 giga watt hour menjadi 61,785 giga watt hour," katanya di Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kinerja positif PLN juga terlihat dari pertumbuhan pelanggan pada periode tersebut yang bertambah 3,75 juta. Hingga akhir Maret, total pelanggan PLN tercatat sebanyak 76,50 juta.

Selama masa pandemi, Zulkifli menjelaskan, kondisi perusahaan tak begitu baik. Pembatasan kegiatan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 membuat industri tutup dan mengurangi konsumsi listrik. Meski konsumsi rumah tangga tercatat melonjak pada saat yang sama, dia mengklaim jumlahnya tak sebanding dengan penurunan konsumsi dari sektor pelanggan lainnya.

Pada Mei lalu, Zulkifli mencatat penurunan konsumsi listrik mencapai 15 persen atau sekitar 3.000 megawatt di sistem kelistrikkan Jawa-Bali. Kenaikan pemakaian pelanggan rumah tangga tak mampu menambah pendapatan perusahaan lantaran penurunan konsumsi terlalu dalam. "Kami lihat pendapatan PLN yang biasanya sekitar Rp 25 triliun per bulan, di bulan lalu hanya Rp 22 triliun," katanya.

Untuk menyalurkan kelebihan pasokan listrik, Zulkifli menargetkan perusahaan memperluas segmen pelanggan PLN. "Kami mengusahakan peningkatan pasar ke refinery, smelter, dan industri lain," katanya. Kementerian Badan Usaha Milik Negara telah membuat satu jabatan baru untuk merealisasikannya, yaitu Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan.

Di tengah buruknya situasi keuangan, PLN mendapatkan penugasan untuk memberi stimulus bagi pelanggan terdampak Covid-19. Selama tiga bulan terakhir perusahaan memberikan diskon bagi pelanggan 450 VA dan 900 VA bersubsidi. Perusahaan juga memberikan keringanan bagi pelanggan bisnis dan industri 450 VA. "Ini ditalangi dulu oleh arus kas PLN kemudian nanti ditagihkan kepada pemerintah," katanya.

Vice President Public Relation PT PLN (Persero), Arsyadany Ghana, Akmalaputri memastikan kondisi keuangan PLN tak akan mempengaruhi kualitas layanan kepada masyarakat. "Kami kelola dengan mengatur kegiatan operasional, seperti misalnya mengurangi investasi, bukan mengurangi layanan ke masyarakat," ujar dia. Namun dia tak menyebut investasi mana yang akan ditunda akibat terdampak Covid-19.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyatakan perusahaan perlu cermat memprioritaskan investasi dengan kondisi keuangan yang belum stabil. Salah satu yang menurut dia penting untuk tetap dilaksanakan adalah pengembangan smart meter. Meski investasinya tinggi, dia menilai, perusahaan masih sanggup dengan perencanaan matang dan target yang jelas. "Kalau dilihat manfaatnya, seharusnya investasi besar ini bisa dijalankan," kata dia.

Fabby mencatat sebelum 2014, perusahaan setrum negara ini banyak memfokuskan anggaran untuk pengembangan pembangkit. Saat ini pun perusahaan masih menyelesaikan program 35 ribu mega watt. Menurut dia, sudah saatnya perusahaan berinvestasi di lini distribusi.

VINDRY FLORENTIN


PELEMAHAN KURS PICU KERUGIAN PERUSAHAAN SETRUM

 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus