Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PETUNJUK itu datang dari pria plontos, kulit putih, berbadan kekar. Di manifes penerbangan yang mencantumkan nama Nunun Nurbaetie dan dipantau aparat internasional, ia selalu berada di nomor kursi sebelahnya. Ia bahkan pernah meminta awak pesawat memindahkan kursinya yang terpisah agar bisa duduk berdampingan dengan istri mantan Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Adang Daradjatun itu.
Gotcha! Pertengahan November lalu, sang pria kekar tertangkap kamera Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok. Mengenakan celana jins, kemeja putih, dan jaket hitam, dia berjalan tepat di belakang Nunun, tersangka suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, yang ditetapkan sebagai buron Interpol sejak Mei lalu. Matanya terkesan sedang mengawasi sekeliling. Nunun menutup rambutnya dengan kerudung yang diikat di bagian atas.
Sejumlah sumber di Thailand dan Tanah Air menyebutkan pria itu dikenali sebagai Philip B. Christensen. Ia pensiunan marinir Amerika Serikat, yang sekarang memimpin perusahaan jasa keamanan bernama Sitipracalaw dan berbasis di Bangkok. "Ia bergantian mengawal Nunun dengan lima orang lainnya," kata seorang sumber. Potongan gambar Nunun dan pengawalnya itu terekam pada kamera keamanan, yang dilihat Tempo pekan lalu.
Lari dari perkara sogok yang hendak menjeratnya sejak hampir dua tahun lalu, perjalanan Nunun ditata sangat rapi. Pelariannya berakhir Rabu dua pekan lalu, ketika kepolisian Bangkok menangkap sang sosialita di rumah sewaannya.
MENINGGALKAN Jakarta pada Februari 2010, Nunun menuju Singapura untuk "berobat". Ketika itu, persidangan perkara suap pemilihan Miranda Swaray Gultom telah mendudukkan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagai terdakwa. Nunun sering disebut para terdakwa. Sebulan setelah dia kabur, Komisi Pemberantasan Korupsi baru meminta Imigrasi mencegah dia ke luar negeri.
Tak lama Nunun tinggal di Singapura. Tak ingin disalahkan karena "menyembunyikan" buron, pemerintah negara itu tak mengizinkan ia tinggal terlalu lama di sana. Itu sebabnya Nunun pindah ke Thailand. Ia berpindah-pindah rumah, tapi selalu memilih daerah yang dekat dengan tujuan wisata. "Sebagai sosialita, ia suka daerah ramai," kata seorang sumber.
Rumah sewaan terakhirnya berada di Aqua Divina Urbano, permukiman yang bisa ditempuh 20 menit dari Bandar Udara Suvarnabhumi. Sama-sama terletak di timur pusat Kota Bangkok, jarak bandara ke permukiman cuma 12 kilometer. Menunggang taksi, ongkosnya sekitar 100 baht atau Rp 30 ribu. Nunun menempati rumah itu sejak sebulan lalu.
Dibangun empat tahun lalu, Aqua Divina merupakan perumahan eksklusif di Jalan Ramkhamhaeng 94. Permukiman ini dekat dengan Universitas Ramkhamhaeng dan Stadion Rajamangala, yang dipakai untuk menghelat Asian Games 1998. Untuk masuk kompleks, tetamu harus menembus dua lapis penjagaan. Pada Kamis siang pekan lalu, di pos pertama—yang tanpa bangunan serupa pos penjagaan—seorang petugas keamanan terus-menerus memelototi kendaraan yang masuk.
Seratus meter dari sana, pos kedua berdiri—lengkap dengan portal untuk mencegat kendaraan. Ditanyai ini-itu oleh petugas keamanan berwajah India, mereka yang bukan penghuni—termasuk sopir taksi yang ditumpangi Tempo—mesti meninggalkan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu tamu. Rumah sewaan Nunun sekitar 300 meter dari pos ini, dengan alamat Jalan Nantawan 5.
Rumah Nunun terletak paling ujung di deret kiri jalan buntu. Antena parabola ditegakkan di atap kanan. Ketika Tempo datang, rumah bernomor 98/34 itu lengang. Pagarnya tertutup rapat.
Seorang penjaga tergopoh-gopoh menyusul Tempo. Setelah memarkir sepeda ontelnya, ia menghampiri. Ditanya apakah Nunun Nurbaetie tinggal di situ, ia balik bertanya, "Who?" Tempo menyodorkan kertas bertulisan nama tersangka suap itu. "No, no, no," kata si petugas seraya mengibas-ngibaskan kedua tangannya. Ditanya berulang-ulang, si petugas berkukuh mengatakan tak mengetahui pemilik atau penyewa rumah itu.
Menolak menyebutkan nama pemiliknya, seorang anggota staf pemasaran perumahan itu menyebutkan harga sewa rumah di Aqua Divina berkisar 35 ribu baht atau Rp 11-12 juta per bulan. Harga jualnya 10 juta baht atau sekitar Rp 3 miliar. Berdasarkan keterangan agen properti, rumah yang ditinggali Nunun memiliki tiga kamar utama dan satu kamar pembantu. Garasinya bisa menampung dua mobil.
Berdasarkan penelusuran Tempo di Thailand, rumah yang ditinggali Nunun disewa atas nama orang lain. Dialah Philip B. Christensen, pensiunan marinir pengawal sang tersangka.
JEJAK Nunun dan pengawalnya sebenarnya telah terdeteksi cukup lama. Mulanya adalah penarikan duit oleh anak buah Philip, yang tertangkap kamera anjungan tunai mandiri atau ATM di pusat Kota Bangkok. Lensa kamera ternyata juga merekam Nunun, yang berdiri di belakangnya. Setelah itu, aparat kepolisian membuntuti dan menemukan rumah sewaan mereka.
Untuk mengawal Nunun di Thailand, Philip dibantu empat orang kulit putih dan seorang perempuan muda lokal. Dalam beberapa potongan gambar CCTV, perempuan itu berambut pendek. Ia juga sering berada di sisi Nunun. "Christensen dan anak buah mengawasi dari jarak agak jauh," katanya. Perempuan muda itu diketahui bernama Thanokrat.
Philip bukan orang asing bagi Adang. Menurut seorang sumber, dalam dua tahun terakhir, Philip tercatat dua kali masuk Jakarta. Pada satu kedatangan, Adang diketahui pernah menjamunya makan di Restoran Batavia, Jakarta Pusat. Ditanyai soal ini, Adang menolak menjelaskan. "Anda kejar sampai kapan pun, saya tidak akan menjawab," ujarnya kepada Febriyan dari Tempo.
Troy Pederson, Atase Pers Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, menolak memberikan informasi tentang Philip. "Maaf, undang-undang kami melarangnya," kata Pederson.
Nunun juga sering ke luar Thailand, misalnya ke Kamboja dan Laos. Duta Besar Republik Indonesia di Bangkok, Muhammad Hatta, menyebutkan Nunun berangkat ke Kamboja pada 23 Maret lalu. Nunun juga tercatat menyeberang ke Laos sekitar Juni.
Sumber Tempo menyebutkan perjalanan Nunun dari Thailand ke Kamboja saja lebih dari enam kali. Satu perjalanan khusus pernah ditempuh Nunun menuju Hong Kong. Ia bertemu dengan anaknya yang baru saja menikah. "Mereka bertemu dan melepas rindu," kata sumber itu.
Philip dan timnya mengatur pelarian Nunun dengan rapi. Menurut seorang sumber, layaknya operasi pengamanan pejabat penting, mereka menyiapkan kamuflase-kamuflase. Philip kadang terbang sendiri. Ia juga sesekali pergi bersama kerabat Nunun. Untuk melakukan enam kali perjalanan Thailand-Kamboja dalam lima bulan terakhir, tim Philip melakukan 17 pergerakan pengecohan.
Penampilan Nunun juga diatur agar tidak mudah dikenali. Dalam beberapa gambar, Nunun terlihat menggunakan kerudung penutup kepala, kacamata hitam yang besar, dan kalung. "Penampilannya selalu berganti-ganti." Kegiatan kontraintelijen juga dilakukan Philip. Ketika ada informasi Nunun berada di satu tempat, artinya dia sudah meninggalkan tempat itu.
Mungkin karena tertekan dalam pelarian, Nunun kadang terlihat lelah. Karena itu, dia secara rutin dikunjungi orang-orang dekatnya, seperti anak, menantu, dan keponakan. Selain itu, Nunun tidak ingin memilih tempat yang sepi. "Pantai Pattaya (Thailand) dan Angkor Wat (Kamboja) menjadi tempat favoritnya."
Di Bangkok, Nunun rajin berobat ke Rumah Sakit Internasional Bumrungrad. Seorang anggota staf menolak memerinci tanggal-tanggal kedatangan Nunun ke sana. Ia juga enggan menyebutkan Nunun dirawat untuk sakit apa. "Maaf, itu rahasia pasien," katanya.
Terletak di kawasan Shukumvit, rumah sakit ini banyak didatangi orang asing. Bumrungrad memang memiliki International Patient Center yang terletak di lantai tiga. Salah satu servisnya menyediakan penerjemah dalam berbagai bahasa. Duta Besar Muhammad Hatta menyebutkan Bumrungrad merupakan rumah sakit terbaik di Negeri Gajah Putih. "Perawatan dan fasilitasnya paling top," katanya.
Tarif rawat inap di Bumrungrad berbeda-beda, tergantung jenis kamarnya. Berdasarkan data rumah sakit ini, tarif rawat inap paling murah 3.950 baht semalam. Setiap kamar terdiri atas empat ranjang untuk empat pasien dengan kamar mandi bersama. Yang paling mahal kelas premier royal suite, khusus untuk satu pasien. Tarifnya semalam 25.600 baht. Bangsal rumah sakit layaknya sebuah unit apartemen, dilengkapi televisi, komputer, microwave, dan sofa. Luas kamar ini sekitar 70 meter persegi.
HARI keberuntungan Nunun berakhir Rabu dua pekan lalu. Polisi Bangkok yang menguntitnya sejak sebulan sebelumnya mendeteksi keberadaannya di rumah sewaan. Sejumlah polisi yang mengintai rumah itu berusaha merangsek ke dalam rumah. Ketika itu, Nunun hanya ditemani Thanokrat dan keponakannya. "Philip tidak ada di rumah," kata sumber Tempo.
Sejumlah polisi berusaha memanjat pagar setinggi tiga meter, tapi ternyata tidak mudah. Beberapa orang harus merelakan sepatunya terkoyak tersangkut besi. Kegaduhan di luar ternyata didengar Nunun. "Dia berlari ke lantai dua dan mengunci kamar," kata sumber itu. Upaya itu sia-sia karena polisi langsung mengetahui tempat dia bersembunyi. Nunun kabarnya sempat menawarkan 1 juta baht agar dibebaskan. Tapi polisi yang menangkapnya bergeming dan tetap membawanya. Ia dibawa ke satu rumah yang aman dan tinggal hingga penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi menjemputnya Sabtu dua pekan lalu.
Tak banyak lembaga yang dilibatkan dalam operasi ini. Kepala Kepolisian Thailand Jenderal Priewpan Damapong, lewat sekretarisnya, Kapten Siyada, pun mengatakan tidak bisa menjelaskan secara persis soal penangkapan. "Atasan saya tidak tahu soal penangkapan Nunun," kata Siyada. Duta Besar Hatta juga baru tahu menjelang serah-terima di atas pesawat Garuda tujuan Jakarta.
Chandra M. Hamzah, yang melepas jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi pekan lalu, mengatakan kepolisian Thailand sudah lama mencari Nunun. Setelah polisi menemukan rumah sewaan itu, kata dia, informasi disampaikan ke kantornya. "Kami lalu berkoordinasi dengan kepolisian Bangkok," ia menambahkan.
Meski Nunun belakangan menggunakan paspor atas nama orang lain, menurut Chandra, KPK memastikan identitas dia melalui paspor yang dibawanya dengan nama Nunun Nurbaetie Daradjatun. Paspor itulah yang dicabut Direktorat Jenderal Imigrasi, Mei lalu.Setelah menandatangani berkas acara penangkapan, Nunun menuju Jakarta, yang ditinggalkannya hampir dua tahun lalu, dengan teman istimewa: Chandra dan sembilan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi.
Sepanjang perjalanan, ia terus menutupi wajah dengan kerudung Louis Vuitton, salah satu merek busana papan atas yang banyak dikoleksinya….
BS/Setri Yasra (Jakarta), Anton Septian (Bangkok)
Tercokok di Timur Bangkok
Meninggalkan Tanah Air pada 23 Februari 2010, Nunun Nurbaetie harus mengakhiri vakansinya pada Rabu dua pekan lalu. Di rumah sewaan dua lantai yang eksklusif di permukiman Aqua Divina Urbano, Jalan Ramkhamhaeng 95, sebelah timur pusat Kota Bangkok, Thailand, Nunun disergap polisi setempat.
Melanglang Negeri
Hanya sebentar berada di Singapura, Nunun segera pindah ke Thailand dan Kamboja. Selama hampir dua tahun, ia juga kerap menyeberang ke negara lain. "Dari Thailand ke Kamboja saja lebih dari enam kali," kata seorang sumber. Ia selalu memilih tempat ramai, dekat lokasi tujuan wisata.
Indonesia ==> Singapura ==> Thailand ==> Kamboja ==> Laos ==> Thailand ==> Hong Kong ==> Thailand ==> Kamboja ==> Thailand
Diapit di Garuda
Lepas landas dari Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok, pada pukul 14.10, Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 867 mendarat di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, pada pukul 17.35. Selama itu, Nunun duduk di sebelah jendela, dikepung petugas Komisi Pemberantasan Korupsi.
Hikayat Cek Pelawat
2008
9 September
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan melaporkan adanya aliran 480 lembar cek pelawat untuk 41 anggota Komisi Keuangan DPR periode 1999-2004. Di pengadilan, disebutkan jumlah penerima cek 39 orang.
25 September
Komisi Pemberantasan Korupsi memanggil Nunun, tapi ia tak datang dengan dalih sakit.
2009
10 Juni
Nunun disebut KPK sebagai pemberi cek pelawat kepada Endin A.J. Soefihara, politikus Partai Persatuan Pembangunan, dan kawan-kawan.
Desember
Nunun muncul dalam sebuah majalah gaya hidup terbitan luar negeri. Ia terlihat segar dan sumringah.
2010
23 Februari
Nunun terbang ke Singapura melalui Bandara Soekarno-Hatta menggunakan maskapai penerbangan Lufthansa pada pukul 19.06.
23 Februari-6 Mei
Nunun berada di Singapura berdasarkan stempel imigrasi Bandara Changi, Singapura.
24 Maret
Nunun dicegah ke luar negeri.
1-19 April
Nunun mangkir bersaksi di pengadilan dengan alasan sakit ingatan dan tengah dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
16 Mei-14 Juni
Nunun terdeteksi berada di Thailand.
1 September
KPK menetapkan 26 politikus penerima cek pelawat sebagai tersangka.
10 November-8 Desember
Nunun mangkir ketika hendak diperiksa KPK.
2011
24 Februari
Nunun ditetapkan sebagai tersangka, tapi baru diumumkan KPK pada 23 Mei.
9 Maret
KPK menyatakan sudah mengirim tim untuk mencari Nunun di Thailand.
26 Mei
Imigrasi mencabut paspor Nunun.
30 Mei
Nunun dikabarkan berada di Bangkok. Lewat Kejaksaan Agung Thailand, KPK mengajukan permohonan penangkapan Nunun ke pengadilan.
Juni
Pengadilan mengabulkan permohonan penangkapan Nunun.
7 Desember
Nunun ditangkap.
10 Desember
KPK membawa Nunun ke Jakarta dengan Garuda Indonesia GA 867.
Naskah: Anton Septian
Sumber: PDAT
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo