Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah kembali membahas kereta cepat Jakarta-Surabaya bersama Jepang.
Indonesia-Jepang menyusun rencana pengembangan kereta cepat Jakarta-Surabaya sejak 2019.
Cina ada kemungkinan dilibatkan dalam proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah memulai kembali pembahasan proyek kereta cepat dengan jalur dari Jakarta hingga Surabaya. Proyek lanjutan kereta cepat Jakarta-Bandung ini rencananya dikerjakan bersama investor asal Jepang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sudah menjalin komunikasi dengan pemerintah Jepang untuk mewujudkan rencana tersebut. Diskusi dilakukan dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji, yang baru dilantik pada 10 Februari lalu.
"Kami tengah berbicara intensif dengan Jepang untuk meningkatkan pelayanan dari Jakarta ke Surabaya dengan kereta semicepat yang waktu tempuhnya kurang dari 6 jam," ujar Budi Karya. Saat ini, perjalanan kereta Jakarta-Surabaya memakan waktu 9 hingga 10 jam dengan didukung rel dwiganda.
Budi mengatakan Indonesia dan Jepang sebenarnya telah menyusun rencana pengembangan jalur kereta semicepat Jakarta-Surabaya sejak 2019. Dilansir dari situs Kedutaan Jepang di Indonesia, Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan pengkajian melalui kegiatan Preparatory Survey for Java Northern Line Upgrading Project sejak Juni 2019. Tiga bulan kemudian, kedua negara sepakat menyelesaikan pembangunan proyek melalui dua tahap, yaitu Jakarta-Semarang, lalu Semarang-Surabaya.
Menurut Budi, proyek ini membutuhkan dana triliunan rupiah. "Saya minta ke Direktorat Jenderal Kereta Api melakukan tindakan yang lebih intensif, memastikan proyek ini berjalan dengan baik," katanya.
Proyek pembangunan jalur kereta cepat di ruas tol Padaleunyi, Bandung, Jawa Barat, 15 Maret 2021. TEMPO/Prima Mulia
Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 yang disusun sejak 2011, proyek kereta cepat termasuk satu dari 10 program utama. Satu jaringan dan layanan kereta api cepat yang dapat segera direalisasi adalah pengembangan kereta yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Lintasan ini merupakan bagian dari pengembangan kereta cepat Merak-Jakarta-Banyuwangi.
Pengembangan tersebut bertujuan mengurangi beban jalan di jalur pantai utara yang sudah kelebihan beban. Kereta cepat juga dipilih karena teknologinya yang lebih ramah lingkungan dibanding moda lainnya. Untuk menjamin keamanan dan keselamatan operasional proyek, pembangunan kereta cepat disarankan menggunakan jalur rel layang atau elevated railway.
Namun, alih-alih mewujudkan agenda tersebut, pemerintah memilih membangun kereta cepat Jakarta-Bandung lebih dulu. Proyek ini dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC), perusahaan gabungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan Beijing Yawan HSR Co Ltd. Proyek jalur kereta cepat sepanjang 140 kilometer ini bakal beroperasi pada 2022, mundur dari target awal, 2019.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah berencana melanjutkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga ke Surabaya. "Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan kepada Presiden Xi Jinping agar Cina berpartisipasi dalam proyek tersebut," kata dia, beberapa waktu lalu. Menurut Luhut, Cina memenuhi syarat untuk melakukan investasi di dalam negeri lantaran menggunakan teknologi ramah lingkungan, bersedia melakukan transfer teknologi, serta menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Aditya Dwi Laksana, menyatakan, jika proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya ini merupakan perpanjangan rute Jakarta-Bandung, pemerintah perlu menyusun perencanaan dengan matang. "Kalau menggunakan jalur selatan dengan melanjutkan kereta cepat Jakarta-Bandung, biayanya relatif tinggi karena topografinya pegunungan," kata dia. Jika disambungkan ke utara di jalur yang telah dikaji pemerintah Jepang, diskusi mengenai skema pendanaan, penggunaan teknologi, hingga pengoperasiannya perlu diskusi panjang antara pemerintah Jepang dan Cina.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Abra P.G. Talattov, menanti kepastian sikap pemerintah soal proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jika proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek Bandung, dia khawatir beban keuangan yang ditanggung perusahaan pelat merah anggota PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia akan semakin menggunung. "Mereka harus menyiapkan lagi dana untuk investasi baru, sementara beban dari proyek Jakarta-Bandung sudah berat," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN | CAESAR AKBAR | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo