Tak Henti Memperjuangkan Royalti

Di atas kertas, pendapatan dari royalti bagi musikus terbilang kecil ketimbang honor penampilan di sebuah pertunjukan. Namun pemasukan atas hak cipta itu bisa menjadi sumber penghasilan yang kontinu. Banyak musikus yang belum sadar akan hal itu.

18 April 2021 | 00.00 WIB

Perbesar

Pedagang memeriksa kelayakan piringan hitam di toko kaset, Jatinegara, Jakarta, 15 April 2021. Tempo/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Ringkasan Berita

Pemusik harus terus memperjuangkan royalti, dimulai dengan mendaftarkan hak cipta.
Royalti memang kecil tapi kontinu, sehingga bisa dinikmati sampai tua dan oleh anak-cucu.
Pemain musik cabutan pun berharap diakomodasi untuk menerima royalti.

Pengalaman puluhan tahun bekerja dengan banyak musikus asing membuka mata Melanie Subono akan pentingnya kesadaran mendaftarkan hak cipta atas setiap karya yang ia buat. Tidak hanya rajin mendaftarkan karya-karyanya, musikus yang aktif sejak 1998 itu pun rutin mengikuti perubahan regulasi atau perkembangan baru ihwal hak cipta dan royalti musik.

Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini

Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
Akses penuh seluruh artikel Tempo+
Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
Fitur baca cepat di edisi Mingguan
Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo

Lihat Benefit Lainnya

seniman

gerakan-seniman

musik

hak-cipta

undang-undang-republik-indonesia-no-19-tahun-2002-tentang-hak-cipta

Praga Utama

Lulusan Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada 2011. Bergabung dengan Tempo di tahun yang sama sebagai periset foto. Pada 2013 beralih menjadi reporter dan saat ini bertugas di desk Wawancara dan Investigasi.

Edisi 20 April 2025