Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Nur Very Heni Susanto mendirikan Sahabat Anak Kanker agar anak yang sakit kanker tetap bisa bermain.
Yayasan Komunitas Taufan berkunjung ke rumah anak yang sakit kanker untuk mengajak bermain dan menyalurkan donasi.
Pendiri komunitas Sahabat Anak Kanker dan Yayasan Komunitas Taufan kehilangan buah hatinya masing-masing karena kanker.
NUR Very Heni Susanto kerap bolak-balik ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Saiful Anwar Malang pada 2014. Saat itu, ia menemani anak pertamanya yang bernama Galih yang sakit kanker sel darah putih atau leukemia menjalani pengobatan. Beragam mainan pun dibawa oleh Very ke rumah sakit agar buah hatinya tenang saat berobat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyaknya mainan di kamar Galih menarik perhatian anak lain yang juga tengah berobat. “Teman-temannya itu ikut main,” tutur Very kepada Tempo, Kamis lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah program kemoterapi rampung, semua mainan itu ikut dibawa pulang. Nah, ketika Galih datang lagi untuk berkonsultasi, teman-temannya yang masih berobat mengungkapkan kesepian karena tak lagi ada mainan yang bisa dipinjam. Sepekan kemudian Very kembali lagi ke rumah sakit dengan membawa banyak mainan.
Kegiatan itu ternyata menarik perhatian kawan-kawan Very. Mereka ikut menyumbangkan mainan untuk anak-anak yang sakit kanker dan tengah menjalani pengobatan di RSUD dr Saiful Anwar. Dari sana, Very membentuk komunitas Sahabat Anak Kanker pada 2015. Salah satu tujuannya agar mudah menggelar kegiatan bagi anak-anak penderita kanker di rumah sakit tersebut. Dengan begitu, anak-anak itu bisa bermain.
Melalui permainan dan wisata ini, mereka juga jadi punya kenangan indah. “Biar yang diingat itu tidak hanya rumah sakit,” tutur pria berusia 38 tahun tersebut. “Apalagi kami juga tahu rasanya kehilangan itu.”
Nur Very Heni Susanto dan istri bersama kedua putranya, Galih serta Damar. Dok. Nur Very Heni Susanto
Bahkan RSUD dr Saiful Anwar mengizinkan Sahabat Anak Kanker merenovasi salah satu ruang bermain di sana. Komunitas itu mendandani ruangan tersebut dan mengisinya dengan beragam mainan. Sahabat Anak Kanker juga menyediakan diaper dan susu untuk bocah-bocah itu.
Sebelum pandemi Covid-19 merebak, Sahabat Anak Kanker memiliki beragam kegiatan, salah satunya mendongeng. Komunitas itu juga mengadakan rekreasi ke sejumlah tempat wisata di Malang dan Batu tiap dua bulan sekali. Bahkan sejumlah anak penderita kanker itu pernah diajak menonton di stadion saat Arema bertanding.
Saat masa pandemi, Sahabat Anak Kanker mengirim mainan ke rumah bocah-bocah yang sakit kanker itu. Beragam mainan tersebut disediakan oleh rental mainan yang bekerja sama dengan komunitas itu. “Biar mereka tidak main keluar,” ujar Very.
Kegiatan bermain bersama hanya dilakukan sesekali. Itu pun saat wabah Covid-19 mulai melandai dan dilakukan di luar ruangan agar bisa menjaga jarak. Para relawan mengawasi anak-anak tersebut. Kini terdapat 15 relawan yang aktif dalam komunitas itu.
Very kerap menyampaikan kepada anggota keluarga yang mendampingi anak penderita kanker bahwa kesehatan bocah-bocah itu bisa membaik seperti Galih. Galih sempat ikut kegiatan Sahabat Anak Kanker. Namun ternyata Tuhan punya rencana lain. Kanker Galih muncul kembali dan merenggut nyawanya pada 2017 dalam usia 5 tahun.
Putra kedua Very, Damar, juga didiagnosis leukemia. Suatu pagi, pada 2018, Damar masuk unit gawat darurat (UGD) dan meninggal pada malam harinya. Damar wafat saat berusia 18 bulan.
Pendiri Komunitas Taufan, Yeni Dewi Mulyaningsih (kanan), saat kegiatan buka puasa bersama dalam ulang tahun salah satu donatur. Dok. Komunitas Taufan
Kehilangan buah hati karena kanker juga dialami Yeni Dewi Mulyaningsih. Anak keempat Yeni, Muhammad Taufan, didiagnosis sakit leukemia pada akhir 2011. Taufan sempat berjuang melawan penyakitnya tersebut dan meninggal pada 1 Mei 2013 saat berusia 7 tahun.
Saat menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo (RSCM), Taufan bertemu dengan relawan yang menghibur anak sakit kanker bernama Zack Petersen. Sepulang dari kantor, relawan dari Amerika Serikat itu kerap ke rumah sakit untuk mengobrol dan bermain dengan Taufan. Menurut Zack, Taufan merupakan anak yang periang.
Zack juga yang mendorong agar Yeni kembali ke rumah sakit untuk menghibur anak yang sakit kanker maupun anggota keluarga yang mendampinginya. Yeni kemudian berbagi dengan para pendamping tersebut. Apalagi saat itu banyak orang tua dari daerah yang kebingungan saat baru tiba di RSCM. “Ternyata saya menikmati waktu sharing tersebut,” tutur perempuan yang tinggal di Kota Bekasi itu.
Zack kemudian menyampaikan kegiatan Yeni tersebut di Twitter. Sejumlah orang kemudian menghubungi Yeni dan memberikan mainan serta buku untuk diberikan kepada anak-anak yang sakit kanker itu.
Komunitas Taufan pun berdiri sejak Februari 2014. Namun setahun kemudian komunitas itu berubah bentuk menjadi yayasan. Setiap tahun yayasan tersebut membuka kesempatan untuk menjadi relawan. Kini jumlah relawan di sana sekitar 500 orang yang terdiri atas beragam latar belakang, seperti tenaga kesehatan, psikolog, hingga mahasiswa.
Yeni Dewi Mulyaningsih (atas, ketiga dari kanan) bersama relawan Komunitas Taufan. Dok. Komunitas Taufan
Sebelum pandemi Covid-19 merebak, Yayasan Komunitas Taufan memiliki sejumlah program untuk membantu anak yang sakit kanker. Misalnya, home visit, di mana relawan dari yayasan tersebut datang ke rumah anak yang sakit kanker untuk berbagi dan memberikan donasi. Dalam sebulan, para relawan bisa mengunjungi 5-10 rumah anak yang tinggal di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Bahkan, jika rumah anak yang sakit kanker itu berdekatan, para relawan mengajak mereka bermain bersama. Namun kegiatan tersebut terhenti demi mencegah penularan Covid-19.
Kegiatan lain Yayasan Komunitas Taufan ialah mendatangi rumah sakit untuk menghibur anak yang sakit kanker. Aktivitas berbagi pengalaman dengan pendamping dan menyalurkan donasi itu dilakukan sebulan empat kali. Namun kegiatan tersebut juga terhenti karena virus corona. “Sekarang kegiatan seperti mendongeng dilakukan lewat Zoom,” tutur Yeni.
Yeni berharap kegiatan Yayasan Komunitas Taufan bisa mengembalikan keceriaan dan semangat anak yang sakit kanker maupun pendampingnya. Bocah-bocah tersebut tetap perlu bermain di tengah padat dan panjangnya jadwal pengobatan. “Kami berupaya mengembalikan keceriaan anak-anak itu,” ujar perempuan berusia 45 tahun tersebut.
GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo