Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Penghiliran Tersandung Pandemi

Industri makanan-minuman, farmasi dan alat kesehatan, serta kimia mampu tumbuh pada masa pandemi. Beberapa bulan terakhir, giliran industri logam, batu bara, dan minyak sawit terkerek kenaikan harga internasional. Penghiliran menjadi pertaruhan. 

21 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik di Jawa Timur, 12 Oktober 2021. presiden.go.id/BPMI Setpres/Lukas
Perbesar
Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik di Jawa Timur, 12 Oktober 2021. presiden.go.id/BPMI Setpres/Lukas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sulit mengukur keberhasilan kebijakan ekonomi pemerintah pada masa pandemi Covid-19.

  • Industri makanan-minuman, farmasi, alat kesehatan, serta kimia tetap tumbuh pada masa pandemi.

  • Sektor tambang dan perkebunan kian menggeliat, ditopang kenaikan harga internasional.

JAKARTA — Berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor industri diluncurkan dalam dua tahun pertama periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Namun sulit mengukur keberhasilan kebijakan pemerintah tersebut akibat terhambat pandemi Covid-19.

Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mobilitas masyarakat yang berkurang dan kegiatan produksi yang menurun membuat pertumbuhan ekonomi lesu. “Meski pemerintah sudah membuat kebijakan yang beraneka ragam dalam dua tahun terakhir, karena ada pandemi, semuanya terganggu,” ujar dia kepada Tempo, kemarin.

Heri menyebutkan sektor industri yang mampu tumbuh selama masa pandemi adalah industri makanan-minuman, farmasi dan alat kesehatan, serta kimia. “Sektor-sektor yang bisa tumbuh, ya, sektor yang laku, yang tetap dibutuhkan masyarakat (di tengah penurunan daya beli),” dia mengungkapkan.

Heri mengimbuhkan, baru beberapa bulan belakangan, setelah pandemi di negara-negara maju mulai teratasi dan kegiatan perekonomian kembali bergeliat, sektor industri lain perlahan-lahan pulih. Harga komoditas ekspor andalan Indonesia, seperti baja, batu bara, serta minyak sawit (CPO) dan turunannya, meroket di pasar internasional.

“Lonjakan (harga) itu turut membantu pertumbuhan nilai ekspor dan ekonomi Indonesia,” kata dia.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor nonmigas Indonesia pada September 2021 mencapai US$ 19,67 miliar, naik 48,03 persen dibanding pada September 2020. Secara kumulatif, nilai ekspor pada Januari–September 2021 mencapai US$ 164,29 miliar, naik 40,38 persen dibanding pada periode yang sama 2020. Khusus ekspor nonmigas mencapai US$ 155,46 miliar atau naik 39,84 persen.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus