Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni meminta pemerintah membuat kebijakan yang membantu meningkatkan perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Langkah itu dinilai sebagai strategi utama menopang pengusaha warteg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena konsumen warteg kebanyakan adalah masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah," kata Mukroni kepada Tempo, Selasa, 4 Mei 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Mukroni, daya beli masyarakat yang turun sangat berpengaruh terhadap nasib pengusaha warteg. Di wilayah Jabodetabek saja, setengah pengusaha warteg di komunitasnya telah pulang kampung. Anggota Kowantara di wilayah itu disebut mencapai 10 ribu orang.
"Ramadan ini nggak lebih bagus dari Ramadan kemarin. Jadi mau ngapain lagi mereka bertahan di sini," kata dia.
Mukroni menjelaskan, banyak konsumen utama warteg berasal dari kalangan pekerja harian. Namun akibat pandemi Covid-19, para pekerja itu mengalami masalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Jika masih ada yang bekerja, para pekerja itu enggan makan di warteg.
"Di jalan protokol itu banyak yang lewat, tapi mereka nggak beli di warteg. Mereka bawa makanan dari rumah," ujar Mukroni.
Mukroni mengatakan tak menyalahkan pemerintah atas sepinya konsumen warteg selama pandemi virus Corona ini. Namun dia menilai anggaran negara seharusnya lebih difokuskan untuk menyokong ekonomi masyarakat menengah ke bawah. "Ketimbang buat Ibu Kota baru, dan lain-lain," kata dia.
Baca juga: Setengah Pedagang Warteg Jabodetabek Telah Mudik, Kowantara: Daya Beli Anjlok