Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Nama ACK diumumkan di depan para pemegang izin ekspor pada 2 Juni lalu.
ACK turut didukung oleh PT Perishable Logistic Indonesia (PLI), anak usaha Grup Anugerah Tangkas Trasportindo.
PT ACK belum banyak dikenal penyedia layanan kargo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Alasan penunjukan PT Aero Citra Kargo (ACK) sebagai entitas tunggal penyedia freight forwarder atau jasa pemberangkatan kargo benih bening lobster ke negara tujuan ekspor masih dipertanyakan. Penunjukan itu menjadi sorotan setelah Perkumpulan Pengusaha Lobster Indonesia (Pelobi)--berisi sekitar 40 pemegang izin ekspor benih lobster--menjadikan Aero Citra sebagai satu-satunya rujukan untuk mengangkut benih lobster ke negara tujuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah sumber Tempo dari kalangan eksportir mengatakan nama ACK diumumkan di depan para pemegang izin ekspor pada 2 Juni lalu, melalui pertemuan yang diadakan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Saat itu para eksportir hanya diundang melalui pesan WhatsApp, tanpa surat dengan kop Kementerian KKP. Staf Khusus Menteri KKP, Andreau Pribadi, hadir dalam pertemuan tersebut. “Pertemuan itu memberitahukan soal ACK dan sedikit presentasi soal tata cara ekspornya,” ucapnya.
Dari bahan presentasi perihal layanan ACK pada saat itu, biaya pengiriman bayi lobster masih tercantum sebesar Rp 2.300 per ekor. Harga itu sudah mencakup tujuh jenis layanan, termasuk jasa truk area Jakarta dan sewa gudang, namun belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPN), pendapatan negara bukan pajak (PNBP), serta biaya karantina. Saat ini, layanan ekspor ACK sudah disesuaikan ke tarif Rp 1.800 per ekor.
“Sampai sekarang kami tak tahu alasan ACK dipilih,” ucap eksportir tersebut. “Tapi penerbitan surat keterangan waktu pengeluaran (SKWP) kami akan dipersulit kalau memakai kargo lain.”
Ketua Asosiasi Budi Daya Ikan Laut Indonesia (Abilindo), Wajan Sudja, yang sempat dimintai keterangan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), membenarkan ihwal pertemuan pada 2 Juni tersebut. KPPU sedang mengusut kejanggalan ekspor yang angkutan kargonya diduga dimonopoli oleh PT ACK.
Meski tidak hadir langsung, Wajan mengaku mendapat bukti dan informasi langsung dari sejumlah eksportir bayi lobster yang merupakan rekan-rekannya. “Presentasi yang diberikan ke eksportir dalam pertemuan itu sudah saya berikan ke KPPU juga,” katanya.
Dia menuturkan, layanan ACK turut didukung oleh PT Perishable Logistic Indonesia (PLI), yang merupakan segmen udara Grup Anugerah Tangkas Trasportindo (ATT). Namun kargo benih tersebut tetap dikoordinasikan oleh ACK.
Lewat jawaban WhatsApp kepada Tempo pada 20 November lalu, Staf Khusus Menteri KKP Andreau Pribadi mengatakan ACK direkomendasikan sendiri oleh sejumlah ekspotir yang tergabung dalam Pelobi. “Melalui rekomendasi Pelobi, ACK dapat membantu handling dan proses administrasi yang tepat waktu sehingga komoditas bayi benih lobster dapat terkirim dan keluar di bandara Vietnam dengan waktu yang tepat,” ujarnya. Menurut Andreau, pemilihan jasa freight forwarder itu penting karena komoditas tersebut tidak tahan lama alias perishable.
Sebagai rujukan puluhan eksportir, nama PT ACK sendiri belum banyak dikenal penyedia layanan kargo. Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Hanafi, yang memimpin 3.412 perusahaan forwarder, mengaku belum familiar dengan nama ACK. “Kalau ATT dan PT PLI, saya masih dengar,” ujarnya.
Dari akta perusahaan yang diperoleh Tempo, struktur kepengurusan dan pemegang saham PT ACK sudah berubah lima kali sejak didirikan pada Januari 2014. Lutpi Ginanjar, salah seorang direktur ACK, belum merespons pertanyaan Tempo saat dihubungi kemarin melalui e-mail.
YOHANES PASKALIS | VINDRY FLORENTIN
3
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo