Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Petualangan Perempuan Memancing hingga Himalaya

Jauh sebelum aktris Prilly Latuconsina, hobi memancing sudah digeluti sejumlah perempuan. Mereka dikenal sebagai lady angler.

5 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Aura Pawita, 16 tahun, menjadi Youtuber memancing sejak masa pandemi.

  • Wainda Anggun gemar memancing sejak kecil karena suka diajak kakaknya.

  • Puji Astuti Agustina memancing di sejumlah lokasi di Indonesia hingga Pegunungan Himalaya. 

Aktris Prilly Latuconsina dikenal suka mencoba kegiatan dan olahraga baru. Belakangan, ia sedang menggandrungi hobi memancing. Pemeran dalam film Budi Pekerti ini belum lama membagikan potret keseruannya memancing di Banda Neira, Maluku. “Pagi diving, sore lanjut mancing sambil ngeliat sunset! What a life,” demikian Prilly menulis di salah satu unggahan di akun Instagram-nya pada 26 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sebuah video pendek yang diunggah di TikTok, perempuan 27 tahun itu memperlihatkan perjuangannya ketika strike atau momen saat umpan disambar ikan. Ia terlihat tarik-tarikan sampai jorannya terlihat melengkung. Setelah satu jam bergelut, ia berhasil mengangkat seekor ikan berukuran hampir sebesar badannya, yaitu genghis khan atau hiu air tawar. Bobot ikan ini mencapai 26 kilogram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain Prilly, selebgram Wendy Walters mengunggah video dirinya tengah memancing di sebuah danau. Para pemancing perempuan ini umumnya disebut lady angler. Jauh sebelum Prilly dan Wendy, cukup banyak perempuan yang menggeluti hobi ini. Di YouTube, misalnya, jika mencari dengan kata kunci lady angler Indonesia, akan bermunculan YouTuber perempuan dengan konten memancing.

Salah satunya Aura Pawita. Dara 16 tahun ini menjadi Youtuber memancing sejak masa pandemi. Lady angler asal Belitung tersebut memang sudah akrab dengan dunia pemancingan sejak kecil. “Biasa diajak keluarga buat mancing ke laut saat musim liburan,” kata Aura kepada Tempo, Selasa, 31 Oktober lalu.

Aura Pawita, lady angler asal Belitung, memancing ikan Chao Phraya di Perak, Malaysia. Dok Pribadi

Pada awal masa pandemi, Aura menceritakan dirinya bingung tak ada aktivitas apa pun di rumah. Karena hanya punya hobi memancing, terlintaslah ide membuat konten bersama ibunya. Lokasi memancingnya lebih sering di air tawar, seperti rawa dan sungai. Tapi spot-spotnya pun tidak biasa. Ia pernah memancing di area kanal sawit, rawa bekas tambang timah yang dihuni predator dan buaya, hingga hutan.

Karena banyak bermain di air tawar, ikan yang paling sering dijumpainya adalah gabus. Ikan yang dipancing jarang dibawa pulang. Setelah berhasil diangkat, Aura melepaskan mata pancing dan merilis kembali ikan tersebut. Selain di daerah tinggalnya, Aura memancing di berbagai daerah, seperti Palembang, Bangka, Riau, Jambi, Semarang, dan Demak. 

Dari hobi yang dibuat menjadi konten ini, Aura tak hanya mendulang cuan dari YouTube. Ia mendapat berbagai tawaran endorsement dari berbagai brand, dari joran sampai parfum. Ia juga belum lama ini diundang ke Malaysia oleh salah satu brand joran untuk memancing di kolam. 

Saat itu ikan yang menyambar umpannya adalah chao phraya dengan bobot 33 kg. Ukurannya hampir sama besarnya dengan Aura. “Awalnya enggak nyangka bisa angkat ikan segede itu. Pas ditimbang, Aura kaget karena ikan seberat itu,” ujarnya.

Walau senang bisa menggeluti hobi memancing, pelajar kelas XI ini juga punya pengalaman duka. Saat memancing ikan toman di Sungai Zed, Bangka, perahu yang dinaikinya karam. “Di perjalanan menuju pondok, perahu kami karam dan akhirnya pulang habis itu,” tuturnya mengenang kegagalan memancing di sungai itu.

Anak muda lain yang sudah cukup lama menggeluti hobi memancing adalah Wainda Anggun. YouTuber ini juga gemar memancing sejak kecil karena suka diajak kakaknya. Beranjak dewasa, hobi memancing sempat ia tinggalkan. Namun, setelah bekerja di Semarang, ia jadi rajin memancing di kala libur kerja, terutama sejak masa pandemi pada 2020.

Saat memancing, Wainda biasanya merekam aksinya lewat bantuan sang kakak, lalu hasilnya diunggah ke media sosial. Tak disangka, banyak yang menonton kontennya. Sejak itu ia berfokus menjadi kreator konten hingga berhenti dari pekerjaan sebelumnya. Di dunia pemancingan, Wainda dikenal sebagai lady angler di spot ekstrem. Pasalnya, ia kerap memancing di Dam Ijo, area pemecah gelombang dari beton yang tertanam di dasar laut.

Untuk menuju ke sana, Wainda menggunakan perahu, lalu bakal turun di Dam Ijo tersebut. Biasanya ia hanya memancing dari pagi hingga siang dengan posisi berdiri tanpa sandaran dan setengah tubuhnya terendam air laut. Walau spot ini banyak memakan korban, Wainda mengaku menikmati sensasi memancing di area tersebut. Apalagi ikan-ikannya variatif. Ada kerapu, kakap, tompel, dan giant trevally.

Menurut Wainda, pemula tidak disarankan memancing di area tersebut dan tidak boleh asal berangkat. Sebab, cuaca di sana tidak menentu. Walau sudah memastikan cuaca pada hari memancing, Wainda pernah terjebak di dam itu lantaran ada badai. “Seru tapi ngeri,” katanya. Jika terjadi badai, ia biasanya menaruh alat pancing agar tidak mengundang petir. 

Lady Angler, Wainda Anggun, memancing ikan kakap di Rumpon Pak Kandar, Semarang Barat. Dok. Pribadi

Selain di laut, Wainda kerap memancing di kolam galatama, sawah, dan kali. Ikan yang dipancing ada betok, mujair, dan gabus. Ia memancing di sana karena menargetkan penonton TikTok. Ia menuturkan ada perbedaan karakteristik audiens di YouTube dan TikTok. Di YouTube, banyak pelanggannya yang lebih suka konten memancing di laut. 

Melihat sejumlah anak muda, terutama perempuan, punya hobi memancing membuat Puji Astuti Agustina teringat pengalamannya beberapa tahun lalu. Lady angler yang sudah terjun di dunia pemancingan sejak 2000 itu kerap berjumpa dengan banyak pemancing perempuan di daerah-daerah. “Mereka memang kehidupannya memancing dan punya hobi memancing,” kata Puji saat ditemui Tempo di Bojong Kulur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis, 2 November lalu.

Puji mengatakan banyak perempuan yang memancing, tapi tidak terekspos. Biasanya mereka memancing di sungai-sungai. Di laut juga ada, tapi bisa dihitung jari. Puji menuturkan kebanyakan perempuan mendampingi suaminya memancing. Salah satunya Puji. Perempuan 53 tahun itu kerap menemani sang suami ke kolam pemancingan galatama di kawasan Jakarta Timur.

Saat suaminya memancing, Puji hanya membaca buku, bermain ponsel, atau berjalan-jalan di mal. Sampai kemudian sang suami meminta Puji memegang joran dalam posisi sedang strike. Sensasi bertarung dengan ikan pun membawa pengalaman sendiri bagi Puji. Ia malah ketagihan memancing sejak saat itu.

Tiap kali umpan sudah disambar ikan, Puji meminta sang suami memberikan joran kepadanya. “Lama-kelamaan dia terganggu. Akhirnya saya dibukain lapak, punya caddy sendiri, dan dibelikan alat pancing sendiri,” katanya.

Seiring dengan waktu, Puji makin serius dengan hobi barunya tersebut. Ia bersama sang suami kerap melakukan wild fishing di Sumatera; Kalimantan; Maluku; Papua; hingga ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Pegunungan Himalaya

Dari banyak daerah yang pernah disambanginya, Kalimantan masih menjadi spot favorit. Selain lokasinya cukup ekstrem berada di pedalaman, ikan-ikan di Tanah Borneo merupakan ikan sungai berarus deras. “Power ikan saat fight itu ada perlawanan,” ujarnya. Ada kepuasan sendiri ketika Puji berhasil mendaratkan ikan tersebut.

Puji Astuti Agustina. Dok Pribadi

Sensasi ini, kata Puji, tak ia rasakan ketika memancing di Pegunungan Himalaya. Dalam cuaca dingin, ikan lebih banyak diam. Dengan demikian, tak banyak perlawanan ketika strike. “Enggak seperti Kalimantan. Masih the best-lah Kalimantan selama ini.”

Ketika memancing di sungai, teknik yang biasa digunakan Puji adalah casting. Teknik ini dilakukan dengan melempar umpan buatan dan menariknya kembali. Dengan teknik ini, ia bisa memancing para predator air tawar, seperti toman dan mahseer

Sejauh ini ikan yang paling sulit ditaklukkan Puji adalah black bass. Kakap hitam ini memang banyak diincar pemancing yang ingin merasakan sensasi strike. Pasalnya, black bass suka menggigit dan memutus benang pancing. Dengan demikian, dibutuhkan teknik tertentu untuk menariknya. “Kalau bisa landed, saya merasa ada kepuasan sendiri. Orang bilang kalau kita strike dan landed itu orgasmenya pemancing,” tuturnya.

Untuk ikan-ikan sungai yang sudah dipancing biasanya akan dilepas kembali. Meski tak ada larangan membawa pulang ikan yang dipancing, Puji mengatakan pemancing harus tahu diri. Sebab, perkembangbiakan ikan sungai tak secepat ikan laut. Jadi, jika diambil terus, ikan sungai lama-kelamaan bakal habis. 

Lagi pula, kata Puji, daging ikan sungai tidak begitu enak. Sepengalaman Puji, ikan air tawar yang cukup enak dimakan adalah mahseer. Puji mengatakan ikan ini cukup mahal. Bisa seharga Rp 1,2 juta per kg. Dengan demikian, ketika memancing di sungai Kalimantan, ia bisa memakan tiga ekor sehari untuk bertahan di dalam hutan.

FRISKI RIANA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus