Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Belasan akun WhatsApp mahasiswa diretas secara serentak menjelang rencana demonstrasi mereka.
Peretasan akun aktivis ini mengganggu koordinasi di antara mahasiswa.
Akun Ketua KASBI, Nining Elitos, ikut diretas pada saat yang sama.
JAKARTA – Tasya Darosyifa, 21 tahun, tak bisa mengakses akun WhatsApp miliknya sejak Rabu malam lalu. Begitu aplikasi itu dibuka, Menteri Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta ini diminta memasukkan kode verifikasi yang dikirim ke nomor teleponnya. Namun ia tak pernah melihat kode verifikasi itu masuk ke telepon selulernya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tasya mulai curiga akun WA-nya sudah diretas. Ia lantas menghubungi seorang temannya. Ketika koleganya itu mengirim pesan WA, ternyata ada tanda centang dua berwarna biru, yang artinya pesan tersebut sudah dibaca. Namun Tasya tak mengetahui siapa yang membaca pesan WhatsApp itu. “Sampai sekarang juga belum bisa diakses lagi,” kata Tasya kepada Tempo, Kamis, 22 April 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nomor kontak yang diretas itu adalah nomor ponsel kedua Tasya. Ia sengaja memiliki nomor kontak cadangan untuk melancarkan kegiatannya sebagai anggota pengurus BEM Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. “Aku juga heran kenapa bisa diretas, karena nomor ini baru banget. Belum pernah aku bagi di media sosial mana pun untuk acara BEM,” katanya.
Mahasiswa jurusan ilmu hukum ini mengatakan, selama peretasan terjadi hingga kemarin malam, nomor itu tak mengirim pesan janggal ke nomor kontak lainnya maupun ke grup WhatsApp. Ia yakin karena tak ada satu pun koleganya yang mengaku menerima pesan janggal dari nomor kontak tersebut.
Unjuk rasa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di kawasan Patung Kuda, Jakarta, 21 April 2022. TEMPO/Muhammad Syauqi Amrulah
Tasya merupakan satu di antara 12 mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Indonesia dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Kerakyatan yang mengalami peretasan akun WhatsApp, Rabu lalu. Kolega Tasya di aliansi juga mengalami peretasan, yakni Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Fauzan Raisal Misri; Menteri Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Telkom, Naufal Fadhil; dan Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Esa Unggul, Muhammad Yusuf.
Yusuf juga belum bisa mengakses nomor akun WhatsApp miliknya hingga kemarin. Peretasan akun WhatsApp milik Yusuf ini hampir bersamaan dengan milik Tasya.
Setelah diretas, nomor Yusuf lantas memasukkan nomor kontak tertentu ke grup-grup percakapan WhatsApp milik aliansi mahasiswa dan BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan. “Nomor dia terpaksa kami tendang dulu dari grup,” kata Naufal Fadhil, rekan Yusuf.
Yusuf memiliki peran penting dalam lembaga koalisi mahasiswa ini. Ia menjadi koordinator wilayah BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan. BEM SI Kerakyatan ini bersama aliansi mahasiswa yang merancang dan mengkoordinasikan demonstrasi mahasiswa di Jakarta, kemarin.
Selain mahasiswa, serikat buruh ikut berunjuk rasa dengan tuntutan serupa. Buruh menolak agenda Jokowi tiga periode, mendesak pemerintah menurunkan harga kebutuhan pokok, serta menindak tegas tindakan represi terhadap masyarakat sipil.
Aktivis buruh juga mengalami serangan digital, dua hari lalu. Akun WhatsApp milik Ketua Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Nining Elitos, tak bisa diakses dari Rabu malam hingga Kamis pagi. Ia baru mengetahui peretasan itu pada pukul 23.00, Rabu malam lalu.
“Awalnya HP dipakai anakku buat nonton video. Pas saya mau buka WhatsApp lagi, dibilang nomor saya tidak terverifikasi dan tidak terdaftar,” kata Nining.
Ia lantas menghubungi temannya dan disarankan mengikuti arahan aplikasi. Kode autentikasi dikirim ke nomor telepon Nining via SMS, tapi tak pernah masuk. Mereka lalu sepakat bahwa telah terjadi peretasan pada akun WhatsApp Nining.
“Aku biarkan dulu. Teman-temanku dikabari untuk waspada kalau ada pesan aneh masuk dari nomorku,” katanya. Kamis pagi, Nining baru bisa menguasai akun WhatsApp-nya setelah mengirim ulang kode autentikasi.
Peretasan terhadap akun Yusuf, Naufal, dan Nining itu terjadi secara serentak pada malam sebelum rencana demonstrasi mereka di depan Istana Negara dan gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Peretasan akun aktivis ini sempat mengganggu koordinasi di antara mereka.
Pada saat yang sama, akun WhatsApp dan Instagram milik Bivitri Susanti, pengajar dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, juga diretas. Akun Instagram itu lantas mengunggah beberapa infografis mengenai pendapat tentang demonstrasi mahasiswa yang seolah-olah berasal dari Bivitri.
Lewat rilis, Bivitri mengakui adanya peretasan akun WhatsApp dan Instagram miliknya. Lalu akun itu mengunggah pendapat yang justru bertentangan dengan pandangannya selama ini. “Kamis, 21 April 2022, akun Instagram itu sudah lenyap, tapi nomor telepon saya sempat ditampilkan di halaman muka akun itu,” kata Bivitri.
INDRI MAULIDAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo