Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Perokok Aktif dan Pasif, Penderita Terbanyak Kanker Paru

Menurut dokter, perokok aktif berpeluang 13,6 kali lipat menderita kanker paru sementara perokok pasif empat kali lipat.

29 November 2018 | 15.08 WIB

Ilustrasi bahaya rokok/ganja. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi bahaya rokok/ganja. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis paru dari RSPAD Gatot Soebroto, dr Alex Ginting S, SpP(K) mengatakan sebagian besar penderita kanker paru adalah perokok, baik aktif ataupun pasif. Menurut Alex, perokok aktif berpeluang 13,6 kali lipat untuk menderita kanker paru. Sementara, perokok pasif memiliki peluang empat kali lipat terkena kanker paru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Perokok aktif peluangnya 13,6 kali lipat menderita kanker. Perokok pasif yang sering ke kafe, pergi ke smoking area berjam-jam setiap hari, itu juga punya peluang empat kali lipat menderita kanker," kata Alex.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun demikian, menurutnya, tidak menutup kemungkinan terjadi bahwa seorang perokok aktif tidak terkena kanker paru. Hal tersebut karena kerentanan genetik setiap orang berbeda.

"Tergantung gen di badan, mana yang lemah terhadap faktor risiko tertentu. Kami tidak bisa menghubungkan langsung dalam satu garis lurus, sehingga kami menyebutnya faktor risiko. Ada korelasi perokok sebagai faktor risiko (kanker)," katanya.

Ia berharap masyarakat selalu menjaga kesehatan dengan menjalankan gaya hidup yang sehat sehingga dapat mencegah tumbuhnya kanker di dalam tubuh. Ia juga meminta adanya edukasi kepada masyarakat bahwa merokok dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru.

Data Globocan 2018 menyatakan bahwa kanker paru adalah yang paling banyak diderita oleh pria dan wanita di seluruh dunia dibandingkan dengan jenis kanker lain dan merupakan penyebab utama kematian. Di Indonesia, 14 persen dari total kematian karena kanker disebabkan oleh kanker paru, yang menjadikan penyakit ini sebagai pembunuh nomor satu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus