Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perpecahan grup lawak

Terjadi perpecahan dalam grup lawak kwartet jaya dan srimulat. edi sud berpisah dari ateng iskak & mendirikan kelompok baru. atmonadi dan johny gudel ke luar dari srimulat, bikin "atmonadi plus". (fk)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA apa dengan dunia lawak Indonesia? Malam tahun baru yang lalu, di layar TVRI, Udel alias Purnomo kelihatan bikin lelucon bersama Kris Biantoro, Titiek Puspa dan Eddy Sud. Nah, nama terakhir ini segera mengingatkan pada Kwartet Jaya, yang semula didukungnya bersama Ateng dan Iskak, sesudah masa Bing Slamet. Tidak jelas apakah ini pemunculan Eddy Sud yang pertama sesudah perpecahan grup itu. Namun bahwa acara itu begitu jelek -- terasa bukan dilakukan oleh para pelawak -- menunjukkan bahwa tidak selalu mudah untuk menyusun sebuah kekompakan baru terdiri dari unsur-unsur baru. Tetapi perpecahan -- dan itulah tema dunia lawak pribumi sekarang ini -- juga menimpa Srimulat, yang sebagai grup jauh lebih besar dan merupakan bagian lebih langsung dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Keluarnya salah-seorang bintang puncak, Johny Gudel dari perkumpulan itu, justru menjanjikan sesuatu untuk publik Jakarta. Muncul beberapa kali di TVRI tanpa gagal, Gudel & Atmonadi segera akan menghidupkan sebuah rombongan tetap --kebanyakan terdiri dari bekas-bekas Srimulat juga dengan gedung yang tetap. Semacam "Srimulat baru" barangkali akan muncul di Ibukota, sementara Srimulat asli terbukti sampai sekarang tetap tangguh. Kenyataan seperti itu menarik. Bila persaingan terasa semakin keras, mudah diduga bahwa faktor keuangan makin menonjol peranannya dalam kehidupan grup lawak kita. Tapi profesionalisme yang makin menyata itu juga sekaligus, lambat atau cepat, akan menuntut "identitas" masing-masing grup: bagaimana agar satu grup tidak "sama saja" dengan yang lain, seperti yang selama ini banyak dirasakan. Belum jelas benar bentuk konkrit yang akan muncul dari para bekas Srimulat itu misalnya. Juga belum bisa dipastikan apakah keinginan 'Kwartet Jaya Baru' untuk menghidupkan lawak yang lebih sophisticated akan benar-benar didukung oleh kemampuan. Sebab jangan dilupakan persaingan dari Ateng & Iskak, sisa Kwartet Jaya yang tentunya akan lebih "siap tempur" -- di samping nama-nama seperti Bagio, Ratmi Bomber atau Reog BKAK pimpinan Mang Udi. Laporan ini ditulis oleh Putu Wijaya, yang sekaligus mewawancarai grup "bekas Srimulat" yang sekarang bernama 'Atmonadi Plus' -- dengan agak menyesal bahwa karena sempitnya waktu, tidak sempat bertemu dengan Teguh, pimpinan Srimulat di Surabaya. Wawancara dengan Kwartet Jaya (lama maupun baru) dan lain-lainnya dikerjakan oleh Yusril Jalinus yang juga menuliskan dua buah box, dan Syarief Hidayat. Tanya sana tanya Silli, ada sebuah kesan yang sama-sama dirasakan oleh ketiga rekan itu: bahwa pelawak itu sebenarnya orang yang dicintai. Anda, misalnya, takkan pernah bisa ketawa oleh lawakan seorang, bila anda tak suka pribadi orang itu. Jujur, polos dan "konyol", dan diterima di hati khalayak ramai, pelawak yang baik boleh dibilang menghidupkan dunia yang damai di tengah segala ketegangan. Mempertemukan bermacam orang dalam suasana bersahabat, dan bersama-sama mentertawakan apa saja, termasuk diri sendiri. Barangkali saja ada benarnya lelucon dramawan Eugene O'Neill: "badut adalah raja kebudayaan".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus