Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perseteruan Dengan Menteri

Pengangkatan Amir Sjarifoeddin sebagai Menteri Pertahanan menjadi pemantik perselisihan Soedirman-Amir.

12 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI masih pagi ketika dua truk tentara berhenti di depan rumah Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin di Jalan Opak, Yogyakarta. Di bawah komando Komandan Tentara Ibu Kota Mayor Abdul Karim Yusuf, pasukan bergerak cepat. Targetnya: menculik Amir.

Pasukan pengawal Amir menghadang. Baku tembak terjadi. Amir tak berdiam. Dia rebut senjata penculik dan menodongkannya ke sopir truk sambil menggertak agar ia dibawa ke Istana Presiden. Truk pun menderu kencang ke Jalan Malioboro. Amir lolos, tapi dua pengawalnya tewas.

Amir tiba di Istana sekitar pukul 05.30 pada 3 Juli 1946. Tubuhnya hanya berbalut piyama dan sarung. "Amir kelihatan gusar sekali," kata mantan Pimpinan Pemuda Sosialis Indonesia, Soemarsono, dalam buku Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah. "Ada kekhawatiran kami kalau Soedirman terlibat," ujarnya.

Kekhawatiran ini berlandaskan pada kenyataan bahwa Soedirman memang tak akur dengan Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin. Pengangkatan Amir sebagai Menteri Pertahanan menjadi pemantik perselisihan Soedirman-Amir.

Pada 24 Januari 1946, Amir mengubah TKR yang dipimpin Soedirman menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Tujuannya: melebur semua laskar bersenjata ke dalam satu wadah. Soedirman tak menolak keputusan ini, tapi juga tak mengharuskan laskar-laskar itu melebur.

Gagal merangkul laskar-laskar ke TRI, Amir lalu membentuk Biro Perjuangan, yang dipimpin Jenderal Mayor Djoko Soejono. Di bawah Biro Perjuangan, laskar-laskar ini dipelihara dan dipersenjatai. Biayanya ditanggung Kementerian Pertahanan.

Soedirman dan para perwira di Markas Besar Tentara jengkel. Sebab, anggaran Biro jauh lebih besar dibanding untuk TRI. Kewenangan Soedirman di TRI juga terpangkas.

Kebijakan Amir lainnya yang tak disukai Soedirman adalah pembinaan opsir-opsir politik lewat Pendidikan Politik Tentara (Pepolit). Sebanyak 55 opsir politik dilantik pada 30 Mei 1946. Semuanya berasal dari Pemuda Sosialis Indonesia, pendukung Amir. Mereka lalu disebar ke berbagai kesatuan tentara dan diberi pangkat militer.

Sejarawan Rusdhy Hoesein menilai langkah Amir membentuk Pepolit karena ketidakpercayaannya kepada TRI. "Amir menempatkan orang-orang kepercayaannya dalam kesatuan militer untuk memata-matai tentara," katanya. "Antara Amir dan Pak Dirman seperti musuh dalam selimut."

Amir memang tak percaya kepada TRI, yang dibentuk dari mantan anggota angkatan militer bentukan penjajah. Ia menganggap Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) tak lebih dari tentara bayaran Belanda yang sudi menindas anak bangsa sendiri dan Pembela Tanah Air (Peta) sebagai antek Jepang. Kebenciannya terhadap Peta, dengan Soedirman di dalamnya, juga disebabkan oleh siksaan yang dialaminya selama penahanan Jepang.

Pepolit juga menjadi alat untuk mewujudkan ambisi Amir: membentuk militer ala Pasukan Merah Uni Soviet. Ambisi Amir membentuk Tentara Merah diungkap Ben Anderson dalam Revoloesi Pemoeda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1945-1946.

Di koran Merdeka edisi 17 November 1945, Amir menulis: "Kita yakin bahwa pemuda-pemuda yang masuk Tentara Keamanan Rakyat pada waktu ini, semangatnya pun mirip semangat pemuda Rusia yang masuk Tentara Merah." Amir ingin menarik TRI ke dalam wewenang pemerintahan sipil.

Keberadaan Pepolit ditentang Markas Besar Tentara. Kolonel Gatot Soebroto, misalnya, menolak keberadaan opsir politik di kesatuannya. Sedangkan Soedirman menolak militer dipimpin sipil, yang gemar berdiplomasi dengan sekutu. "Tentara," kata Soedirman dalam pidato 9 April 1946, "adalah tempat menderita dan tempat korban perasaan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus