Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Petualangan Seru Yogyakarta-Semarang Bersama SUV Mercedes-Benz

Rombongan Mercedes-Benz Hungry for Adventure 2019 mengeksplorasi keindahan obyek wisata menarik di Yogyakarta - Semarang.

18 Januari 2019 | 17.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogyakarta dan Semarang memiliki sejumlah destinasi wisata yang unik dan menarik. Beberapa di antaranya bisa digolongkan masih tersembunyi karena memang baru diperkenalkan atau dibuka.

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) mencoba untuk mengeksplorasi obyek wisata tersebut menggunakan line up Sport Utility Vehicle (SUV) yang dipasarkan di Indonesia.

Mobil-mobil SUV yang digunakan untuk kegiatan dengan tema ‘Mercedes-Benz Hungry for Adventure 2019’ adalah Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line, GLC 200 AMG Line, GLE 250 d, GLE 400 AMG Line, AMG GLE 43 Coupe, GLS 400 AMG Line, dan mobil spesial Mercedes-AMG G 63 Edition 1.

Baca: Mercedes-AMG G 63 Dipasarkan di Indonesia Maret 2019, Harganya?

Selama tiga hari, 13-15 Januari 2019, Tempo bersama sejumlah jurnalis dari media nasional mengskplorasi keindahan obyek wisata tersembunyi di Yogyakarta-Semarang. Ajang Hungry for Adventure 2019 akan menempuh jarak sekitar 435 kilometer.

Presiden & CEO PT MBDI Roelof Lamberts menyampaikan semua model dalam SUV premium Mercedes-Benz memungkinkan para penggunanya untuk menjalani gaya hidup yang unik dan menarik, sehingga menjadikannya pilihan yang ideal untuk segala situasi.

Baca: Mercedes-Benz Cetak Rekor Penjualan di Indonesia, Tumbuh 2 Digit

“Dengan menghadirkan rangkaian varian SUV terlengkap dari GLA yang kompak hingga ke G-Class, kami menawarkan pengalaman yang tidak terlupakan dalam segala kondisi jalan,” kata Lamberts sesaat sebelum melepas bendera start tanda petualangan ini dimulai.

Selanjutnya Pantai Widodaren dan Pantai Gumuk



Pantai Widodaren dan Pantai Gumuk

Di hari pertama, Tempo kebagian mengendarai Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line. Berangkat dari dealer Mercedes-Benz Yogyakarta, PT Kalimas Al Yogyakarta di Jalan Raya Yogya-Solo KM 9, menuju Pantai Widodaren di Desan Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul. Jaraknya sekitar 60 kilometer dari titik keberangkatan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 40 menit.

Rombongan test drive Mercedes-Benz Hungry for Adventure 2019 menuju Pantai Widodaren di Gunungkidul, 13 Januar 2019. TEMPO/Wawan Priyanto

Pantai ini memiliki pemandangan yang indah dengan batu karang tinggi menjulang. Di bagian bawah sebelah kiri terdapat pantai dengan pasir putih yang bersih. Akses menuju pantai ini umumnya sudah bagus dengan jalanan beraspal. Namun sekitar 2 kilometer akses dari jalan beraspal menuju parkiran lumayan menantang, yakni jalan dengan permukaan bebatuan. Di kiri kan kanan merupakan kebun jagung warga sekitar.

Jalanan bebatuan ini sepertinya belum lama dibuka. Permukaannya masih kasar, sebagian merupakan batuan karang. Sebagian lagi masih berupa tanah merah yang belum diurug. Jalanan dengan kontur tidak rata ini menjadi tantangan bagi SUV Mercedes-Benz.

Catatan Tempo, SUV GLA 200 AMG Line tidak menemukan masalah melintasi permukaan jalanan seperti ini. Hanya saja, suspensinya terasa cukup keras, khas kendaraan SUV.

Dari Pantai Widodaren, rombongan menuju Pantai Gumuk di Parangtritis. Di lokasi ini kami mencoba bermain sandboarding, pemainan menggunakan papan seluncur seperti yang populer di Timur Tengah.

Mercedes-AMG G 63 Edition 1 di Pantai Parangtritis, Yogyakarta, 13 Januari 2019. Model standar AMG G 63 akan diapsarkan di Indonesia mulai Maret 2019. TEMPO/Wawan Priyanto

Masih mengendarai GLA 200 AMG Line, jalanan menuju lokasi ini dari Pantai Widodaren cukup nyaman. Tak banyak tantangan berarti. GLA 200 AMG Line yang merupakan kendaraan terkecil dari keluarga SUV Mercedes-Benz cukup nyaman membawa kami melintasi jalanan aspal dengan beberapa bagian merupakan kelokan tajam. Cukup asik untuk bermanuver. Mesin 1.595 cc dengan output 156 HP cukup responsip untuk berakselerasi. Mobil ini dipasarkan dengan harga Rp 799 juta (off the road).

Usai bermain pasir di Pantai Gumuk, kami menuju Plataran Heritage Borobudur Hotel di Dusun Kretek, Karangrejo Borobudur, Magelang. Lumayan jauh jarak tempuhnya dari Pantai Gumuk, sekitar 70 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 50 menit. Beruntung, kami memulai perjalanan petualangan ini di hari Minggu sehingga tidak terjebak drama kemacetan di jam sibuk, sore hari.

Menjelang malam kami tiba di Plataran Heritage, hotel yang nyaman dan dekat dengan Candi Borobudur, tempat kami menginap selama dua malam.

Selanjutnya Goa Jomblang



Goa Jomblang

Esoknya, kami melanjutkan perjalan menuju Goa Jomblang yang berada di Desa Jetis Wetan, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul. Jaraknya lumayan jauh dari hotel tempat kami menginap, sekitar 100 kilometer dengan waktu tempuh hampir 3 jam.

Tempo bersama teman dari Liputan6.com tidak lagi mengendarai GLA 200 AMG Line. Kami gantian menggemudikan Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line. GLC 200 AMG Line merupakan mobil yang cukup menyenangkan untuk dikendarai. Rival dari Audi Q5, Lexus NX, dan BMW X3 ini memiliki handling dan kenyamanan yang cukup bisa diandalkan. Mobil ini ditenagai mesin 1.991 cc dengan output 184HP. Tenaga mesin ini disalurkan ke roda penggerak melalui transmisi otomatis 9G-TRONIC 9-Speed. Cukup bertenaga dan responsip saat berakselerasi.

Pemandangan di dalam Goa Jomblang di Gunungkidul, DIY. 14 Januari 2019. TEMPO/Wawan Priyanto.

Impresi kami, mengendarai mobil seharga Rp 985 juta (off the road) ini sangat berbeda dengan saat kami menjajal GLA 200 AMG Line di hari pertama. GLC 200 AMG Line memiliki kesenyapan kabin yang lebih baik. Bantingan suspensinya juga terasa lebih nyaman. Nyaris tanpa suara dan minim guncangan saat melintasi permukaan jalan yang tidak rata. 

Goa Jomblang merupakan obyek wisata yang masih baru di Gunungkidul. Goa ini mulai ramai dikunjungi wisatawan pada 2010. Tahun 2012, goa ini mulai digarap secara profesional. Goa dengan kedalaman 60 meter ini berada di desa yang cukup terpencil, namun akses menuju lokasi ini sudah cukup baik. Masih jalanan berbatu tapi lebih rata dibanding jalan akses menuju Pantai Widodaren.

Kembali ke goa, di sekitar lokasi sudah dibangun beberapa bangunan yang kemungkinan besar dapat dimanfaatkan untuk beristirahat bagi wisawatan. Atau bahkan bisa untuk menginap bagi yang ingin bermalam.

Wisatawan harus turun ke dalam goa sedalam 60 meter ini untuk dapat menikmati 'cahaya surga’. Ya, cahaya surga merupakan istilah untuk melihat cahaya matahari menembus rimbunnya hutan jati di sekitar lubang gua di sebelah dalam. Di dasar goa, terdapat aliran sungai bawah tanah. Aliran sungai ini berada sekitar 100 meter dari titik pendaratan.

Pemandangan di dalam Goa Jomblang yang biasa disebut 'cahaya dari surga'. Goa ini terletak di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 14 Januari 2019. TEMPO/Wawan Priyanto

Untuk mencapai pinggir aliran sungai ini, wisatawan melintasi dasar goa yang lembab dan berlumpur. Tenang, wisatawan akan dibekali dengan sepatu boots. Wisatawan juga akan dipandu beberapa petugas terampil.

Gatot, salah satu petugas yang berjaga di dasar goa, menceritakan bahwa Goa Jomblang mulai dilirik wisatawan mancanegara dan lokal. “Tapi saat ini yang berkunjung masih banyak yang dari mancanegara,” katanya.

Cahaya surga hanya akan muncul dalam beberapa kesempatan, sekali muncul, sekitar 1 menit. Cahaya ini akan menerangi dasar gua dan menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Stalaktit dan stalaknit yang terbentuk sejak ribuan tahun silam akan terlihat dengan jelas. 

Warna-warni cahaya surga menjadi lebih dramatis dengan uap air yang kemungkinan berasal dari derasnya aliran sungai bawah tanah di dasar goa. Pemandangan indah ini rasanya cukup sepadan dengan biaya yang harus dikeluarkan, yakni sebesar Rp 500 ribu per orang. Oh iya, jam 11.00 WIB merupakan batas terakhir wisatawan turun ke dasar goa dan harus naik ke atas sebelum jam 15.00 WIB. Sebab, cahaya matahari sebagai obyek wisata utama di dalam goa hanya muncul di antara jam-jam tersebut. Lebih tepatnya di jam 12.00-13.00 WIB.

Goa Jomblang menjadi satu-satunya destinasi wisata yang kami kunjungi di hari kedua Mercedes-Benz Hungry for Adventure 2019. Sore hari sekitar pukul 15.00 WIB kami meninggalkan goa menuju Plataran Heritage, tempat kami menginap. Sebenarnya inilah waktu yang kami tunggu-tunggu, mengendarai SUV Mercedes-Benz di jalanan dengan lalu lintas yang lumayan padat. Hasilnya, sama sekali tak membosankan. Alunan musik bergenre pop rock menjadi teman kami sepanjang 3 jam perjanan pulang.

Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line. (MBDI)

Suasana hujan membuat kami mesti semakin waspada dalam mengemudi. Beruntung, SUV GLC 200 AMG Line mengalami sejumlah update pada November 2018. Salah satunya dengan menyematkan Blind Spot Assist yang mampu memberikan peringatan ketika ada obyek di sekitar mobil, seperti misalnya sepeda motor di sisi samping kiri maupun kakan. Fitur ini cukup membantu pengemudi agar lebih waspada.

Malam kami sampai di hotel. Setelah makan malam, kami manfaatkan untuk istirahat karena esok pagi-pagi sekali kami harus bersiap untuk memulai petualangan di destinasi selanjutnya.

Selanjutnya Candi Borobudur



Candi Borobudur

Tepat pukul 04.00 WIB alarm di smartphone berbunyi, membangunkan saya yang masih lelap di balik selimut tebal. Pagi ini destinasi penting yang harus kami kunjungi adalah Candi Borobudur. Candi yang diperkirakan dibangun pada tahun 800 Masehi. Misinya, menyambut matahari terbit atau istilah kerennya sunrise.

Sunrise di Candi Borobudur. 15 Januari2 019. TEMPO/Wawan Priyanto

Beruntung, pagi itu cuacanya sangat cerah. Bahkan menjadi pagi yang cerah setelah beberapa sebelumnya selalu diguyur hujan. Tepat pukul 05.36 matahai mulai muncul di ufuk timur candi. Indah, dengan langit warna merah terang. Di puncak candi, tepatnya di sisi timur yang menghadap Gunung Merapi, banyak sekali wisawatan yang mengabadikan momentum indah ini. Kebanyakan wisatawan dari mancanegara.

Selain matahari terbit yang eksotis, kami mendapatkan tumpangan yang sangat istimewa, yakni mengendarai Mercedes-AMG G 63 Edition 1. Mobil ini merupakan top of the line dari keluarga SUV Mercedes.

Menggendong mesin 4.0L biturbo berkonvigurasi V8 dengan output 585HP dan torsi 850 Nm. Dari semua mobil SUV Mercedes-Benz yang diboyong ke Yogyakarta, inilah yang paling mahal. Maret nanti mulai dipasarkan dengan harga (off the road) Rp 5,459 miliar. Hanya saja, model yang akan meluncur di Indonesia nantinya adalah versi standar. “Tapi konsumen dapat melakukan customize sendiri menjadi Edition 1,” kata Raditya Airlangga, Product Planning Manager PT MBDI. Well, rasanya mobil ini banyak masuk dalam wishlist mereka para penggila SUV.

Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line (merah), Mercedes-AMG G 63 Edition 1 (abu-abu), dan Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line (putih) dengan latar belakang Candi Borobudur, 15 Januari 2019. (MBDI)

Tak banyak waktu di hari terakhir yang kami lewatkan. Pukul 07.00 kami kembali hotel. Satu jam berikutnya, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya yakni Curug Lawe di Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Semarang. Sayangnya, hujan deras menyambut kami begitu sampai di parkiran tepat di tengah hari. Misi untuk menikmati keindahan air terjun dengan suasana alami di kaki Gunung Ungaran ini terlewatkan.

Meski kecewa, tapi saya cukup puas menikmati perjalanan sekitar 2 jam 40 menit dengan jarak 92 kilometer. Saya mengendarai SUV Mercedes-Benz GLC 250d. Mobil ini dibekali mesin 4 silinder turbodiesel berkapasitas 2.143cc.

Mesin ini sanggup menghasilkan tenaga sebesar 204 HP pada 3.800 rpm dengan torsi 500 Nm. Mobil ini dipasarkan dengan harga Rp 1,289 miliar (off the road). Meski bertubuh bongsor, handling mobil ini cukup mudah. Bermanuver tajam bukan menjadi masalah berarti. Batal menyusuri air terjun, kami langsung menuju Bandar Udara Internasional Ahmad Yani, Semarang, dan kembali ke Jakarta.


Simak video test drive Mercedes-AMG G 63 Edition 1


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus