Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berkelana Lewat Layar Ponsel

Agen perjalanan Whatravel tak mau ambil risiko mengadakan trip pada masa pandemi. Mereka beralih ke jalan-jalan virtual. Peminatnya membeludak.

22 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua bulan setelah pemerintah menemukan kasus pertama Covid-19 di Indonesia, media sosial diramaikan kehadiran sejumlah penyedia program jalan-jalan secara virtual. Melalui aplikasi Zoom, streaming di YouTube, atau situs web interaktif, sejumlah perusahaan, seperti PT Kereta Api Pariwisata, Taman Impian Jaya Ancol, sampai Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengadakan jalan-jalan di dunia maya di lokasi-lokasi wisata populer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seiring dengan waktu berjalan, tren tur virtual pun meredup. Namun bagi perusahaan agen perjalanan Whatravel, program berkelana lewat layar ponsel ini justru jadi andalan untuk tetap dapat pemasukan.

Awalnya, Whatravel juga terpukul seperti agen perjalanan lain. Pada awal Maret lalu, Whatravel mengumumkan bahwa semua jadwal perjalanan, baik secara open trip ataupun privat, yang sudah diagendakan setahun ini terpaksa dibatalkan. Tak mau berlama-lama didera kevakuman, Managing Director Whatravel Muhammad Arif Rahman segera membuat strategi. Bersama rekan-rekannya, Arif kemudian meluncurkan program Kabar Dunia.

“Bentuknya dialog live-streaming yang saya bawakan bersama sejumlah WNI yang tinggal di luar negeri,” kata Arif saat dihubungi Tempo, Kamis lalu.

Program Kabar Dunia disiarkan langsung di akun Instagram Whatravel secara gratis mulai April lalu. Lewat program ini, Arif menjelaskan, ia mengajak orang-orang Indonesia di luar negeri untuk berbagi cerita soal kondisi mereka selama masa pandemi di negara tempat tinggal masing-masing. “Karena kan kondisinya beda-beda. Ada yang full lockdown seperti di Spanyol, ada yang masih bisa jalan-jalan di dalam kota seperti di Inggris.”

Dengan berbagi kisah itu, Arif ingin menunjukkan bahwa semua orang di seluruh dunia menghadapi situasi serupa, yakni pandemi, meski kondisinya berbeda-beda. Rupanya program ini ditanggapi dengan antusiasme tinggi oleh pengikut media sosial Whatravel.

Di luar program itu, Whatravel membuat acara jalan-jalan virtual berbayar. Jika Kabar Dunia bentuknya hanya berupa obrolan, dalam acara berbayar ini, Whatravel merancang program tamasya yang lengkap dengan itinerary dan lokasi yang dituju.

Pada Juni lalu misalnya, mereka membuat tur jalan kaki virtual yang berlokasi di Selandia Baru. Dalam program yang disiarkan melalui aplikasi Zoom itu, peserta diajak berkeliling ke sejumlah lokasi di kawasan lampu merah di Auckland. Acara ini dipandu Arif dan seorang warga negara Indonesia yang tinggal di sana. Untuk acara ini, peserta harus membayar Rp 50 ribu. “Konsepnya kita bawa peserta berjalan-jalan melihat tempat yang dijelajahi.”

Sebulan kemudian acara jalan-jalan virtual lain dengan tema unik kembali digelar. Whatravel mengadakan penjelajahan mistis di Bali. Ada beberapa lokasi yang dikunjungi, yakni Taman Festival di Denpasar, Kuburan Desa Trunyan, RS Bangli, dan situs Candi Gunung Kawi. Acara ini dipandu oleh Arif bersama YouTuber Billy Christian dan Tasha Siahaan yang punya kemampuan indigo. Tak hanya memakai Zoom, untuk membuat acara terasa lebih hidup, mereka memanfaatkan aplikasi seperti Google Maps. “Narasumbernya selain memandu juga akan bercerita soal sisi sejarah dan spiritual tempat yang dikunjungi.”

Tur virtual serupa kembali digelar pada awal Agustus lalu. Tempatnya lebih istimewa, yakni Jepang. Peserta diajak “mengunjungi” sejumlah tempat yang disebut angker di Negeri Sakura itu. Di acara ini, “jalan-jalan” dilakukan melalui aplikasi Google Maps. Meski tampilannya hanya berupa foto statis, karena para host membawakan acara sambil bercerita seram berdasarkan penglihatan indigo mereka, suasana pun jadi terasa mencekam.

Rencananya pada Minggu besok, Whatravel kembali menggelar tur mistis dengan lokasi Hong Kong. Meski terbilang sukses, Arif mengakui bahwa program-program ini belum mendatangkan banyak uang. “Tapi cukup untuk menutupi biaya operasional,” ujarnya.

Cara itu juga efektif menjaga kedekatan dengan para pengikut Whatravel. Hal itu terlihat dari jumlah peserta tur mistis virtual yang bisa mencapai ratusan orang. “Mystical Mystery Tour yang pertama pesertanya sampai 200 orang,” kata dia.

Pada Agustus ini, agenda jalan-jalan dunia maya oleh Whatravel terbilang padat. Selain tur bertema seram, ada juga jalan-jalan di sejumlah negara di Eropa, dari Belanda, Swiss, sampai Amsterdam. Tampaknya hingga akhir 2020, program semacam ini akan jadi agenda utama agen perjalanan yang lebih banyak mengadakan tur di luar negeri tersebut.

Menurut Arif, meski destinasi wisata di Tanah Air dan luar negeri sudah mulai dibuka, ia tak mau ambil risiko menggelar agenda perjalanan selama situasi belum sepenuhnya aman. Bahkan, ia menambahkan, sebetulnya pada September nanti Whatravel sudah mengagendakan akan membuka agenda perjalanan ke suatu tempat. Tapi rencana itu dibatalkan karena situasi belum benar-benar aman. “Menurut saya, kondisi yang disebut aman itu, ya nanti kalau sudah ada vaksin untuk Covid-19.”

Kalaupun nanti situasinya sudah aman, Arif memprediksi tren wisata akan bergeser ke lokasi-lokasi yang lebih sepi dan tidak terlalu ramai oleh wisatawan. “Kami juga sedang mencari destinasi baru untuk dikunjungi nanti.” ****

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus