Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Pipin Sopian, Mantan Santri Caleg PKS Ingin Ubah Citra Korup DPR

Sebelum diajukan menjadi caleg, Pipin menjadi staf ahli anggota DPR.

17 Agustus 2018 | 16.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Departemen Politik Partai Keadilan Sejahtera Pipin Sopian diusung menjadi caleg DPR 2019. Di usia ke-34 tahun, mantan santri dari Pondok Pesantren Uswatun Hasanah Purwakarta itu menjadi salah satu caleg muda PKS yang ingin mengubah citra DPR sebagai lembaga terkorup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya punya komitmen mengubah citra DPR sebagai lembaga terkorup. Itu adalah reputasi buruk DPR sampai saat ini," kata Pipin saat ditemui Tempo, Selasa, 14 Agustus 2018.

Pipin mengatakan, untuk membersihkan suatu yang kotor harus menggunakan sapu yang bersih. Artinya, kata dia, untuk membersihkan citra DPR maka harus dimulai dari diri sendiri. "Dalam Islam itu ibda binafsik, harus mulai dari diri kita dan lingkungan," katanya.

Komitmennya menjadi anggota legislatif yang bersih, Pipin akui mencontoh dari idolanya, Almuzzammil Yusuf, anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi PKS. Selama 8 tahun, Pipin menjadi tenaga ahli Almuzzammil di Parlemen.

Menurut dia, Almuzzammil merupakan sosok yang lurus dan konsisten menjadikan dakwah sebagai panglima di DPR. "Makanya sampai saat ini beliau tidak pernah kena kasus korupsi, padahal sudah 3 periode sejak 2004," ucapnya.

Almuzzammil, kata Pipin, mengajarkannya untuk tidak menghalalkan segala cara dalam berpolitik. Sebab, yang terpenting ialah membangun kepercayaan dari masyarakat. Ketika politikus dicap sebagai orang yang sulit dipercaya, Pipin menilai bahwa itu lah titik kehancurannya.

DPR, selain dikenal sebagai lembaga terkorup juga dianggap tidak produktif. Pipin mengatakan penyebabnya karena tidak menghasilkan produk undang-undang yang direncanakan. "Prolegnasnya berapa gitu. Kecil. Kenapa coba? Karena DPR enggak fokus," ujarnya.

Alumni FISIP Ilmu Politik Universitas Indonesia ini menilai, kurang produktifnya anggota DPR karena terlalu banyak reses. Sehingga, Pipin melihat terlalu banyak acara di luar ketimbang bersidang. Padahal, dengan mengurangi kegiatan di luar bisa menghemat keuangan negara.

Salah satu penghematan lainnya yang ingin ia lakukan adalah memangkas rapat-rapat yang diadakan pemerintah. Praktik di lapangan, kata dia, pemerintah memilih rapat di hotel ketimbang di gedungnya sendiri. "Nah ini lah salah satu pemborosan," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus