Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Polandia

Tak ada pilihan lain, akhirnya presiden jaruzelski memberikan kebebasan pada gereja, serikat buruh pimpinan lech walesa & pers. ekonomi polandia runyam. keanggotaan partai buruh di parlemen diakui.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KAMI tidak membutuhkan lagi sosialisme, titik." Itulah sebuah artikel di surat kabar Gazeta Wyborcza, surat kabar yang baru terbit 8 Mei lalu di Polandia, hasil kesepakatan antara serikat buruh bebas Solidaritas dan pemerintah. Setelah Solidaritas diakui pemerintah April lalu, adalah Gazeta yang mencerminkan bahwa pembaruan politik di negeri kelahiran Paus Yohanes Paulus II ini bukan setengah-setengah. Dengan terang-terangan koran baru ini menyebut dirinya sebagai suara oposisi. Sebuah rubriknya bernama Hyde Park, nama sebuah taman di London tempat siapa saja bisa mengatakan apa saja tanpa siapa pun boleh mengganggunya. Dan begitulah kolom ini, ruang bagi pembaca untuk memuntahkan segalanya. Tak cuma itu kreativitas anak-anak muda pendiri Gazeta. Di halaman terakhir dari koran 8 halaman dicantumkan kolom Kurs Valuta Asing. Tapi itu cuma nama. Isi kolom itu bukannya kurs mata uang zloty (mata uang Polandia) dengan dolar, mark, atau yen. Isi kolom ini adalah perbandingan yang ada di Polandia sendiri. Umpamanya, dalam salah satu edisinya, kolom itu menderetkan sebagai perbandingan besar gaji asisten dosen (48.000 zloty), harga sebuah ensiklopedi (80.000 zloty), sebuah mantel wanita (43.600 zloty), dan mesin tulis elektronik (380.000 zloty). Koran beroplah 150.000 dan dijual 50 zloty per eksemplar ini larisnya bukan main. Tiap hari tak bersisa. Rencananya memang dicetak 500.000. Tapi karena soal kertas, percetakan, dan lain-lain, hanya sebegitulah yang bisa direalisasikan. Kendati hanya punya satu mesin teleks dan usaha untuk berlangganan berita dari kantor berita Reuter dan AFP tak mendapat izin pemerintah, toh isi Gazeta tak kalah dengan koran-koran pemerintah dan partai. Yang jelas, berita koran independen pertama di Polandia ini lebih berani. Umpamanya berita mengenai kunjungan Gorbachev ke RRC dan demonstrasi mahasiswa di Beijing. Gazeta melaporkan lebih lengkap, komplet dengan mogok makan mahasiswa segala. Tentu, koran-koran pemerintah menanggapi berita-berita Gazeta dengan sinis. Bahkan Trybuna Ludu, salah satu koran pemerintah terbitan Warsawa, sejak Gazeta terbit membuka rubrik baru sepanjang dua kolom isinya khusus menanggapi pemberitaan koran oposan tersebut. Tak sulit diduga, tanggapan koran yang diterbitkan oleh Komite Sentral Partai itu melulu kecaman terhadap isi Gazeta. Adalah Adam Michnik, sejarawan yang menjadi wartawan Gazeta, yang yakin bahwa korannya bakal menjadi yang terbaik di Polandia, nanti. Bibit pembaruan di Polandia mulai tampak ketika penguasa negeri ini berniat meringankan beban utang dengan memotong subsidi bagi barang-barang kebutuhan rakyat. Kaum buruh kontan berang karena sebagian barang melonjak harganya. Mereka lalu turun ke jalan, menggelar demonstrasi besar-besaran. Pemerintah pun puyeng, apalagi sejak Lech Walesa, seorang buruh di galangan kapal Gdansk, mendirikan organisasi buruh independen bernama Solidarnosc atau Solidaritas, di awal 1980. Bentrokan-bentrokan antara kaum buruh yang didukung masyarakat -- mahasiswa, warga Gereja Katolik, serta petani -- dan petugas keamanan mengarah pada perang saudara. Ketika itulah pemerintah mendapat alasan untuk menyatakan Solidaritas sebagai organisasi terlarang. Itu terjadi pada 1982. Tak lama kemudian, Walesa dijebloskan ke penjara. Perhitungan pemerintah meleset. Demonstrasi tak reda karenanya, malahan mendapat simpati dunia. Bahkan beberapa tahun lalu, selepas dari penjara, Walesa mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian. Tujuh tahun Solidaritas berjuang agar diakui berdirinya. Akhirnya, setelah pemerintah kepepet -- disodok inflasi dan tuntutan naik gaji oleh Para buruh -- Walesa diundang untuk diajak mencari jalan keluar. Waktu itu ekonomi Polandia memang sangat runyam. Inflasi mencapai 80%. Utang mencapai US$ 33,5 milyar pada 1986 dan melonjak menjadi US$ 39 pada awal tahun ini. Lebih dan separuh, 60%, warga Polandia yang seluruhnya berjumlah 37,6 juta hidup di bawah garis kemiskinan. Impor bahan makan pokok, gandum, mencapai 7 juta ton. Menurut perhitungan, impor normal adalah 2 juta ton. Perundingan memperoleh hasil, kendati sebelum perundingan selesai sebagian anggota Solidaritas menaruh curiga bahwa Walesa menjual diri kepada pemerintah. Kepada Presiden Jenderal Jaruzelski, wakil Solidaritas itu bertahan. Ia baru mau bekerja sama bila organisasi buruh bebasnya diakui. Akhirnya dengan janji bahwa Solidaritas tak akan melanggar hukum dan lain-lain, Jaruzelski menyetujui syarat itu. Kedua tokoh yang selama ini selalu tak sejalan itu pun berjabat tangan. Tampaknya Walesa di atas angin. Bukan cuma serikat buruhnya diresmikan, tapi juga Gereja Katolik Roma Polandia, yang selama hidup di mata pemerintah haram itu, pun diakui. Lalu disepakati pula bahwa keanggotaan Partai Persatuan Buruh Polandia dalam Sejm (parlemen) tak lagi 100%. Melainkan dikurangi menjadi 65%. Sisa kursi diperebutkan secara bebas. Yang lain lagi, disetujui dibentuk sebuah majelis tinggi yang bertugas mengawasi Sejm. Majelis yang terdiri dari 100 orang dan semuanya merupakan wakil yang dipilih rakyat ini punya hak memveto segala keputusan Sejm. "Saya rasa semua ini merupakan jalan menuju demokrasi," kata Lech Walesa, dekat setelah kesepakatan itu diteken kedua belah pihak. Kini Polandia merencanakan ekonomi yang tak lagi dikendalikan pemerintah. Subsidi akan dikurangi, persaingan dirangsang. Pabrik-pabrik yang merugi akan ditutup. Sementara itu, modal asing diharapkan masuk. Peran swasta diakui. Ini semua disambut baik oleh anggota Solidaritas. Hingga mereka tak lagi sembarangan menuntut kenaikan gaji. Pepatah yang kira-kira artinya sama dengan "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian" jadi populer di kalangan buruh. Mereka kini bersedia bersusah payah, karena yakln masa depan bakal lebih baik. Hal iain yang juga penting adalah kesepakatan untuk memisahkan partai dari pemerintahan. Konsekuensinya kursi presiden yang semula otomatis harus diduduki oleh Sekjen Partai, kini bebas diperebutkan. Karena itulah Walesa berani berjanji untuk ambil bagian dalam pemilu presiden mendatang. "Akhirnya jalan kita bertemu juga," kata Jaruzelski kepada Walesa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus