Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SURABAYA - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menuturkan, Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang memburu satu keluarga yang diduga mendorong terjadinya rentetan peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. "Satu keluarga sedang dicari karena menjadi ideolog utama kelompok Jamaah Ansharud Daulah (JAD) Surabaya," kata dia di Kepolisian Daerah Jawa Timur, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tito menjelaskan, keluarga yang dicari Densus 88 itu baru pulang setelah dideportasi oleh pemerintah Turki karena ingin masuk ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Begitu tiba di Surabaya, keluarga tersebut diduga menyebarkan paham radikal kepada keluarga lain, terutama terduga pelaku bom di Surabaya dan Sidoarjo. Namun Tito belum mengungkapkan nama maupun anggota keluarga ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga serangan bom terjadi di Surabaya pada Ahad lalu. Bom pertama meledak ketika umat Kristiani menjalankan ibadah di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya. Berikutnya, bom menyerang Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro. Setelah itu, serangan bom yang lain menghajar Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Empat belas jam kemudian, bom meledak di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, Sidoarjo.
Kemarin pagi, satu keluarga meledakkan bom bunuh diri di pintu masuk Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Mereka adalah Tri Murtiono, 50 tahun, suami; istri, Tri Ernawati; serta anak mereka, AAP, 8 tahun, MDS (14), dan MDAM (18). Hanya AAP yang selamat dari ledakan bom ini.
Tito melanjutkan, terduga teroris tersebut melakukan kejahatan di Surabaya karena mengenal daerah ini. Mereka, ucap Tito, juga membalas dendam karena polisi menangkap pemimpin JAD, Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori. Aman ditangkap karena diduga terlibat pengeboman di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Sedangkan Zainal, pemimpin JAD Jawa Timur, diduga terlibat jual-beli senjata ilegal dari Filipina.
Tito mengakui intelijen kepolisian kebobolan sehingga terjadi serangan bom beruntun tersebut. "Dalam kasus Surabaya ini, mereka luput dari deteksi intelijen," ujarnya. Meski begitu, Tito mengklaim polisi bisa mengatasi jaringan teroris ini. "Kami berhasil mengungkap dengan cepat kelompoknya dan melakukan penangkapan," ujarnya.
Pengajar kajian terorisme Universitas Indonesia, Benny Mamoto, mengatakan kelompok teror kali ini menyerang Surabaya karena pengamanan di Jakarta ketat, menyusul terjadinya kerusuhan di Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil di Depok, Jawa Barat, pekan lalu. Selain itu, kata dia, jaringan JAD Surabaya memang telah siap untuk melakukan serangan teror. "Membuat bom perlu perencanaan, dan kelompok JAD Surabaya paling siap," katanya. HUSSEIN ABRI DONGORAN | NURHADI | ARTIKA RACHMI | KUKUH HADI SANTOSO | MUSTOFA BISRI
Berbagi Peran
Teror di Surabaya belum berhenti. Kemarin, bom meledak di pintu masuk Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Sama seperti dua kasus sebelumnya, para pelakunya berasal dari satu keluarga. Pasangan suami-istri Tri Murtiono dan Tri Ernawati mengajak ketiga anaknya, yakni AAP, MDS, dan MDAM, menyerang markas polisi tersebut. Murtiono, Ernawati, MDS, dan MDAM tewas. Sedangkan AAP dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Peran Ayah:
1. Bom di tiga gereja (Ahad, 13 Mei 2018)
Dita Oepriarto, 47 tahun
- Mengemudikan mobil, mengantar istri dan anak ke lokasi pengeboman, lalu meledakkan bom mobil di Gereja Kristen Pantekosta Pusat Surabaya.
2. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, (Ahad, 13 Mei 2018)
Anton Ferdiantono, 47 tahun
- Sedang memegang pemicu bom setelah ledakan terjadi, sebelum akhirnya tewas ditembak polisi.
3.Bom di Mapolrestabes Surabaya (Senin, 14 Mei 2018)
Tri Murtiono, 50 tahun
- Mengemudikan sepeda motor pertama yang membawa bom.
Peran Ibu:
1. Bom di tiga gereja
Puji Kuswati, 43 tahun
- Membawa bom di pinggang, menuntun kedua anaknya ke Gereja Kristen Indonesia Diponegoro, dan meledakkan diri.
2. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
Puspita Sari, 47 tahun
- Belum diketahui perannya. Tewas dalam ledakan.
3. Bom di Mapolrestabes Surabaya
Tri Ernawati, 43 tahun
- Membawa bahan peledak di atas sepeda motor.
Peran anak:
1. Bom di tiga gereja
- Yusuf Fadil, 18 tahun, dan FH, 16 tahun membawa bom dengan sepeda motor ke Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel. Keduanya tewas.
- FS, 12 tahun, dan PR, 9 tahun ikut membawa bom bersama sang ibu. Sebuah bom di paha salah satu anak gagal meledak. Keduanya tewas.
2. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
HAR, 17 tahun, AR (15), FP (11), dan GHA (11)
- HAR tewas dalam ledakan.
- FP dan GHA luka-luka.
- AR selamat.
- Peran belum diketahui.
3. Bom di Mapolrestabes Surabaya
AAP, 8 tahun, MDS (14) tahun, dan MDAM (17)
- MDS dan MDAM ikut membawa bom di atas sepeda motor, lalu tewas dalam ledakan. Sedangkan AAP selamat dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
HUSSEIN ABRI DONGORAN | NURHADI | ARTIKA RACHMI | KUKUH HADI SANTOSO | MUSTOFA BISRI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo