Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi mengungkapkan praktek wisuda abal-abal yang digelar Yayasan Aldiana Nusantara telah berlangsung selama tiga tahun. Menurut Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad, selama tiga tahun itu pula Yayasan Aldiana seolah-olah membuka kelas jarak jauh sampai ke luar Jawa.
“Setelah ditelusuri, ternyata tidak ada pembelajaran. Jadi seperti jual-beli ijazah,” kata Supriadi, Sabtu, 19 September 2015.
Baca juga:
Dipalak Geng Motor Bandung, Sherina Mengadu ke Ridwan Kamil
Geger Lubang Hitam & Bulan Merah 28 September, Mau Kiamat
Dua hari yang lalu, Kementerian menggerebek prosesi wisuda di gedung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, yang digelar Yayasan Aldiana. Awalnya, wisuda diikuti dari perguruan tinggi di bawah yayasan tersebut, yakni 295 peserta dari Sekolah Tinggi Teknologi Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tangerang (150) serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Suluh Bangsa (293). Totalnya, 738 peserta. Namun, pada hari wisuda, jumlah peserta menjadi 978.
Menurut Supriadi, wisuda lancung ini terbongkar berkat laporan masyarakat kepada Tim Evaluasi. Tim ini dibentuk Kementerian Riset saat kasus dugaan jual-beli ijazah oleh University of Berkeley yang dikelola Lembaga Manajemen Internasional Indonesia (LMII), terungkap pada Mei lalu. “Kami mengkaji data pendidikan tinggi, lalu cross check dengan laporan masyarakat,” tuturnya. “Kami melakukan investigasi dan penyusupan.”
Dari penelusuran, selain di Jawa, Yayasan Aldiana membuka kelas jarak jauh di Sulawesi Selatan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Namun tak ada proses belajar-mengajar. Untuk mengikuti wisuda, peserta kelas mesti datang ke Jakarta dan membayar Rp 15 juta.
Selanjutnya >> Pengakuan Ketua Yayasan Aldiana...
Supriadi menuturkan, Tim Evalusi telah memanggil Ketua Yayasan Aldiana Nusantara Alimudin Al Murtala. Saat diperiksa, Alimudin mengakui wisuda tersebut ilegal. Mahasiswa pun tidak melalui proses perkuliahan. Menurut Supriadi, Alimudin juga membuat surat penyataan yang isinya tidak akan memberikan ijazah kepada peserta wisuda. Ia bersedia mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan peserta.
“Mahasiswa ini korban meski mereka bukan mahasiswa beneran. Mereka mahasiswa abal-abal tapi dirugikan secara finansial,” kata Supriadi.
Sebelumnya, saat penggerebekan, Alimudin Al Murtala menyanggah tudingan bahwa wisuda yang digelar lembaganya abal-abal. “Ini yudisium, bukan wisuda ilegal,” ujarnya.
Baca juga:
Asyik Ngeganja Mahasiswa-mahasiswi Digerebek di Puncak!
Dikeroyok Adhyaksa, Emil & Uno, Gubernur Basuki Bisa Keok?
Rektor Universitas Terbuka Tian Belawati membantah kabar bahwa Yayasan Aldiana terkait dengan lembaga yang ia pimpin. “Yang digerebek bukan wisuda Universitas Terbuka, melainkan kegiatan wisuda perguruan tinggi lain yang diadakan di Universitas Terbuka. Si penyelenggara menyewa gedung kami.”
Sekretaris Kopertis Wilayah III Putut Pujogiri mengatakan ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi tanpa proses perkuliahan yang memadai mesti dicabut. “Tapi kelompok ini agak lihai karena wisudawan belum menerima ijazah,” ujarnya. “Penelusuran kami, ijazah itu akan dikeluarkan kalau situasi sudah aman.”
Sebelum kasus Yayasan Aldiana terungkap, Tim Evaluasi juga membongkar wisuda abal-abal di gedung Manggala Wanabakti Kementerian Kehutanan pada 9 September lalu. “Kampusnya beda, tapi masuk dalam satu jaringan sindikat dari beberapa perguruan tinggi,” kata Supriadi. Wisuda yang diselenggarakan sebuah sekolah tinggi ekonomi itu diikuti 460 peserta, sebagian besar “mahasiswa” S-2.
DANANG FIRMANTO | FRISKI RIANA
Baca juga:
Dipalak Geng Motor Bandung, Sherina Mengadu ke Ridwan Kamil
Geger Lubang Hitam & Bulan Merah 28 September, Mau Kiamat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini