Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Minim Energi di Musim Kering

Kemarau panjang membuat para pengelola PLTA kesulitan. Produksi pembangkit menurun pada tahun ini. 

4 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PLTA di Saguling tak bisa beroperasi maksimal lantaran minimnya hujan.

  • Dampak El Nino membuat PLN Indonesia Power Mrica Power Generation Unit hanya mengoperasikan satu dari tiga mesin pembangkit pada September lalu.

  • Akibat El Nino, realisasi produksi listrik di Jawa-Bali diperkirakan lebih rendah 15 persen dari rencana.

YOSEFAN Johan tak membayangkan tahun ini level air di Waduk Saguling, Jawa Barat, nyaris menyusut di bawah batas minimalnya: 625 meter di atas permukaan laut. Senior Manager PLN Indonesia Power Saguling Power Generation and O&M Services Unit tersebut mengira kemarau akan berlangsung normal. Namun perkiraan tersebut meleset.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan 2023 sebagai musim normal cenderung kering karena El Nino sudah masuk radar. Perkiraan ini tampak akurat lantaran tiga bulan pertama tahun ini diwarnai dengan curah hujan tinggi. PLN yang mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air berkapasitas 175 gigawatt (GW) di Waduk Saguling tak mengalami kesulitan operasi.

Tak ada yang menyangka, fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudra Pasifik yang menyebabkan awan hujan menjauh dari Indonesia itu bakal berlangsung lebih lama. Hingga kemudian datang peringatan dari BMKG pada April. "Mereka ngomong-nya ada pengaruh kuat El Nino datang," kata Yosefan kepada Tempo, akhir pekan lalu.

Sejak saat itu, Yos—begitu Yosefan biasa disapa—mencatat curah hujan perlahan berkurang. Air mulai seret memasuki Juli dan puncaknya terasa pada September dan Oktober. "Rata-rata inflow 6-8 meter kubik per detik," ujarnya. Padahal, pada musim normal, air yang masuk ke waduk bisa mencapai 150 meter kubik per detik.

Suasana di kawasan Waduk Saguling, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 8 Agustus 2023. Foto: TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rendahnya volume air yang masuk membuat PLN membatasi produksi. Artinya, air ke hilir ikut berkurang. Padahal Waduk Saguling menampung air bukan cuma untuk pembangkit listrik. Fungsi utamanya mengalirkan air ke Waduk Cirata, lalu ke Waduk Jatiluhur, untuk kemudian disalurkan menuju irigasi pertanian. Waduk tersebut juga menjadi sumber utama air minum daerah DKI Jakarta. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masalahnya, memasuki November, permintaan air dari hilir semakin tinggi karena petani mulai memasuki musim tanam padi. Posisi ini menempatkan PLN dalam dilema. 

Dengan menghitung estimasi arus air yang masuk di tengah musim kemarau dan kebutuhan di hilir, PLN memperkirakan level air yang tersisa di Waduk Saguling tinggal 625 meter di permukaan laut pada akhir November. "(Jika memenuhi kebutuhan pengairan di hilir), level airnya akan di bawah 625 MDPL," kata Yos.

Sementara itu PLN harus menjaga level air minimum 625 meter di atas permukaan laut. Air ini merupakan cadangan untuk mengoperasikan pembangkit dalam kondisi darurat. PLTA di Waduk Saguling merupakan tumpuan asut gelap alias black start sistem ketenagalistrikan di Jawa-Bali. Jika terjadi gangguan di sistem dan listrik padam, pembangkit tersebut yang pertama kali dioperasikan untuk mengisi daya.

Pembangkit dari tenaga air mampu menghasilkan listrik dalam waktu singkat. Sekitar 15-20 menit sejak air dialirkan ke turbin, produksi listrik mulai berjalan. Berbeda dengan pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang membutuhkan waktu hingga delapan jam sejak mesin dinyalakan.

Kondisi Sungai Citarum yang mengering di Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 10 September 2023. TEMPO/Prima Mulia

Untuk mengatasi dilema ini, PLN dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Perusahaan Umum Jasa Tirta II, BMKG, serta pihak terkait lainnya duduk bersama pada pekan pertama November. Mereka yang rutin bertemu sebulan sekali memutuskan menggelar rapat tiap pekan setelah melihat intensitas hujan yang tak kunjung sesuai dengan perkiraan. 

Menurut Yos, mereka ingin memastikan arus air yang masuk dalam jangka pendek. "Saat terbukti ada inflow besar di satu pekan, kami kucurkan lebih banyak. Jika inflow kecil, kami tahan airnya." Harapannya, level air di Waduk Saguling tidak lewat batas minimum dan kebutuhan di hilir tetap terpenuhi.

Beruntung, pada pekan ketiga November, arus air ke waduk mulai bertambah. Yos mencatat aliran 40-60 meter kubik per detik mulai masuk. Pada akhir November, angkanya mencapai kisaran 360 meter kubik per detik.

"Salah satunya karena teknologi modifikasi cuaca sehingga turun hujan," tutur Yos. Sejak semester kedua 2023, para peserta rapat tadi telah bersepakat merancang hujan buatan. Namun baru pada November awan hujan muncul sehingga strategi modifikasi cuaca berhasil.

Penurunan Produksi

Akibat minimnya hujan, PLTA di Saguling tak bisa beroperasi maksimal. Selama debit air minim pada semester kedua ini, perusahaan hanya mengoperasikan pembangkit saat beban puncak, sekitar pukul 17.00-22.00. 

Dampaknya, produksi listrik pembangkit turun. "Ada gap produksi 10-15 persen tahun ini dari yang direncanakan," ujar Yos. Perusahaan merencanakan produksi listrik dari pembangkit ini sebesar 2,62 terawatt hour (TWh) tahun ini. Sedangkan pada akhir November, produksinya berada di kisaran 2,10 TWh.

Penurunan produksi pun terjadi di PLTA Panglima Besar Soedirman. Sama seperti Saguling, pembangkit yang mengandalkan Waduk Mrica di Banjarnegara, Jawa Tengah, ini merupakan tumpuan saat ada gangguan pada sistem ketenagalistrikan di Jawa-Bali. PLN Indonesia Power sebagai pengelola berkewajiban memastikan pasokan air untuk pengairan sawah serta air minum masyarakat di sekitar waduk. 

Dampak El Nino mulai terasa di Mrica pada September lalu. General Manager PLN Indonesia Power Mrica Power Generation Unit (PGU) Nazrul Very Andhi mengatakan perusahaan hanya bisa mengoperasikan satu dari tiga mesin pembangkit pada periode tersebut. Memasuki Oktober, perusahaan mulai menambah kapasitas produksi. "Sekarang sudah normal lagi, semua mesin beroperasi," ujarnya saat ditemui Tempo pada 22 November lalu. 

Akibatnya, Nazrul memproyeksikan penurunan produksi listrik tahunan dari PLTA di Mrica. "Berdasarkan penghitungan sampai November 2023, rata-rata turun 10 persen terhadap realisasi produksi pada 2022."

Bendungan Panglima Besar Sudirman mengalami penyusutan air, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 November 2023. Foto: TEMPO/Febri Angga Palguna

Assistant Manager Geoteknik dan Hidrologi PLN Indonesia Power Mrica PGU Dwi Nurwanto menyatakan pengurangan operasional mesin dilakukan untuk menjaga level air minimum waduk di tengah turunnya arus air yang masuk. Berdasarkan catatannya, rata-rata arus air yang masuk ke waduk pada September berada di kisaran 14 meter kubik per detik. "Satu unit pembangkit butuh 68 meter kubik per detik," ujarnya. 

Selama menghadapi El Nino, kondisi di Mrica tak segenting Saguling. Tak sampai ada teknologi modifikasi cuaca di daerah tersebut lantaran pasokan air yang masuk dari daerah aliran Sungai Serayu masih lebih tinggi dari kebutuhan pengairan masyarakat setempat. Waduk Mrica memiliki sumber air tanah yang melimpah, yang datang dari beberapa gunung di sekitar Banjarnegara, seperti Gunung Sumbing dan Slamet. 

"Itu beberapa masuk ke Sungai Serayu yang ditampung di Waduk Mrica. Jadi, kalaupun tidak ada hujan, tetap ada suplai meski tidak sebesar musim hujan," kata Nazrul.

Vice President Operation Maintenance Planning and Controlling IV PLN Indonesia Power Buyung Arianto mencatat El Nino tahun ini mempengaruhi semua PLTA perusahaan yang mendukung sistem Jawa-Bali. Di beberapa lokasi, PLN tak berkutik lantaran tidak ada air sama sekali. Namun, selagi pembangkit tersebut tidak berfungsi sebagai black start, tak banyak antisipasi untuk menjaga level air di waduk.

Buyung mencontohkan pembangkit di area Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. "Berhenti beroperasi dari Oktober karena waduknya sampai kering."

Akibat El Nino, perusahaan memperkirakan realisasi produksi listrik di Jawa-Bali lebih rendah 15 persen dari rencana. "Sebenarnya kita rugi kalau PLTA itu kurang dari target karena pembangkitnya berbiaya rendah," kata Buyung. Biaya produksi listrik dari PLTA sebesar Rp 300-400 per kWh. Sebagai perbandingan, PLTU ada di kisaran Rp 700 per kWh.

Aliran sungai Seruya yang menghidupi PLTA Waduk Mrica, Banjarnegara, Jawa Tengah, 22 November 2023. Foto: TEMPO/Febri Angga Palguna

Selain itu, penurunan produksi PLTA mengurangi kontribusi energi hijau pada jaringan PLN. Padahal pemerintah sedang mengejar target bauran energi terbarukan hingga 17,9 persen pada tahun ini. Hingga semester I 2023, realisasi bauran energi ini sebesar 12,5 persen.

Ketua Asosiasi Pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air Zulfan Zahar menyatakan anggotanya ikut merasakan dampak El Nino. Memasuki paruh kedua 2023, sejumlah anggotanya harus menghentikan produksi lantaran tak ada hujan. "Tahun ini cukup berat, terutama untuk PLTA berkapasitas kecil yang metodenya bukan tampungan besar," tuturnya. Sayangnya Zulfan belum mendata total perusahaan terkena dampak dan jumlah penurunan produksinya. 

Mereka yang tidak bisa menjaga kapasitas produksi listrik sesuai dengan rencana menghadapi penalti dari PLN. Menurut Zulfan, para pengembang berkewajiban menjaga agar produksi minimum 65 persen dari kapasitas. "Dengan adanya batasan capacity factor tadi di masa El Nino, banyak pengembang terkena penalti. Tapi, begitu musim hujan seperti sekarang, kelebihan dari 65 persen tidak bisa dibangkitkan PLN sebagai energi." 

Dia berharap PLN bersedia menyerap lebih banyak listrik dari pengembang swasta. "Energinya penting juga untuk mendukung tambahan bauran energi hijau."


Laporan khusus "El Nino: Cerita Dampak dari Tapak" ini merupakan hasil kolaborasi pendanaan peliputan Koran Tempo, Tempo Institute, dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus