JAKARTA – Sejumlah pihak belum bisa memastikan kapan puncak
gelombang ketiga pandemi Covid-19 di DKI Jakarta terjadi. Belum ada kepastian apakah puncak gelombang ketiga sudah dilalui atau belum. Asumsi bahwa puncak gelombang sudah terlewati muncul lantaran jumlah kasus harian Covid-19 di Ibu Kota turun dalam beberapa hari terakhir.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan masih terlalu dini menyimpulkan bahwa puncak gelombang ketiga di Jakarta sudah berlalu. Sebab, buktinya pertambahan jumlah kasus baru kemarin sebanyak 7.295 pasien atau mengalami kenaikan dibanding dua hari sebelumnya, yang sekitar 5.000 kasus baru. "Bisa saja naik lagi, turun lagi. Seperti pelana kuda," kata Pandu ketika dihubungi, kemarin.
Pandu mengingatkan, dalam serbuan gelombang ketiga yang didominasi varian Omicron, jumlah kasus baru Covid-19 tidak bisa menjadi patokan kondisi sebenarnya. Menurut dia, angka keterisian rumah sakitlah yang harus diperhatikan. Sebab, di atas kertas, tingkat keparahan gejala varian Omicron tak separah Delta. Ditambah lagi angka vaksinasi di Jakarta sudah sangat tinggi. "Jadi, berapa yang masuk rumah sakit dan yang meninggal itu yang harus diperhatikan," kata dia.
Menariknya, sepanjang bulan ini, terjadi penurunan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ruang isolasi dan perawatan di Jakarta, dari 66 persen pada 8 Februari lalu menjadi 55 persen sejak Ahad lalu. Namun, sebaliknya, BOR di ruang ICU di Jakarta meningkat, dari 28 persen pada 1 Februari lalu menjadi 48 persen per Ahad lalu.
Walhasil, Pandu berharap Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta tak lengah dalam memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami gejala sedang hingga berat dan memiliki komorbiditas. "Yang penting BOR dibikin datar dulu, tidak naik. Yang terpenting agar tidak ada pasien meninggal," ujarnya.
Selain itu, Pandu berharap Pemprov DKI menuntaskan vaksinasi bagi warga berusia di atas 60 tahun. Menurut data DKI, cakupan vaksinasi dosis pertama bagi lansia mencapai 80 persen, sementara dosis kedua 73 persen. Pandu berharap vaksinasi untuk kelompok lansia di Jakarta bisa menembus 100 persen, bahkan lebih. Sebab, Covid-19 pada umumnya sangat berbahaya bagi kelompok ini, terlebih warga lansia yang punya penyakit penyerta.
Petugas kesehatan melakukan tes usap kepada warga di Krukut, Taman Sari, Jakarta, 10 Januari 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Sebelumnya, juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, membenarkan penurunan jumlah kasus harian dalam sepekan terakhir. Namun Nadia menyebutkan pemerintah belum bisa memastikan apakah Indonesia sudah melewati puncak gelombang ketiga Covid-19.
Adapun menurut prediksi awal Kementerian Kesehatan, puncak gelombang ketiga Covid-19 terjadi pada pekan keempat Februari atau pekan ini. "Kami akan tunggu lebih lanjut sambil memonitor kasus lebih lanjut," kata Nadia, Selasa lalu.
Penurunan jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta salah satunya terjadi di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, yang menjadi pusat isolasi terkendali bagi pasien tanpa gejala. Kepala Unit Graha Wisata TMII, Yayang Kustiawan, menyebutkan jumlah pasien hingga kemarin tercatat sebanyak 38 orang. Jumlah tersebut menyusut dibanding pada pekan lalu yang sebanyak 54 pasien. "Hari ini saja ada enam pasien dinyatakan sembuh dan meninggalkan Graha Wisata TMII. Sedangkan pasien baru ada dua orang masuk," kata Yayang.
Penurunan jumlah kasus harian dan kasus aktif
Covid-19 juga terjadi di Kabupaten Tangerang. Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi, mengatakan saat ini jumlah kasus baru Covid-19 di wilayahnya sebanyak 300-600 per hari. Bahkan, pada Ahad lalu, hanya ada 104 kasus baru.
Hendra membandingkannya dengan kasus baru di Kabupaten Tangerang pada 12 Februari lalu yang sebanyak 1.402 pasien. "Setelah itu, angka kasus terus turun," ujar dia, kemarin.
Adapun masyarakat yang sedang menjalani isolasi di rumah sakit, rumah isolasi terpadu, dan isolasi mandiri sebanyak 12.637 orang. Sedangkan pasien Covid-19 yang dirawat di ICU berjumlah 303 orang dan angka kematian pada Januari-Februari sebanyak 9 orang. "Untuk BOR saat ini masih di angka 30 persen atau 256 yang dirawat. Semoga terus turun ke depannya," kata Hendra.
Menurut Hendra, BOR dikatakan stabil karena jumlah pasien yang masuk dan pulang hampir sama. Begitu juga dengan BOR di tempat isolasi terpusat di Hotel Yasmin. Menurut dia, saat ini 156 orang dirawat di fasilitas tersebut. "BOR fasilitas isolasi terpusat 35 persen dari 400 kapasitas tempat tidur," ujarnya.
Sementara itu, di Kota Depok tercatat penurunan positivity rate meski angkanya tidak terlalu besar. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, menyatakan positivity rate turun dari 35,48 persen menjadi 31,59 persen. Namun, jika dilihat dari jumlah kasus harian, Kota Depok masih mengalami peningkatan penularan, yakni di atas 1.000 kasus baru saban hari.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Devi Maryori, mengatakan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah tersebut turun. Penurunan terjadi sejak tiga hari lalu, dari 50 persen menjadi 44,5 persen. Detailnya, pasien Covid-19 yang dirawat hingga kemarin sebanyak 49 orang dari 110 kapasitas tempat tidur. "Namun tingkat keterisian ruangan ICU masih penuh, masih 100 persen, dan belum mengalami penurunan," kata Devi.
Kabar buruknya, puluhan tenaga kesehatan di RSUD Kota Depok terjangkit
Covid-19. Pekan lalu, tenaga kesehatan yang tertular sebanyak 30 orang. Walhasil, pihak rumah sakit harus mengatur ulang jadwal para tenaga kesehatan yang bertugas merawat pasien Covid-19.
INDRA WIJAYA | JONIANSYAH HARDJONO | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | ANT