Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Reaksi Yudhoyono Membendung Manuver Moeldoko

Konsolidasi pengurus daerah dan pembuatan pakta loyalitas disebut-sebut berasal dari ide Susilo Bambang Yudhoyono.

4 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • SBY mengusulkan pertemuan dengan pengurus pusat untuk membahas persoalan partai.

  • Pengurus daerah diminta membuat pakta loyalitas yang ditandatangani di atas meterai.

  • Pengurus pusat sudah mendengar ihwal upaya penyelenggaraan kongres luar biasa sejak sebulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat bergerak cepat begitu mengetahui bahwa Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berada di balik rencana penggulingan Agus Harimurti Yudhoyono, ketua umum partai itu. DPP Demokrat menggelar pertemuan selama dua hari setelah Moeldoko bersua dengan sejumlah pengurus daerah Demokrat di Hotel Aston Rasuna, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Sejumlah pengurus Demokrat menceritakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono, pendiri Demokrat, turun tangan menyelesaikan rencana penggulingan tersebut. Ia mengusulkan pertemuan dengan pengurus pusat untuk membahas persoalan itu.

Yudhoyono juga mengusulkan agar pengurus pusat mengkonsolidasi semua pengurus daerah dan cabang. Lalu pengurus daerah diminta membuat pakta loyalitas yang ditandatangani di atas meterai oleh setiap pengurus daerah dan cabang. “Soal pakta loyalitas, itu memang perintah dari SBY,” kata sumber di lingkaran Susilo Bambang Yudhoyono, kemarin.

Politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik, mengatakan perintah kepada pengurus di dewan pimpinan daerah dan dewan pimpinan cabang untuk membuat pakta loyalitas berasal dari Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono. Sebab, sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Demokrat, yang berwenang memerintahkan pengurus daerah adalah ketua umum partai. Sedangkan Yudhoyono berposisi sebagai Ketua Majelis Tinggi Demokrat.

Rachland mengatakan Agus Yudhoyono memerintahkan pengurus daerah membuat surat pernyataan kesetiaan kepada partai lewat pesan WhatsApp. “Hal ini lumrah karena selama ini AHY juga rajin membalas pesan pengurus Demokrat di pusat maupun daerah,” kata Rachland.

Cerita respons cepat pengurus pusat terhadap upaya penggulingan Agus Yudhoyono dibenarkan oleh Rachland. Ia mengatakan pengurus pusat sebenarnya sudah mendengar ada upaya menggelar kongres luar biasa partai sejak sebulan lalu. Namun pengurus pusat menganggapnya enteng. Mereka menganggap gerakan itu merupakan dinamika internal partai yang mudah diselesaikan.

Agus Harimurti Yudhoyono pada konferensi pers soal dugaan adanya gerakan politik mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, 1 Februari 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Namun, kata Rachland, pengurus pusat bereaksi cepat setelah menerima laporan dari pengurus daerah bahwa Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko akan diusung untuk menggantikan Agus Yudhoyono dari jabatan ketua umum. Laporan itu diketahui dari keterangan pengurus daerah yang diperiksa oleh pengurus pusat pada 29 Januari lalu. Pemeriksaan ini berselang dua hari setelah sejumlah pengurus daerah bertemu dengan Moeldoko di Hotel Aston Rasuna. Pertemuan itu membahas rencana menggelar kongres luar biasa Demokrat.

Pengurus daerah juga melaporkan bahwa penggerak upaya kudeta itu adalah dua politikus Demokrat, yakni Jhoni Allen Marbun dan Muhammad Nazaruddin. Jhoni merupakan pengurus pusat Demokrat yang saat ini menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Lalu Nazaruddin adalah mantan bendahara umum Demokrat.

“Karena disebutkan nama Moeldoko, kami menganggapnya sebagai penyalahgunaan kekuasaan,” kata Rachland.

Jhoni Allen Marbun belum membalas permintaan konfirmasi Tempo. Nazaruddin, yang dimintai konfirmasi lewat Muhammad Nasir, adik kandung Nazaruddin, juga belum menjawab pertanyaan Tempo soal ini.

Upaya kudeta itu pertama kali diungkapkan oleh Agus Yudhoyono lewat konferensi pers, Senin lalu. Agus Yudhoyono menyebutkan beberapa inisial pengurus dan mantan pengurus Demokrat yang dituding ingin melengserkannya dari jabatan ketua umum.

Beberapa hari sebelum konferensi pers, pengurus pusat merangkul dukungan semua pengurus daerah. Pengurus daerah dan cabang diminta menggelar rapat pimpinan khusus. Agendanya, membahas dan menanggapi rencana pendongkelan kepengurusan Agus Yudhoyono. Lalu mereka diminta membuat pakta loyalitas terhadap Agus Yudhoyono maupun kepengurusan Demokrat hasil kongres kelima pada Maret lalu.

Ketua DPD Sulawesi Barat, Suhardi Duka, membenarkan bahwa pihaknya mendapat perintah dari pengurus pusat untuk menggelar rapat guna membahas persoalan itu, Jumat pekan lalu. Hasil rapat pengurus daerah bersama enam cabang Demokrat di Sulawesi Barat menyatakan tetap mendukung Agus Yudhoyono.

“Kami tetap solid dan tak mungkin dipengaruhi,” kata Suhardi.

Setelah rapat, Suhardi membuat pakta loyalitas. Tempo memperoleh salinan pakta loyalitas yang ditandatangani oleh Suhardi Duka bertanggal 29 Januari 2021 itu. Surat yang diteken di atas dua meterai Rp 6.000 ini berisi tiga poin. Pertama, pernyataan setia kepada partai serta kepemimpinan Agus Yudhoyono. Kedua, berkomitmen melawan upaya gerakan yang bertentangan dengan aturan dan kode etik partai. Ketiga, berkomitmen tetap solid dalam kepemimpinan Agus Yudhoyono untuk memenangi pemilu mendatang.

Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan pengurus pusat sudah menerima pakta loyalitas dari seluruh pengurus daerah dan cabang sebelum Agus Yudhoyono mengadakan konferensi pers. Jumlah surat pakta loyalitas yang diterima DPP Demokrat mencapai 540 surat.

“Masih ada tersisa karena paling ada pengurus yang sakit atau daerah-daerah yang jauh di pedalaman,” kata Herzaky.

Ia menjelaskan, setelah menerima pakta loyalitas itu, pengurus pusat dan daerah tinggal memperkuat komunikasi agar tak mudah diadu domba. Selain itu, kata dia, Mahkamah Partai dan Dewan Kehormatan Partai tengah memproses kader aktif yang diduga terlibat dalam upaya kudeta tersebut.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membantah tuduhan bahwa dirinya terlibat dalam upaya melengserkan Agus Yudhoyono. Namun ia membenarkan bertemu dengan sejumlah kader Demokrat di kediamannya, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dan di sebuah hotel di Jakarta. Mantan Panglima TNI itu enggan menjelaskan isi pertemuan tersebut dengan alasan kerahasiaan. “Pertemuan itu bukan atas permintaan saya,” katanya.

Moeldoko mengatakan istilah perebutan kekuasaan tidak bisa disematkan kepada dirinya. Sebab, dia bukan anggota Demokrat dan tidak memiliki hak suara dalam kongres partai tersebut. “Jadi, saya ingatkan, hati-hati, jangan memfitnah orang. Saya tidak pernah mengemis jabatan,” ujarnya.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | ROBBY IRFANY

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus