WARGA Jakarta dan kota-kota lain selalu berjejal memperebutkan
rumah-rumah Perumnas. Tapi 50 dari 200 rumah murah Perumnas di
Sidoarum, Yogya, yang sudah diserahkan kepada calon penghuni
sebulan lalu, sampai awal Mei ini masih kosong. Ketika Menmud
Cosmas Batubara meninjau Sidoarum 16 April berselang, ia sempat
berkata agak keras. "Kalau terbukti calon pemilik menganggap
rumah di Sidoarum sebagai villa, hanya hari Minggu dikunjungi,
cabut saja surat izin penunjukan rumahnya," kata Cosmas.
Di proyek Tulus Harapan I Surabaya, terjadi hal yang sama. Dari
514 rumah murah di sana, ada 214 yang belum dihuni.
Sebaliknya terjadi di Kota Medan. Di lingkungan Medan II Mandala
dan Medan I Helvetia, tercatat 533 rumah yang mesti dikosongkan
karena penghuninya tidak memiliki SPS (Surat Perjanjian Sewa).
Ada beberapa penyebab hingga rumah murah tidak segera dihuni.
Menurut Drs. Indrakusuma Soemadji, Manajer Pemasaran PT Nitia
Buana, kontraktor Sidoarum, "karena listrik belum masuk". Tapi
seorang calon penghuni mengajukan alasan lain. "Kontrak rumah
yang sekarang saya tinggali belum habis waktunya," ia
menjelaskan.
Ny. Soemirah, 45 tahun, pegawai BTN Surabaya juga beralasan
sama. Ia terpaksa menunggu kontrak rumahnya sekarang habis. Dia
memang sudah membeli rumah tipe 73 di Desa Kali Rungkut
Surabaya. Untuk pindah, katanya, perlu uang, "sebab biaya pindah
itu besar."
Sementara itu seorang pegawai Kanwil P&K Yogya, belum pindah
karena menunggu tahun ajaran baru. "Supaya tidak merepotkan
anak-anak," katanya. Begitu juga M. Anshari yang memilih rumah
tipe 80 di Kali Rungkut. Ia menunggu keempat anaknya lulus di
sekolah yang sekarang. "Saya kira dulu, di kompleks itu sudah
ada sekolah lanjutan. Ternyata tidak ada," tuturnya kecewa. Kini
keluarganya menumpang di rumah mertuanya.
Preman
R. Soedarsono, pimpinan BTN Cabang Surabaya membenarkan
alasan-alasan tadi. Tapi diakuinya, ada juga penghuni yang baru
mau menempati rumah Perumnas kalau masa pensiunnya tiba. Karena
itu, dalam penilaian Soedarsono, pelbagai alasan calon penghuni
itu cukup kuat, sehingga "saya tidak memberi sanksi," katanya.
Namun ada dua penghuni kompleks Rungkut Surabaya yang ditindak
karena memindahkan pemilikan rumah murah itu kepada orang lain
yang masih ada hubungan keluarga dengan mereka.
Tapi di Medan, petugas Perumnas berhasil menggiring keluar
seorang penghuni bernama Basar. Dia sebenarnya seorang tukang
sepatu. Entah bagaimana fotonya terekat pada surat permohonan
rumah lewat Yayasan Kepolisian Medan. Tak ayal lagi, tatkala
ketahuan prosedur suratnya tak wajar, Basar diminta meninggalkan
rumahnya.
Ia menolak, bahkan mengajukan Ir. Budi Prabowo, Kepala Perumnas
Medan ke pengadilan, dengan tuntutan Rp 2 juta. Untung akhirnya
Basar mengalah. Pertengahan April istrinya menyerahkan
kunci-kunci rumah kepada Perumnas.
Di samping Basar, seorang dosen IKIP Medan, juga terpaksa
mengalami pengusiran. Seperti yang diungkapkan Ir. Budi, untuk
mendapat rumah Perumnas, dosen itu membayar ratusan ribu kepada
calo. Sang dosen percaya semata-mata karena calo bisa
menyerahkan kunci rumah yang cocok dengan pintu. Tapi dia tak
memiliki SPS, lalu diusir.
Masih terjadi di Perumnas Medan. Beberapa orang pemegang SPS
sebenarnya telah mempunyai rumah di luar Perumnas. Karena itu
rumah Perumnas miliknya disewakan pada orang lain. Sampai kini
Perumnas belum berhasil mengusir penghuni yang tidak berhak itu,
karena kabarnya preman-preman melindungi mereka. Petugas-petugas
Perumnas ditakut-takuti, bahkan seorang di antaranya sempat
dipukuli preman-preman tadi.
Tindakan kasar semacam itu dan pelbagai tipu muslihat lainnya
bukanlah barang baru bagi Ir. Budi. Namun dia belum jera
mengingatkan agar 'orang-orang jangan cuma memikirkan diri
sendiri, karena masih banyak anggota masyarakat yang tidak punya
rumah . "
Di Yogya Rachmad Hardjodibroto, pimpinan BTN Yogyakarta,
sekarang justru merasa lebih tenang. "Setelah seruan Menmud
Cosmas dimuat di koran, kami tidak lagi didatangi orangorang
yang punya rumah tapi mengaku tidak punya," kata Rachmad. Kalau
benar demikian, mungkin tempat-tempat lain juga perlu mendapat
peringatan yang sama kerasnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini