Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sinyal Kolaps Sebelum Puncak Wabah

Pasien Covid-19 berjubel di ruang unit gawat darurat, lantai, hingga pelataran rumah sakit.

5 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Banyak rumah sakit rujukan yang sudah penuh, padahal pasien baru Covid-19 terus berdatangan.

  • Pasien Covid-19 terpaksa dirawat di kursi roda hingga lantai karena ruang perawatan rumah sakit sudah penuh.

  • Kamar mayat sesak hingga banyak peti berisi jenazah bertumpuk di depan ruang kamar mayat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta Timur, berjubel di ruang unit gawat darurat (IGD). Sebanyak 40 tempat tidur di IGD rumah sakit ini sudah penuh. Pasien yang tidak mendapat tempat tidur terpaksa dirawat di lantai, kursi roda, hingga pelataran rumah sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ada banyak pasien yang antre di luar IGD karena bed maupun kursi roda sudah tidak lagi tersedia," kata Eva Sri Diana, dokter spesialis paru RSUD Pasar Rebo, kemarin. 

Eva mengatakan kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi pasien Covid-19 dalam kondisi parah masih terus berdatangan ke rumah sakit. Saturasi atau banyaknya oksigen dalam hemoglobin (zat dalam darah) mereka umumnya di bawah normal alias kurang dari 95 persen. Pasien itu rata-rata sudah membawa hasil tes PCR yang hasilnya positif terjangkit virus corona.

"Karena rumah sakit sudah penuh, mereka terpaksa diinfus di kursi roda," kata dia.

Eva mengakui pasien-pasien itu bukan hanya masyarakat biasa. Sebagian dari mereka adalah tenaga kesehatan dan anggota keluarga tenaga kesehatan. Namun mereka juga terpaksa dirawat di kursi roda karena kondisi ruang gawat darurat sudah penuh. 

"Kemarin, ada pasien wafat di atas pangkuan anggota keluarganya karena kursi roda dan bed sudah habis," ujarnya. 

Eva mengatakan lonjakan jumlah pasien ini membuat persediaan obat rumah sakit menipis. Stok alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan juga menipis, sehingga mereka terpaksa irit pemakaian. Di samping itu, mereka mulai kewalahan menghadapi ledakan jumlah pasien ini, sehingga terkadang luput memberikan obat dan terlambat memberikan suntikan kepada pasien. 

"Jelas jumlah tenaga kesehatan sangat tidak berimbang dengan jumlah pasien saat ini," kata Eva.

Menurut dia, situasi wabah kali ini jauh lebih parah dibanding ketika terjadi lonjakan jumlah kasus pada periode Desember 2020 hingga Januari tahun ini. Kesimpulan Eva ini mengacu pada kondisi RSUD Pasar Rebo dalam dua periode lonjakan tersebut. "Sekarang kamar jenazah penuh dengan pasien yang wafat karena Covid-19," katanya. 

Sesuai dengan data di situs Yankes.kemkes.go.id milik Kementerian Kesehatan per 4 Juli 2021, RSUD Pasar Rebo dikategorikan sudah penuh. Ruang unit gawat darurat serta ruang unit perawatan intensif (ICU) dengan ventilator dan tanpa ventilator di rumah sakit ini sudah penuh. Hanya ruang isolasi tekanan negatif yang masih kosong 17 unit dari total 151 tempat tidur. Lalu lima buah ruang isolasi khusus bayi belum terisi. 

Petugas kesehatan memeriksa lansia positif Covid-19 di kediamannya di Bandung, Jawa Barat, karena rumah sakit penuh, 28 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia

Kondisi serupa terjadi di sebagian besar rumah sakit di enam provinsi di Pulau Jawa. Ruang unit gawat darurat lebih dari 300 rumah sakit rujukan Covid-19 di Pulau Jawa dinyatakan sudah penuh. Kondisi ini bakal bertambah parah karena kasus baru terus bertambah.

Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 4 Juli lalu memperlihatkan bahwa pertambahan pasien baru mencapai 27 ribu orang. Lalu total pasien yang terjangkit virus corona hingga kemarin mencapai 2,2 juta, dengan 295 ribu di antaranya masih dalam perawatan. Angka kematian juga bertambah 555 orang per Ahad lalu atau 2,7 persen dari total kematian yang mencapai 60.582 orang. 

Angka kematian karena Covid-19 ini tergambar dari sesaknya kamar-kamar mayat rumah sakit. Seorang narasumber di Rumah Sakit Duren Sawit, Jakarta, menceritakan bahwa banyak peti berisi jenazah terpaksa ditumpuk di luar kamar mayat. Di samping itu, masih ada beberapa jenazah yang belum dimasukkan ke peti karena kehabisan peti mati. "Kondisi ini sangat menyedihkan,” katanya. 

Windy, relawan pendamping pasien dari LaporCovid-19, lembaga pemantau wabah, mengatakan kondisi wabah di lapangan justru sangat parah. Ia berujar, sejumlah rumah sakit sudah menolak menerima pasien baru sejak bulan lalu. Pada 27 Juni lalu, misalnya, ia sempat mendampingi pasien berusia 57 tahun untuk mencari ambulans dan rumah sakit di Tangerang Selatan, Banten. 

Ketika ambulans datang, pasien itu langsung diantar ke sebuah rumah sakit milik pemerintah di Tangerang Selatan. Namun, sebelum pasien diturunkan dari ambulans, petugas rumah sakit mencegatnya dengan alasan rumah sakit sudah penuh. 

Windy lantas mencoba mengontak Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Namun pemerintah setempat berdalih semua rumah sakit memang sudah penuh. Bahkan mereka berdalih rumah sakit juga mulai kekurangan oksigen untuk pasien. "Lalu pasien itu diboyong ke Jakarta," kata Windy. 

Ia mengatakan pasien tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan. Sesampai di sana, pasien perempuan itu tak kebagian oksigen. Padahal, saat itu kondisinya sudah sesak napas dengan saturasi oksigen hanya 82 persen. "Pasien meninggal saat antre di IGD," ujarnya. 

Sejak awal pekan lalu, LaporCovid-19 mengumumkan tak lagi menampung permintaan pendampingan pasien karena semakin banyak rumah sakit yang menolak permintaan rujukan. Kondisi itu terjadi karena sebagian besar rumah sakit rujukan sudah penuh. Kendati demikian, lembaga ini tetap memantau perkembangan wabah dari laporan masyarakat.

Sesuai dengan catatan mereka, sebanyak 281 pasien Covid-19 meninggal di luar rumah sakit dalam dua pekan terakhir. Sebagian besar dari mereka meninggal ketika menjalani isolasi mandiri. Sebagian lagi wafat saat berupaya mencari fasilitas kesehatan dan menunggu antrean di unit gawat darurat rumah sakit.

"Saya amat yakin ini fenomena gunung es karena kami baru mendapat info dari berita dan laporan warga secara langsung ataupun media sosial," kata relawan data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban.

Said menyimpulkan bahwa sistem kesehatan saat ini sudah kolaps karena lonjakan wabah yang luar biasa. Kondisi ini makin tragis karena saat ini belum memasuki puncak wabah. Angka penularan diperkirakan masih akan menanjak dalam beberapa pekan ke depan.

Ia mencontohkan kejadian dua warga Semarang, Jawa Tengah, yang meninggal di jalan raya karena tertular virus. Kondisi ini sudah menyerupai situasi wabah di India.

Kamis pekan lalu, seorang warga Kelurahan Pleburan, Semarang, ditemukan meninggal di sebuah kios. Tak jauh dari lokasi itu, ada lagi seorang pria yang meninggal di atas becak. Kepala Kepolisian Sektor Semarang Selatan, Komisaris Untung Kistopo, mengatakan petugas kesehatan mendeteksi kedua orang itu positif Covid-19. Keduanya tak sempat mendapat perawatan di fasilitas kesehatan. 

Pekerja menutup tempat pengisian tabung oksigen karena terkendala pasokan di Bandung, Jawa Barat, 4 Juli 2021. TEMPO/Prima mulia

Kondisi lebih parah terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat dr Sardjito, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 63 pasien di RUSP dr Sardjito meninggal karena pasokan oksigen di rumah sakit sudah habis, kemarin. Rumah sakit ini milik Kementerian Kesehatan yang menjadi tempat rujukan utama perawatan pasien Covid-19 bergejala berat. 

Direktur RSUP dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, menyatakan pihaknya sudah berupaya mengantisipasi situasi ini dengan meminta komitmen pasokan oksigen dari dua penyalur di sana. Manajemen rumah sakit juga sudah meminta bantuan kepada Kementerian Kesehatan, Gubernur Jawa Tengah, Badan Penanggulangan Bencana DI Yogyakarta, Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, hingga dewan pengawas rumah sakit. Dalam suratnya, RSUP Sardjito menginformasikan bahwa pasokan oksigen rumah sakit akan habis, Sabtu sore lalu. Namun bantuan terlambat tiba di rumah sakit. 

"Sampai saat itu, Sabtu jam 15.00 WIB, kami masih mengalami kendala dan pasokan oksigen yang diperkirakan paling cepat sampai pada Minggu tanggal 4 Juli 2021 pukul 12.00 WIB," kata Rukmono. 

Ia mengatakan rumah sakit baru mendapat bantuan 100 tabung oksigen pada Ahad dinihari lalu. Bantuan itu berasal dari Kepolisian Daerah DI Yogyakarta. Lalu pasokan oksigen baru lancar sekitar tiga jam setelahnya, ketika oksigen dari perusahaan pemasok sudah tiba di rumah sakit.

Kondisi serupa terjadi di Rumah Sakit Fastabiq, Pati, Jawa Tengah. Direktur Rumah Sakit Fastabiq, Aldila Al Arfah, mengatakan stok oksigen di sini menipis sejak bulan lalu. Ketersediaan oksigen ini terus berkurang seiring dengan pertambahan pasien Covid-19. Kemarin, ruang perawatan rumah sakit ini sudah penuh. Kondisi ini memaksa rumah sakit menolak menolak pasien baru. Rumah sakit sendiri sudah membuat tenda darurat khusus bagi pasien yang antre untuk mendapatkan ruang perawatan. 

"Ada yang kosong, tapi misalnya di ruang perempuan, sementara pasien yang datang laki-laki," kata Aldila. 

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Zubairi Djurban, membenarkan soal kondisi rumah sakit yang semakin gawat. Misalnya pasien terus bertambah, sementara pasokan oksigen dan obat-obatan semakin tipis. 

Zubairi mengatakan, untuk mengatasi situasi ini, pihak rumah sakit memperpendek jangka pemberian obat tertentu, seperti heparin, remdesivir, ataupun dexamethasone. Ia mencontohkan, pemberian remdesivir dipersingkat dari tujuh hari menjadi lima hari. 

"Keputusan ini sudah berlandaskan pertimbangan yang juga ilmiah. Sudah dibenarkan dalam penelitian," katanya. 

Ia justru khawatir akan kondisi tenaga kesehatan di tengah ledakan wabah ini. Petugas medis rentan mengalami kelelahan mental akibat menangani pasien setiap hari sekaligus menyaksikan rekan-rekannya terjangkit virus. Zubairi pun meminta pemerintah menggenjot pelacakan dan isolasi serta tak melonggarkan pembatasan agar kurva penularan segera melandai.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengakui fasilitas kesehatan saat ini mengalami kelebihan pasien dalam penanganan Covid-19. Namun Nadia tak sepakat dengan anggapan bahwa fasilitas kesehatan sudah kolaps.

"Kolaps tidak, tapi over-capacity iya. Karena jumlah pasien yang sangat banyak dan dalam waktu bersamaan," kata dia. 

Nadia mengatakan pemerintah terus berusaha memberikan pelayanan terbaik. Kementerian Kesehatan juga sudah menginstruksikan penambahan tempat tidur dan ruang inap kepada pemerintah daerah untuk memperuntukkan minimal 40 persen tempat tidur rawat inap bagi pasien Covid-19 di daerah zona merah. Sedangkan daerah zona kuning dan hijau menyediakan minimum 30 persen tempat tidur untuk pasien Covid-19. 

Nadia juga mengakui RSUP dr Sardjito sempat mengalami kelangkaan oksigen akibat kekurangan pasokan. Namun pihak rumah sakit sudah mendapat kiriman 2 ton oksigen cair. Ia mengatakan pemerintah sudah meminta pelaku industri gas dan tabung meningkatkan produksi untuk mencegah kejadian serupa. Produsen juga diminta memprioritaskan pasokan oksigen untuk kebutuhan medis.

"Kami memantau seluruh provinsi untuk segera melaporkan apabila persediaan oksigen sudah kurang dari 30 persen," katanya. 

Berpendapat senada, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berusaha mengatasi situasi darurat ini dengan menggenjot pelayanan jarak jauh bagi pasien yang melaksanakan isolasi mandiri. Pemerintah provinsi juga menambah kapasitas rumah sakit. 

"Melalui upaya penambahan bed rumah sakit berikut tenaga dan kelengkapannya, termasuk pasokan oksigen," kata Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad. 

DEWI NURITA | PRIBADI WICAKSONO | JAMAL A. NASHR | ROBBY IRFANY | AHMAD FIKRI | IMAM HAMDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus