Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Saksi kebiadaban israel

Kota koneitra, di daratan tinggi golan, merupakan saksi kebiadaban israel. kota tersebut hancur lebur, rata dengan bumi, dan menjadi kota mati. (sel)

7 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONEITRA, di dataran tinggi Golan, tinggal kenangan bagi orang Suriah. Kota itu telah hancur lebur -- rata dengan bumi. "Koneitra adalah saksi kebusukan Israel yang ingin merentangkan kekuasaan dari Nil hingga Efrat," tulis Faishal Muhammad Syaqier dalam majalah Alfaishal. Sejak direbut Israel dalam perang 1967, dan dikembalikan kepada Suriah tujuh tahun kemudian, Koneitra telah berubah jadi kota mati. Dari kota, yang terletak di ketinggian 400 m dan dulu berpenduduk 37.000 jiwa, tak lagi ada bangunan yang utuh selain sebuah menara masjid. "Lembaran-lembaran Quran dan Injil bertebaran di sisi tempat ibadat yang sangat disucikan manusia. Tapi Israel tak pernah menghormati kesucian itu," tulis Alfaishal. Kuburan tua Kristen digali dan diambil permata-permata di dalamnya. Koneitra, yang terletak 64 km dari Damaskus, sangat strategis untuk pengintaian. Memandang ke arah barat daya akan nampak Palestina yang kini dikuasai Israel. Di arah barat laut, Libanon, dan di sebelah selatannya, Jordan. Dan hanya beberapa puluh meter saja kelihatan pasukan Israel lalu-lalang di perbatasan. Dataran tinggi Golan sebenarnya sebuah daerah yang subur dan kaya kandungan buminya. Curah hujan per tahun melebihi 1.000 mm. Dari sini mengalir Sungai Jordan dan Sungai Yarmuk. Tak heran jika dulu menjadi tempat persinggahan turis dari mana saja. Dari Palestina, misalnya, cukup melampaui Kota Banat Ya'qub. Dari Amman, hanya melampaui Kota Assyaikh Miskin dan Dar'a. Dari Libanon melampaui Banyas, Marja'iyyun, dan Saida. Dari sudut sejarah, Koneitra juga mencatat peran yang cukup penting. Kota ini, sejak tiga ribu hhun sebelum Masehi, sudah mengenal bangsa Amora dan Kan'an. Beberapa peninggalan memperlihatkan kekuatan kedua bangsa itu sampai mereka digantikan oleh bangsa Asyur, 732 SM. Dan sejak itu Golan jatuh dari tangan ke tangan. Dari Asyur lalu ke tangan bangsa Kaldah. Di sini juga terdapat suku Alqain, Kalb, dan Arrubab yang menjadi sasaran bangsa Quraish, suku Nabi Muhammad SAW, untuk berdagang. Pada abad ketujuh Masehi pasukan Islam menaklukkan dataran tinggi ini dan memanfaatkannya sebagai pusat pertahanan. Lalu Golan menjadi distrik kemiliteran sendiri bersama empat distrik lainnya di Suriah. Ketika berkecamuk Perang Salib, Golan menjadi daerah penyanggah bagi tentara Islam. Pernah jatuh ke tangan pasukan Kristen kemudian direbut lagi oleh pahlawan Islam Shalahuddin Alayyubi pada Perang Hittin, 1187 M. Terakhir, sebelum diserahkan kepada Suriah, 1946, Golan berada di bawah kekuasaan Prancis. Perang Arab-Israel tak pelak melibatkan kota tua ini. Setelah bentrokan pada 1948, menyusul perang tahun 1956,1967, dan 1973. Sebelum Israel mencaplok dalam perang 1967, Golan dihuni 137.000 orang. Sekarang ada sekitar 200.000 yang bermukim di sini. Menurut Alfaishal, penduduk Golan yang masih sengit melawan Israel hampir 15.000 orang. Mereka inilah yang masih menjadi duri perbatasan kadangkala membuahkan konflik besar. Dari empat suku di sini yang paling populer adalah Druz. Setelah Golan diduduki Israel semua kegiatan terhenti. Penduduk asli banyak yang mengungsi, sementara orang Yahudi masuk ke sana. Untung orang Arab selalu tak bisa membaur dengan orang Yahudi, sehingga tak pernah terjadi penetrasi budaya. Setelah tanah itu kembali dikuasai Suriah, penduduk yang mengungsi mulai berdatangan. Tahun 1981 pemerintahan Hafez Assad menyediakan dana pembangunan untuk daerah ini sekitar Rp 1,5 milyar -- naik tujuh kali lipat dari dana tahunan sebelumnya. Dana itu adalah untuk mengembalikan potensi pertanian yang sudah centang perenang. "Tekad pemerintah mengembalikan devisa yang lama hilang dari daerah ini," tulis Alfaishal. Yang masih tersisa di Koneitra adalah 1.890 rumah -- lebih separuh terletak di pinggiran. Rumah yang tak dihancurkan ini dianggap tak membahayakan keamanan oleh Israel. Tapi jika pemerintah Suriah yang dikuasai partai Baath bersikeras untuk membangun Koneitra yang telah dihancurkan itu, Israel mengancam tidak akan tinggal diam. Artinya: Suriah harus membiarkan sebagian Koneitra tetap porak poranda hingga saat damai nanti. Untungnya bekas benteng Raja Namrud (zaman Nabi Ibrahim) tak ikut dihajar meriam-meriam Israel. Di dalam benteng ini terdapat sebuah masjid dan sebuah gereja, yang semuanya dibangun oleh Shalahuddin Alayyubi, dan 14 menara pengintai. Yang juga tak ikut rusak adalah sebuah mata air hangat yang diapit sebuah bangunan Yunani purba. Mata air ini, konon, memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Di antara keelokan pemandangan di sini, juga bekas sejarah kejayaan orang Kanaan yang tetap menjadi incaran pelancong dari mana-mana. Banyas adalah sebuah kota yang pernah dijadikan istana Kaisar Philip dari Imperium Romawi. Kota ini dulu disebut Neronias -- mengambil nama dari Kaisar Nero. Di sini banyak peninggalan berharga dan menjadi pusat studi arkeologi. Tapi sejak pendudukan Israel, kota ini tertutup bagi pengunjung luar. Tak disebutkan apakah Israel juga mencuri benda-benda kuno yang ada di sini. Kota tua hanya, yang memiliki sejarah panjang dari 800 tahun lalu, juga hancur oleh serangan Israel. Yang lebih parah lagi Arrafid -- kota kaya dengan peninggalan lama. Gereja dan masjid sudah banyak yang rata dengan bumi sejak Israel masuk ke kota ini. Kota peninggalan Byzantium dan Romawi ini mungkin akan menangis sampai akhir. Nasibnya seperti Koneitra yang menjadi persoalan berat untuk membangunnya kembali. Perilaku Israel di Golan ini pernah dikutuk dalam sidang umum PBB, November 1974. Delapan puluh sembilan suara menuntut agar Israel menghentikan aksi pembongkaran kota-kota kuno di sana. Yang menolak cuma 36 dan abstein 4 negara. Tapi hasilnya tak ada -- kota-kota di Golan telah rata dengan tanah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus