Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Peningkatan jumlah kasus saat ini didominasi oleh varian delta yang memiliki kecepatan penularan lebih hebat dibanding varian lain.
Pemerintah sudah menduga kasus positif Covid-19 akan meroket pada hari-hari ini, tapi tidak menyangka akan terjadi dalam waktu secepat ini
Epidemiolog menyarankan agar PPKM darurat diteruskan supaya situasi Indonesia tak terus memburuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah menyatakan Covid-19 varian delta menyebabkan jumlah kasus baru terus melonjak di Indonesia saat ini. Sebelum varian delta masuk, penambahan jumlah kasus mampu dikendalikan dengan sejumlah kebijakan pembatasan sosial. Begitu galur delta masuk ke Indonesia, pemerintah pun kelimpungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan peningkatan angka kasus saat ini didominasi oleh varian delta yang memiliki kecepatan penularan lebih hebat dibanding varian lainnya. “Hampir semua (kasus) di Jawa ini dikontrol varian delta. Yang jelas, varian delta lebih cepat (menular),” kata dia dalam konferensi pers virtual, kemarin.
Luhut menjelaskan, peningkatan jumlah kasus akibat penyebaran varian delta tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara, seperti Inggris, Belanda, Malaysia, dan Rusia. Ia menyebutkan varian delta tak bisa dikendalikan dan dapat menurunkan efikasi semua jenis vaksin. “Saya mohon supaya kita paham varian delta ini varian yang tidak bisa dikendalikan,” kata dia.
Pemerintah, Luhut mengklaim, sudah menduga kasus positif Covid-19 akan meroket pada hari-hari ini, tapi tidak menyangka akan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. “Karena pemahaman kita mengenai varian delta ini juga banyak yang tak paham betul. Bukan hanya kita yang caught by surprise (terkejut), banyak negara lain juga kena karena ilmu dunia kedokteran belum sampai ke sana,” ujar dia.
Kasus konfirmasi positif Covid-19 kembali memecahkan rekor. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus harian mencapai angka 56.757 kasus per 15 Juli 2021. Jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 2.726.803 orang. Angka kasus positif harian ini didapat dari hasil pemeriksaan 249.059 spesimen. Jumlah kasus yang terus melonjak menyebabkan kapasitas rumah sakit di sejumlah daerah menjadi penuh.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam paparannya saat rapat bersama Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat pada 13 Juli lalu, memperlihatkan kapasitas rumah sakit di 12 provinsi berada di angka 70-90 persen. Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur menjadi enam besar provinsi dengan tingkat keterisian rumah sakit tertinggi.
Keluarga melakukan salat jenazah kepada keluarganya yang meninggal akibat Covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, 13 Juli 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Pada Mei lalu, Budi Gunadi menyatakan pemerintah telah melakukan antisipasi terkait dengan kapasitas rumah sakit agar tidak kaget ketika terjadi lonjakan jumlah kasus pasca-Idul Fitri. Kala itu, Budi menyampaikan, secara nasional, total tempat tidur untuk pasien rumah sakit berada di angka 390 ribu dan yang bisa dipakai untuk pasien Covid adalah 70 ribu. Saat itu, tempat tidur yang terpakai baru 23 ribu.
Adapun ruang intensive care unit (ICU) secara nasional berjumlah 22 ribu dan yang didedikasikan untuk penanganan Covid-19 sebesar 7.500 dan baru dipakai 2.500 ruangan. “Hanya ingin memberi gambaran kapasitas ICU dan rumah sakit yang kita miliki masih tiga kali lebih besar dari yang didedikasikan untuk penanganan Covid-19. Persiapan sudah kita lakukan,” kata Budi saat itu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan varian delta yang menyebar dengan cepat dan hanya memerlukan waktu singkat untuk penularan menyebabkan lonjakan jumlah kasus sekarang ini. Namun ia menyatakan berbagai langkah sebenarnya sudah disiapkan pemerintah.
Nadia menjelaskan, oksigen medis yang dibutuhkan per hari biasanya sebesar 400 ton dengan kapasitas produksi 1.500 ton per hari, yang seharusnya mencukupi dalam kondisi terkendali. “Ini, kan, peningkatan kasusnya 300 persen. Kebutuhan oksigen menjadi 2.400 (ton per hari). Ini sulit diantisipasi, tapi terus kami perbaiki kondisinya,” kata dia saat dihubungi, kemarin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hingga saat ini varian delta Covid-19--yang teridentifikasi pertama kali di India--telah diidentifikasi di 111 negara, wilayah, ataupun area. Varian ini berpotensi menjadi galur Covid-19 yang dominan di seluruh dunia serta menyebabkan peningkatan jumlah kasus dan kematian baru.
Laporan WHO pada Rabu lalu menyebutkan Afganistan, Nigeria, dan Ekuador termasuk di antara 15 negara yang melaporkan kasus varian delta pertamanya yang sangat menular dalam sepekan terakhir. WHO memperingatkan galur delta kemungkinan akan menyebar ke lebih banyak negara dan menjadi bentuk Covid-19 yang dominan dalam beberapa bulan mendatang.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyatakan kasus di Indonesia saat ini didominasi varian delta, yakni sekitar 60 persen. Varian ini, kata Dicky, sangat cepat dan efektif dalam penularan. Varian delta, tutur Dicky, juga memiliki dampak perburukan secara klinis yang, jika tak direspons serius, akan mengarah pada gawatnya situasi dengan banyaknya kematian.
Karena itu, ujar Dicky, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, meski tidak ideal, harus diperpanjang agar dampak varian ini ditambah akumulasi virus yang sudah beredar selama setahun lebih di Indonesia tidak mengarah ke skenario terburuk. “Minimal (PPKM dijalankan) enam pekan, kalau bisa delapan pekan,” kata dia saat dihubungi, kemarin.
DIKO OKTARA | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo