Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Salah Tangkap dan Ganti Rugi yang Tak Sepadan

Marni menerima uang ganti rugi Rp 72 juta atas kasus salah tangkap yang menimpa anaknya, seorang pengamen bernama Andro Supriyanto.

19 November 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marni menerima uang ganti rugi Rp 72 juta atas kasus salah tangkap yang menimpa anaknya, seorang pengamen bernama Andro Supriyanto. Sepintas angka itu besar, tapi ternyata tak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan Marni selama tiga tahun memperjuangkan nasib anaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami harus membayar utang untuk keperluan mengurus kasus ini," kata Marni kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejatinya, Marni, 55 tahun, menuntut ganti rugi materiil dan imateriil senilai Rp 1 miliar dalam gugatan praperadilan, tapi hakim hanya mengabulkan Rp 72 juta untuk setiap korban. Padahal dia sudah mengeluarkan uang hingga ratusan juta rupiah.

Kasus ini bermula ketika Andro, 21 tahun, dan Nurdin Priyanto, 26 tahun, melapor ke polisi atas penemuan mayat seorang pengamen bernama Dicky Maulana pada 30 Juni 2013. Polisi malah menetapkan keduanya sebagai tersangka atas tuduhan pengakuan palsu. Mereka disiksa dengan cara disetrum dan dipukuli agar mengaku sebagai pembunuh Dicky.

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan keduanya bersalah dan dihukum 7 tahun penjara. Lembaga Bantuan Hukum Jakarta memberi pendampingan dan melakukan banding. Pengadilan tinggi menyatakan keduanya tak bersalah dan membebaskan mereka dari segala hukuman. Kepolisian pun diminta bertanggung jawab membersihkan nama baik mereka.

Marni pernah mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo agar dirinya mendapat uang ganti rugi penuh. Sayangnya, Kementerian Keuangan tak menggubris.

Sementara itu, uang yang diberikan negara sebesar Rp 72 juta kepada keluarga Nurdin Priyanto akan digunakan untuk membayar utang dan membeli sepeda motor. "Katanya untuk ojek online," ucap Marni.

Dia tak tahu dengan cara apa melunasi utangnya. Uang ganti rugi itu rencananya untuk biaya pengobatan dan modal usaha Andro. Andro masih menjalani pengobatan di Padang, Sumatera Barat, akibat luka permanen setelah disiksa polisi tanpa proses peradilan.

Marni pun tak tahu apa sanksi bagi sejumlah polisi yang menganiaya anaknya yang terbukti tak bersalah. MIQDARULLAH BURHAN | AVIT HIDAYAT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus