Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Sebelum Temuan Mayat Bapak-Anak Membusuk di Rumahnya di Koja: Tak Salat ke Masjid, Bau Makin Menyengat

Tetangga telah menaruh curiga perihal kondisi Hamka Rusdi (50 tahun) sebelum dia ditemukan telah menjadi mayat yang membusuk di rumahnya di Koja.

30 Oktober 2023 | 17.14 WIB

Warga memadati rumah HR, seorang pria berusia 50 tahun yang ditemukan tewas bersama balitanya, AQ, yang berusia 2 tahun, Ahad, 29 Oktober 2023. Jasad mereka ditemukan pada hari Sabtu usai sebelumnya tercium bau busuk dari dalam rumah di Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Perbesar
Warga memadati rumah HR, seorang pria berusia 50 tahun yang ditemukan tewas bersama balitanya, AQ, yang berusia 2 tahun, Ahad, 29 Oktober 2023. Jasad mereka ditemukan pada hari Sabtu usai sebelumnya tercium bau busuk dari dalam rumah di Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara. TEMPO/Savero Aristia Wienanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tetangga telah menaruh curiga perihal kondisi Hamka Rusdi (50 tahun) sebelum dia ditemukan telah menjadi mayat yang membusuk di rumahnya di Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, pada Sabtu lalu, 29 Oktober 2023. Selain Hamka, satu anaknya yang masih berusia dua tahun juga telah menjadi mayat. Sedangkan istri dan anaknya yang sulung (4 tahun) dalam kondisi lemas dan kurus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Saya curiganya, dia kalau Salat Magrib mesti lewat sini. Sama Jumatan. Kok ini tidak ada. Dia masalah agama mah taat," kata Bambang, seorang warga tetangga saat ditemui di kediamannya, Minggu 29 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bambang adalah juga satu di antara lima warga yang menemukan kondisi Hamka dan keluarganya itu pada Sabtu lalu. Dia menjelaskan bahwa warga setempat telah bermusyawarah membahas soal bau menyengat dari dalam rumah Hamka itu sejak sebelum Sabtu. Mereka tak berani masuk karena rumah tertutup, sementara bau dirasa semakin menyengat.

Bambang mengaku yang pertama menyadari bau busuk dari rumah Hamka. Saat itu dia juga meyakini bau tak sedap bukan sekadar bersumber dari bangkai tikus. Dasarnya, dia sering melintas di depan rumah yang dimaksud.

"Kan pertamanya, baunya tidak begitu menyengat tapi beberapa hari ini kok semakin menyengat," katanya sambil menambahkan, "Kalau bangkai binatang kan paling lama tiga hari. Ini lebih dari tujuh hari kok malah semakin menyengat."

Merasa ada yang tak beres, ditambah dengan rasa curiganya terhadap absennya Hamka di masjid, Bambang mengajak warga lainnya untuk masuk ke rumah Hamka pada Jumat malam. Namun, karena belum adanya perwakilan dari Kelurahan Tugu Selatan yang menyaksikan, mereka memutuskan untuk menundanya sampai Sabtu pagi. 

Keputusan itu termasuk telah didiskusikan bersama sesepuh masyarakat setempat. "Sebenarnya bukan pas Sabtu-nya mau kami dobrak, (tetapi) pas malam Sabtu." 

Pada Sabtu pagi, rencana itu dijalankan. Seperti telah diberitakan sebelumnya, ada lima warga yang masuk ke area rumah Hamka. Seorang di antaranya adalah anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa). Dari lima itu, hanya dua termasuk Bambang yang mendobrak pintu rumah di lantai dua dan mendapati mayat bapak-anak yang sudah membusuk itu. 

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus