Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Transjakarta akan merevitalisasi 46 halte.
Proyek revitalisasi halte tahap pertama akan dilakukan di 11 halte selama enam bulan.
Komunitas pengguna bus Transjakarta minta revitalisasi dipercepat.
JAKARTA – Rolling door di Halte Kebon Pala, Jakarta Timur, tak menutup penuh. Masih ada sedikit celah yang bisa dilewati petugas halte Transjakarta. Meski halte itu tidak dioperasikan, petugas harus tetap berjaga untuk memberikan informasi kepada masyarakat. “Sudah tak beroperasi mulai pagi ini,” kata seorang petugas Transjakarta, kemarin. “Halte akan direnovasi, tapi belum tahu untuk berapa lama.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah papan pengumuman portabel diletakkan di depan pintu masuk halte. Pada papan itu, PT Transjakarta menginformasikan rencana revitalisasi dan penutupan total 11 halte bus rapid transit (BRT). Halte-halte yang ditutup itu adalah Halte Dukuh Atas 1, Halte Tosari, Halte Juanda, Halte Cawang Cikoko, Halte Bundaran HI, Halte Sarinah, Halte Kebon Pala, Halte Kwitang, Halte Balai Kota, Halte Gelora Bung Karno (GBK), dan Halte Stasiun Jatinegara 2.
“Halte lain masih beroperasi normal,” kata dia. “Jadi, untuk Rute 5 (Ancol-Kampung Melayu), perjalanan dari Halte Slamet Riyadi langsung ke Halte Stasiun Jatinegara 1.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pantauan Tempo, di Halte Kebon Pala belum terlihat ada kegiatan proyek. Fisik halte pun masih utuh. Layar televisi di halte yang menginformasikan kedatangan bus juga masih menyala.
Pemandangan serupa terlihat di Halte Stasiun Jatinegara 2. Transjakarta berencana mengubah halte tersebut menjadi bangunan dua lantai. Halte ini nanti terkoneksi dengan stasiun kereta Commuter Line (KRL) Matraman yang berada sekitar 100 meter di sisi barat laut. Halte itu juga akan dilengkapi toilet dan musala.
Transjakarta mengklaim akan memugar Halte Stasiun Jatinegara 2 menjadi lebih nyaman. Saat ini, halte yang berada di antara Pasar Jatinegara dan Stasiun Jatinegara itu sama sekali tak memiliki koneksi dengan dua lokasi tersebut. Untuk menuju stasiun atau Pasar Jatinegara, penumpang harus keluar halte dan berjalan 50-100 meter.
Penumpang yang menggunakan Halte Stasiun Jatinegara 2 selama ini sering kesulitan untuk mengakses tempat itu. Sebab, penumpang harus menaiki puluhan anak tangga yang mengantar ke gate awal. Penumpang juga harus berjalan 200-300 meter menuju pintu halte. Halte yang berada di tengah Jalan Bekasi Barat ini juga sangat sempit dengan lebar sekitar 2 meter. Lokasi ini sangat tak nyaman untuk menunggu bus, terutama saat jam sibuk karena kemacetan membuat headway menjadi lebih panjang.
Halte Transjakarta Bundaran HI, Jakarta, 15 April 2022. Tempo/Magang/Cristian Hansen
Ketua Busway Fans Club, Adi Febrian, menilai para pengguna Transjakarta memang sangat membutuhkan halte yang nyaman. Menurut dia, beberapa tempat perhentian bus sangat sempit, tak memiliki fasilitas istirahat, dan kurang ramah terhadap kelompok penyandang disabilitas.
Dia mendukung proyek revitalisasi Halte Cawang Cikoko yang bahkan tak memiliki akses berpindah jalur karena terpisah jalan tol dalam kota. Padahal halte ini dapat menjadi pilihan bagi penumpang yang juga menggunakan kereta Commuter Line melalui Stasiun Tebet. “Sudah saatnya halte direvitalisasi menjadi lebih besar dan terhubung ke semua moda transportasi,” kata dia.
Menurut Adi, Transjakarta juga harus mempercepat proyek revitalisasi halte. Dia menilai banyak tempat perhentian bus Transjakarta yang sudah tak mampu menampung penumpang, khususnya pada jam sibuk. Salah satunya adalah Halte Lebak Bulus yang melayani lebih dari empat rute.
“Pada masa normal, penumpang bisa antre panjang hanya untuk masuk ke halte. Hal ini juga menyebabkan headway bus menjadi lebih panjang. Revitalisasi untuk memperbesar kapasitas sangat dibutuhkan,” kata dia.
Transjakarta berencana menggunakan anggaran penyertaan modal daerah (PMD) senilai Rp 600 miliar untuk proyek revitalisasi 46 halte BRT. Seluruh halte akan memiliki ruang yang lebih luas dan lengkap. Empat halte di antaranya akan memiliki desain ikonik. Sedangkan empat halte lagi akan terintegrasi dengan sejumlah moda, seperti KRL Jabodetabek dan LRT Jabodebek.
Direktur Teknik dan Digital Transjakarta, Mohamad Indrayana, mengatakan perusahaannya menyiapkan 10 bus untuk menjemput penumpang selama penutupan 11 halte yang akan direvitalisasi. "Selama halte ditutup, akan kami alihkan ke halte-halte sekitarnya,” kata dia, Rabu lalu. “Kami juga menggunakan shuttle bus yang akan menghubungkan halte-halte yang biasanya dibuka."
Waktu ketibaan bus penjemput ini diatur setiap 5-10 menit sekali. Setelah menaikkan atau menurunkan penumpang di halte non-BRT, bus akan kembali ke jalur busway dan menuju halte-halte yang tidak terimbas penutupan. “Misalnya, dari Sudirman, keluar ke sisi kiri untuk jemput pelanggan di Dukuh Atas,” kata Indrayana. “Kemudian bus akan masuk lagi ke dalam halte existing BRT."
Menurut Indrayana, revitalisasi halte memang bertujuan meningkatkan rasa aman dan nyaman para penumpang. Proyek ini pun akan mendukung program pemerintah provinsi untuk meningkatkan integrasi moda transportasi massal di Jakarta. Harapannya, masyarakat akan berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum karena mudah berpindah moda.
Selain itu, menurut dia, salah satu parameter penentuan prioritas lokasi halte yang akan direvitalisasi adalah kapasitas halte untuk menampung penumpang. Perusahaannya sudah mendapatkan data tentang beberapa tempat perhentian bus Transjakarta yang kerap mengalami kelebihan penumpang, terutama pada jam sibuk.
Rencananya, seluruh halte Transjakarta yang sempit ini akan diperluas dan memiliki beberapa fasilitas, seperti toilet serta musala. Halte juga akan memiliki jalur naik khusus untuk setiap rute sehingga tak terjadi antrean armada saat akan mengangkut penumpang. “Halte-halte dengan penumpang membeludak, itu yang nomor satu kami dulukan,” kata dia.
FRANSISCO ROSARIANS | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo