Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Urusan penentuan calon presiden bakal menghambat rencana koalisi Partai Golkar dan NasDem.
Golkar masih berkukuh mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden, meski elektabilitasnya rendah.
Golkar diduga akan mengalah dan mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon wakil presiden.
JAKARTA – Agenda koalisi antara Partai Golkar dan Partai NasDem untuk membentuk poros baru Golkar-NasDem dalam menghadapi pemilihan presiden 2024 dipastikan bakal terbentur urusan internal mereka. Masalah utamanya adalah kedua partai itu sama-sama sudah mengantongi sejumlah nama kandidat calon presiden yang bakal diusung meski bersifat dinamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedy Kurnia Syah, mengatakan agenda koalisi kedua partai bisa terhambat karena Musyawarah Nasional Golkar sudah memutuskan mengusung Airlangga Hartarto—Ketua Umum DPP Golkar—sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024. Namun elektabilitas Airlangga masih sangat rendah hingga saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Membangun keterusungan Airlangga ini sebetulnya cukup sulit bagi partai di luar Golkar. Bahkan di internalnya sendiri akan ada momentum ragu terhadap Airlangga,” kata Dedy, Jumat, 11 Maret 2022.
Dedy mengatakan selama ini Airlangga maupun Partai Golkar sudah berusaha mendongkrak elektabilitas Menteri Koordinator Perekonomian itu. Misalnya dengan memasang baliho dan mensosialisasi lewat media sosial. Airlangga juga rajin bersafari politik ke berbagai daerah. Tapi upaya itu tak juga mampu mendongkrak tingkat keterpilihan Airlangga. Hasil survei teranyar Indonesia Political Opinion menunjukkan elektabilitas Airlangga masih sebesar 0,9 persen.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat tiba di NasDem Tower, Jakarta, 10 Maret 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Elektabilitas Airlangga ini sangat jauh dibanding Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Bahkan tingkat keterpilihan Airlangga kalah oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, yang namanya baru nangkring di sejumlah lembaga survei akhir-akhir ini. “Bahkan kader baru Golkar, Dedi Mulyadi, misalnya, justru popularitasnya melampaui Airlangga,” ujar Dedy.
Agenda koalisi Golkar-NasDem ini dijajaki lewat pertemuan ketua umum kedua partai, Kamis lalu. Elite kedua partai disebut-sebut membahas ihwal rencana membentuk poros baru koalisi hingga nama-nama kandidat calon presiden yang berpeluang diusung.
Selain urusan di lingkup internal Golkar, ada persoalan terjadi di Partai NasDem. NasDem masih gamang mencari figur calon presiden yang akan diusung dalam pemilu mendatang. Awalnya, NasDem berencana menggelar konvensi calon presiden. Tapi agenda ini batal di tengah jalan, lantaran NasDem tak bisa menggelar konvensi calon presiden sendirian.
Partai ini hanya mempunyai 59 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat atau setara dengan 10,26 persen. Angka ini tak memenuhi syarat 20 persen kursi di DPR untuk mengusung calon presiden. Jadi, NasDem mesti berkoalisi dengan partai politik lain.
NasDem sudah mendekati sejumlah partai agar bersama-sama menggelar konvensi. Namun rata-rata partai politik sudah memutuskan figur yang akan diusung sebagai calon presiden. “Kami sangat perlu koalisi. Tapi sayang seribu sayang, banyak partner yang masih sibuk ingin jadi presiden. Jadi, untuk apa lagi diteruskan konvensi?” kata Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, akhir Februari lalu.
Setelah batal menggelar konvensi, NasDem berencana menggelar Rembuk Nasional Calon Presiden 2024 yang akan dilaksanakan bersamaan dengan rapat kerja nasional pada 15-17 Juni 2022. Sekretaris Jenderal NasDem, Johnny Gerald Plate, mengatakan NasDem akan membeberkan calon presiden yang akan diusung dalam rembuk nasional tersebut. “Kami masih menggodok apakah hasil rakernas tersebut mengerucut pada rekomendasi satu capres atau tiga capres,” kata Plate, kemarin.
Sejumlah kader NasDem pernah menyebutkan deretan nama yang masuk radar partainya. Nama-nama itu di antaranya Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Andika Perkasa, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Airlangga justru tak dilirik karena elektabilitas yang rendah dibanding nama-nama tersebut berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga.
Kepala Departemen Politik dan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menduga NasDem akan melirik figur yang memiliki elektabilitas tinggi. Hasil sigi CSIS, tiga nama yang mempunyai tingkat keterpilihan tinggi adalah Prabowo, Ganjar, dan Anies. “Saya kira NasDem akan mempertimbangkan salah satu di antara tiga tokoh terkuat tersebut. Saat ini belum terlihat adanya kemungkinan memilih calon di luar tiga nama itu,” kata Arya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpendapat tantangan terbesar agenda koalisi NasDem dan Golkar adalah urusan penentuan calon presiden yang akan diusung. Ia yakin NasDem pasti enggan mengusung Airlangga sebagai calon presien karena elektabilitasnya sangat rendah dibanding nama-nama lain.
Namun Ujang juga menduga Golkar pada akhirnya akan mengalah setelah melihat elektabilitas Airlangga yang tak terkerek. Peluang paling mungkin, kata dia, Golkar akan menyodorkan Airlangga sebagai calon wakil presiden. “Lalu NasDem akan memiliki calon presiden yang lebih potensial, yang ditambah dengan dukungan suara Golkar,” kata Ujang.
Dua politikus Golkar menceritakan, partainya memang sudah menyiapkan beberapa skenario untuk menghadapi pemilihan presiden. Skenario pertama, mengusung Airlangga sebagai calon presiden. Jika skenario itu gagal, Golkar akan mengusung Airlangga sebagai calon wakil presiden.
Skenario kedua juga sudah dikomunikasikan dengan sejumlah nama yang berpotensi menjadi calon presiden, di antaranya Anies dan Ganjar. “Sudah mulai bergerak, tapi belum tahu apakah nama-nama itu bersedia,” kata politikus Golkar ini, beberapa hari lalu.
Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono, menepis informasi tersebut. Ia mengatakan sikap Golkar masih sama, yaitu mengusung Airlangga sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2024. Saat ini Golkar justru tengah mencari figur calon wakil presiden yang akan berpasangan dengan Airlangga. “Kita masih melihat kemungkinannya siapa saja yang paling cocok atau yang memang paling memiliki elektabilitas bagus,” kata Dave.
EGI ADYATAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo