Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Karena Industri Butuh Lulusan Siap Kerja

Sejumlah perusahaan mendirikan sekolah vokasi untuk memenuhi pasokan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan di bidang industrinya. Ada pula yang bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan vokasional.

3 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perusahaan dari pelbagai bidang industri masih memerlukan lulusan sekolah dan perguruan tinggi yang benar-benar siap bekerja.

  • Sejumlah perusahaan mendirikan sendiri sekolah vokasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang ahli di bidang industri mereka.

  • Kementerian Perindustrian berharap semua lulusan SMK, politeknik, dan akademi komunitas diterima industri.

JAKARTA – Sejumlah perusahaan mengembangkan sendiri sekolah vokasi untuk memenuhi pasokan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan bidang industri mereka. Tak sedikit perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah untuk menyediakan pendidikan vokasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Astra International Tbk, misalnya, sudah lama terjun ke dunia pendidikan terapan. Sejak 1995, Astra memiliki Politeknik Manufaktur Astra yang berfokus mencetak tenaga kerja di bidang otomotif. Saat ini terdapat enam jurusan teknik yang diajarkan di sekolah tersebut, dua di antaranya jurusan mesin otomotif dan mekatronika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Astra, Boy Kelana Soebroto, menuturkan keberadaan Politeknik Manufaktur Astra sangat membantu operasi grup perseroan. "Tidak mudah saat ini mencari sumber daya manusia dengan kompetensi yang dibutuhkan Grup Astra," kata dia kepada Tempo, akhir pekan lalu. Dalam lima tahun terakhir saja, Grup Astra menyerap rata-rata 52 persen dari lulusan sekolah tersebut.

Para mahasiswa dididik menggunakan kurikulum yang memperbesar porsi praktik. Boy menuturkan Politeknik Astra telah mengadopsi sistem pendidikan vokasi Jerman. Politeknik itu telah meluluskan 10 peserta gelombang pertama program sertifikasi Meister dari Jerman di bidang otomotif.

"Politeknik Manufaktur Astra merupakan institusi pendidikan pertama di Asia yang menerapkan program ini," ujar Boy.

Serah-terima Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang izin pendirian Politeknik Tempo oleh Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi III Agus Setyo Budi (kiri) kepada Ketua Yayasan Rumah Edukasi Herry Hernawan di gedung LLDikti III, Jakarta, 27 April 2021. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Tempo Media Grup, melalui Yayasan Rumah Edukasi Tempo, mengawali langkah serupa untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri media. Penerbit majalah mingguan dan koran harian ini mendirikan Politeknik Tempo yang menawarkan Program Studi Produksi Media, Marketing Internasional, serta Desain Media. Pada tahun ajaran perdana 2021, politeknik membuka kuota untuk 240 mahasiswa.

"Pada tahun pertama, Politeknik Tempo akan meluluskan sarjana terapan. Nanti dibuka program S-2 dan S-3 terapan," kata Ketua Yayasan Rumah Edukasi, Herry Hernawan.

Herry menuturkan Politeknik Tempo telah bekerja sama dengan sembilan perusahaan grup Tempo sebagai tempat praktik kerja. Selain itu, terdapat kerja sama dengan dua perusahaan di luar Tempo yaitu rumah produksi Kata Warna dan perusahaan logistik Titipin Aja Men. "Beberapa perusahaan lain sedang dalam proses penjajakan," tuturnya.

Sementara itu, di sektor tekstil, para pelaku industri bekerja sama dengan pemerintah menyediakan pendidikan vokasi melalui Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta di Jawa Tengah. Kementerian Perindustrian membangun serta membiayai operasi sekolah ahli muda tersebut, sementara pelaku industri menyumbangkan tenaga pengajar serta fasilitas praktik kerja selama dua tahun pendidikan siswa.

Setelah lulus, para mahasiswa akan langsung diserap oleh industri. Yunus Nazar, Sekretaris Program Studi Teknik Pembuatan Kain Tenun di Akademi Komunitas, menyatakan kuota penerimaan mahasiswa setiap tahun selalu disesuaikan dengan kebutuhan industri tekstil di sekitar sekolah. "Pendaftar menjalani seleksi potensi akademik, psikotes, dan wawancara langsung dengan industri," ujarnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia, Redma Gita Wirawasta, menuturkan keberadaan sekolah tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri tekstil. "Termasuk dengan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di Bandung, lulusannya baru mencukupi 80 persen kebutuhan," tuturnya. Industri harus menggantikan pekerja yang akan memasuki usia pensiun atau yang ditarik ke perusahaan asing. 

Redma berharap ada sekolah vokasi lain yang berdiri untuk memenuhi kekurangan tersebut. Kurikulumnya juga tak hanya terbatas pada pengetahuan tentang produksi. Menurut dia, perlu ada pengembangan kurikulum untuk memasok tenaga kerja di bagian non-produksi, seperti pemasaran dan hukum dagang.

Di industri petrokimia, para pelaku usaha sangat menantikan pengoperasian Politeknik Industri Petrokimia di Banten. Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia, menuturkan sektor petrokimia butuh tenaga kerja untuk menggantikan pekerja yang pensiun dan yang ditarik ke luar negeri.

"Selain itu, pada 2025, beberapa perusahaan akan melakukan ekspansi," ucapnya.

Politeknik tersebut rencananya didirikan di atas lahan hibah dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Pada 2019, Kementerian Perindustrian telah meneken perjanjian kerja sama dengan Asosiasi Industri Plastik Indonesia, Federasi Industri Kimia Indonesia, dan perusahaan industri petrokimia untuk menyelenggarakan sekolah tersebut.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kementerian Perindustrian, Arus Gunawan, menuturkan politeknik itu telah dinyatakan memenuhi syarat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun lalu. "Izinnya masih diproses, seiring dengan berubahnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi," kata dia.

Arus optimistis izin operasional akan segera keluar, sehingga penerimaan mahasiswa baru bisa dimulai pada tahun ini. Dari kajian tim beserta pelaku industri dan asosiasi, jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan industri petrokimia pada 2019-2024 mencapai 2.500-3.000 orang.

Kementerian Perindustrian sendiri telah memiliki saluran pendidikan vokasi di 9 sekolah menengah kejuruan, 10 politeknik, serta 2 akademi komunitas. Tahun ini, melalui program Jalur Penerimaan Vokasi Industri, pemerintah menyediakan kuota 6.006 kursi. "Kami ingin lulusan SMK, politeknik, dan akademi komunitas 100 persen diterima di industri dengan masa tunggu tiga sampai enam bulan."

EGI ADYATAMA | VINDRY FLORENTIN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus