Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setahun Berstatus Kota ...

Setelah setahun berstatus kota administratif, Jayapura tak banyak berubah, masih berantakan. Pertokoan rumah tinggal, perkantoran dan pasar masih campur baur jadi satu.

15 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAYAPURA sering disamakan dengan Hongkong. Karena sama-sama berrengger pada daratan berbukit-bukit dan di bawah sana menghampar laut. Tapi mencari persamaan yang lain, tentulah masih jauh dari patut. Sebab yang dapat disaksikan di ibukota Provinsi Irian Jaya itu adalah bak hasil kerajinan tangan yang belum jadi, bahkan dengan bahan yang masih berantakan. sukan saja karena rencana pembangunan kota belum jelas-- apalagi yang namanya mastler plan--juga letak bangunan yang baru dibuat tampaknya asal tarok saja. Terlihat misalnya pertokoan, rumah tinggal, perkantoran, dan pasar masih campur-baur jadi satu. Di zaman gubernur Acub Zainal pernah dirancang-rancang master plan, dengan tema kebersihan, keindahan dan ketertiban. Satu instansi khusus pernah disiapkannya untuk menerapkan semua itu. Hasilnya memang ada. Misalnya Kampung Overtoom yang terkenal padat dan kumuh, bahkan menjadi sarang pelacur, dibongkar dan penghuninya dimukimkan di Abepura (Tanah Hitam). Tapi begitu Acub Zainal meninggalkan Irian Jaya, kota itu kembali acakacakan. "Yang dinamakan master plan itu tak pernah disinggung-singgung lagi," tutur Walikota Administratif Jayapura, drs. Florens Imbiri. Malahan taman-taman yang pernah dibangun di pinggir-pinggir pantai, kini hilang ditelan ngunan-bangunan baru. Dan sejak Gubernur Sutran berada di daerab itu, pembenahan hampir tak terlihat hasilnya di Jayapura. Sebab Sutran rupanya lebih senang membenahi pedesaan, dengan penanaman cengkih sebagai sasaran pokok. Van Saache Tinggallah Florens Imbiri yang agaknya tak mungkin berbuat banyak. Ia sendiri mengakui hal itu, setelah September lalu Jayapura genap berusia 1 tahun sebagai kota administratif. "Selama setahun ini kami hampir tak berbuat apa-apa," kata Florens yang lulusan APDN Malang dan pernah menjadi Sekwilda Teluk Cendrawasih itu. Soal ketiadaan dana pembangunan tentu tak perlu jadi keluhan Florens berpanjang panjang, karena bukan hal aneh lagi. Tapi staf di kantornya yang berjumlah 40 orang itu dirasanya sangat tidak memadai--apalagi seperdua di antaranya terdiri dari pegawai harian yang sebagian adalah pemain-pemain kesebelasan sepakbola Persipura/Mandala. Tak heran bila untuk mengangkut sampah saja Imbiri merasa sulit mencari tenaga, belum lagi peralatan. Jayapura pertama kali ditemukan ekspedisi Belanda pada 7 Maret 1910 di bawah pimpinan Kapten Van Saache. Mula-mula rombongan ekspedisi itu mendirikan bivak di Kampung Kecil (sekitar kantor Kodak XVII sekarang) dan Kampung Besar (sekitar PLTD Yarmoch sekarang), yang selanjutnya dinamakan Hollandia. Setelah Trikora diganti Soekarnapura--dan sekarang Jayapura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus