Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sekitar 47 juta ekor benur telah diterbangkan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta,
Volume ekspor akan terus bertambah dengan tingginya permintaan, terutama dari Vietnam.
Tingkat pemanfaatan lobster di enam dari 11 wilayah sudah masuk zona merah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Ekspor benih bening lobster mengalir deras ke Vietnam setelah pemerintah membuka keran ekspor. Sejak Juni hingga kemarin, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) mencatat sekitar 47 juta ekor benur telah diterbangkan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan catatan BKIPM, ekspor pertama kali terjadi pada 12 Juni 2020. Volume pengiriman ke Vietnam saat itu sebanyak 37.600 ekor. Setelahnya, volume ekspor selalu mencapai angka jutaan ekor tiap bulan. Pengiriman terbanyak terjadi pada September, yaitu mencapai 23,8 juta ekor. Pada bulan tersebut rata-rata harian pengiriman benih sebanyak 884 ribu ekor per hari, sedangkan di bulan lainnya sebanyak 200-300 ribu ekor.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim, memperkirakan volume ekspor akan terus bertambah dengan tingginya permintaan, terutama dari Vietnam. “Keuntungan setelah berbulan-bulan melakukan budi daya lobster bisa berlipat-lipat dari harga beli benih,” katanya kepada Tempo, kemarin. Dia mencontohkan, harga benih di kalangan nelayan saat ini adalah Rp 15 ribu. Sedangkan harga jual lobster dewasa bisa mencapai Rp 300 ribu. Tren harga jual lobster dewasa di dunia terus meningkat tiap tahunnya.
Namun besarnya volume ekspor ke Vietnam ini membuat Abdul khawatir terhadap pasokan benih di dalam negeri. Pemerintah telah membatasi kuota penangkapan benih lobster di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Ekspor dibatasi selama tiga tahun terhitung sejak 5 Mei 2020. Namun, dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPP Indonesia, tingkat pemanfaatan lobster di enam dari 11 wilayah sudah masuk zona merah. “Jadi, saya kira tidak perlu menunggu sampai tiga tahun kita akan kehabisan stok benih,” katanya.
Pembudi daya lobster asal Lombok Timur, Amin Abdullah, menyatakan ekspor benih yang masif membuatnya kesulitan mendapatkan bibit unggul. Menurut dia, tak sedikit pembudi daya yang gulung tikar lantaran tidak memiliki benih. Bantuan keramba jaring apung dari pemerintah tidak terpakai pada akhirnya.
Dia pun kalah bersaing dengan eksportir karena harga jual bibit melambung tinggi. Harga seekor benih bening lobster pasir kini berada di kisaran Rp 15 ribu. Sebelum ekspor diizinkan, harga tertinggi berada di kisaran Rp 8.000 per ekor. Pemerintah menetapkan harga jual sebesar Rp 5.000 per ekor untuk lobster pasir dan Rp 10 ribu untuk lobster jenis mutiara.
“Masalah-masalah ini sebenarnya sudah diatur pemerintah, tapi implementasinya kacau balau,” ujar Amin. Dia berharap pemerintah lebih tegas menegakkan aturan ekspor benih lobster ini. Hak pembudi daya untuk mendapatkan akses terhadap benih berkualitas tinggi dengan harga terjangkau perlu dijamin pemerintah.
Di sisi lain, harga jual benih yang tinggi menghambat kegiatan usaha eksportir benih. Sumber Tempo mengaku menghentikan sementara pengiriman benih karena masalah harga. Perusahaan harus mengeluarkan Rp 16 ribu per ekor benih lobster pasir yang berasal dari perairan Jawa Barat. Dengan tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP), kargo, pengiriman barang ke Jakarta, dan pengemasan, modal perusahaan berada di kisaran Rp 20 ribu per ekor. Angka itu belum memperhitungkan potensi kerusakan benih selama perjalanan. Sementara itu, harga beli di Vietnam hanya Rp 18 ribu per ekor. “Dengan perhitungan tadi, saya heran mengapa perusahaan lain bisa tetap mengekspor,” kata dia.
Sejak keran ekspor dibuka pada Mei lalu, eksportir ini baru melakukan pengiriman pada September. Sehari setelah Bea dan Cukai, kepolisian, dan Badan Karantina Bandara Soekarno-Hatta mengungkap upaya penyelundupan benih oleh 14 eksportir, harga benur di dalam negeri anjlok. “Kami beli di kisaran Rp 5.000,” katanya. Namun keesokan harinya harga kembali naik seperti sekarang.
VINDRY FLORENTIN
Puluhan Juta Benur Mendarat di Vietnam
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo