Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siapa Sebenarnya Endang Wijaya ?

Endang Wijaya alias A Tjai dari Medan ke Jakarta. Order pertama dengan pihak BPO Pluit berhasil baik sehingga dipercaya. Kasusnya semula mengenai kewarganegaraan lalu merembet ke soal korupsi. (kt)

24 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

VILLA itu paling megah di antara sekitar 20 rumah megah di jaIm Samudera Raya, Pluit, Jakarta Utara. Bertingkat dua, lantai atas sebelah kanan berbentuk setengah lingkaran. Di bawahnya ruang tamu Lantai bawah sebelah kiri garasi dengan 4 pintu rolling door. Senin pagi kemarin di halaman tampak 3 mobil Mercy putih B 1090 ZA, BMW B 2993 RA dan Corolla hijau muda B 1778 ED. Kaca pintu dan jendelanya dari ray ban. Dilengkapi kolam ikan hias di halaman, seluruh lantainya dari ruang tamu sampai garasi dan dapur, dilapisi marmar putih berkilat. Pagar halaman yang setinggi 90 cm pun dari marmar pula. Tanaman di halaman depan teratur rapi, rumputnya halus menghijau. Ada bukit-bukitan di halaman sebelah kiri, ditumbuhi rerumputan, disangga batu alam. Bukit-bukitan lebih kecil juga terdapat di luar pagar di tepian jalan. Itulah rumah Endang Widjaja, alias Yap Eng Kui alias A Tjai, yang hari-hari terakhir ini tampak sepi. Rumah bernomor 17 itu menghadap ke utara. Di depannya taman dan beberapa meter lagi pantai. Siang hari udara di sana memang agak gerah. Tapi sorenya, angin laut berhembus nyaman. Dari lantai dua rumah itu bisa dinikmati matahari yang terbit pagi hari di ufuk timur. Juga sore harinya, ketika matahari tenggelam di cakrawala barat. Malam hari, sebuah lampu sorot kekuning-kuningan menerangi halaman. Beberapa minggu yang lalu sekelompok ibu-ibu dari sebuah departemen memerlukan meninjau pengaturan halaman rumah Endang Widjaja. Ketika itu mereka sedang mengikuti kursus penataan tanaman hias. Persis depan rumah itu ada gardu Pos Keamanan. Dua orang anggota Hansip berjaga-jaga di sana. Malam hari, mereka berjaga sambil menikmati pesawat televisi 14 inci, berlainan dengan Pos Hansip lain di kompleks Pluit yang tak menyediakan fasilitas begitu. Biasanya mereka melarang orang yang terlalu lama mengamati villa itu. Apalagi memotret. Sebelah kanan villa itu, nomor 18, kini ditempati oleh tim gabungan Kejaksaan Agung dan Opstibpus. Di ruang depan, selalu tampak seorang penjaga berseragam hijau duduk menghadapi sebuah meja. Kabarnya itu milik bekas seorang kepala daerah tingkat I. Di sana, minggu lalu tampak 2 mobil VW Safari putih B 1202 KE -- yang disita dari bekas Walikota Jakarta Utara -- dan sebuah Honda Civic. Endang Widjaja sendiri sudah 8 bulan meringkuk dalam tahanan di Jatibaru. "Suami saya sering dijadikan sasaran kesalahan. Tapi ia tak mau menyeret orang lain dalam perkara Pluit ini," tambahnya, sambil melanjutkan memasak di dapur. Nyonya Endang mengenakan pakaian sederhana saja. Anting-anting perak di kedua telinganya. Melangkah di lantai yang putih berkilat itu, ia melepas alas kaki. Siapa sebenarnya Endang Widjaja? Tak ada orang BPO Pluit yang bersedia bercerita. Kabarnya ia seorang pengusaha "melarat" ketika tahun 1970 datang dari Medan ke Jakarta. Tantangan pertama baginya datang dari BPO Pluit, untuk memugar sekitar 30 rumah di sepanjang jalan Jembatan Dua. Ia menyelesaikan order itu dengan baik dan lancar, membuat orang BPO Pluit terpesona. Seorang bekas pejabat DKI dan pimpinan BPO Pluit bahkan mengatakan, "yang penting, dia bisa mengerjakan sesuatu dari tak ada menjadi ada. Ancol dan Pluit, dulu tak ada apa-apanya, sekarang menjadi hebat." Di kalangan bekas tetangga-tetangganya, Endang Widjaja dikenal sebagai warga yang cukup dermawan. "Dia selalu menyumbang uang dalam jumlah besar kalau RW mengadakan ulangtahun Jakarta misalnya. Malah juga ada beberapa artis terkenal yang diundangnya," kata seorang bekas tetangganya. Tapi di kalangan Laksus, ia orang istimewa. Endang Widjaja yang ditahan sejak 13 September 1977 itu mula-mula karena tuduhan menyembunyikan buronan PKI Sumatera Utara, P. Harahap. Ketika para petugas menyergap rumahnya, ditemukan beberapa surat yang ada sangkut-pautnya dengan kredit Bank Bumi Daya. Maka kasusnya pun merembet ke masalah perbankan. Tapi kewarganegaraan Endang Widjaja sendiri kabarnya tak jelas. Seperti kata Laksamana Sudomo beberapa bulan lalu, ketika ia masih menjabat Kas Kopkamtib, "mula-mula masalahnya karena soal kewarganegaraan yang tidak jelas, tapi lalu merembet ke soal perbankan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus