Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat berbeda sikap dalam menanggapi makin mesranya hubungan Partai Gerindra dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. PKS berkukuh tetap menjadi partai oposisi dan berharap Gerindra juga tetap bersamanya menjadi oposisi. Sedangkan PAN dan Demokrat membuka peluang bergabung atau bekerja sama dengan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKS, Mardani Ali Sera, mengatakan para pendukung Prabowo berharap adanya pergantian presiden. Saat harapan itu kandas karena pasangan Prabowo-Sandiaga Salahuddin Uno dikalahkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, harapan itu beralih menjadi keinginan supaya Prabowo memimpin partai oposisi. Mardani yakin Prabowo memahami keinginan para pendukungnya, meskipun hubungan Partai Gerindra dan PDI Perjuangan makin mesra dalam beberapa hari terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami yakin Pak Prabowo akan tetap menjadi oposisi," kata Mardani kepada Tempo, kemarin.
Rabu lalu, Prabowo mengunjungi kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Prabowo datang bersama Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo dan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. Adapun Megawati didampingi Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Puan Maharani, dan Muhammad Prananda Prabowo.
Dalam pertemuan itu mereka berbincang sambil menikmati nasi goreng buatan Megawati. Seusai pertemuan, Prabowo mengirim lukisan Bung Karno naik kuda untuk Megawati. Megawati mengatakan berencana mengundang Prabowo untuk hadir dalam Kongres V PDI Perjuangan yang bakal digelar di Bali, Agustus nanti. Megawati juga menyatakan bersedia menjadi perantara jika Prabowo hendak bertemu lagi dengan Presiden Jokowi.
Mardani mengklaim tidak mempersoalkan pertemuan antara Prabowo dan Megawati. Namun ia menyayangkan sikap Prabowo yang tidak kunjung menyatakan sikap tegas untuk menjadi oposan. Ia berharap Gerindra tidak tergoda dengan adanya tawaran kursi kabinet sehingga memilih bergabung dengan koalisi partai pemerintah. “Malu kalau saya. Sudah kalah, minta-minta," ucapnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Renanda Bachtar, mengatakan semua partai politik memiliki hak untuk menentukan sikap politiknya, termasuk memilih untuk menjadi oposisi atau sebaliknya. Seperti halnya Partai Demokrat yang membuka peluang bergabung dengan pemerintah.
Renanda mengklaim partainya telah mendapat tawaran dari Presiden Jokowi melalui Agus Harimurti Yudhoyono. Rencananya, pada awal Agustus nanti, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, bakal bertemu dengan Presiden Jokowi. “Untuk membahas tawaran koalisi yang pernah dijanjikan Jokowi kepada Demokrat," ujar Renanda, kemarin.
Sedangkan Ketua Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan, menyatakan mengapresiasi pertemuan Prabowo dengan Megawati. Menurut dia, pertemuan tersebut bisa makin memulihkan kembali sikap politik publik yang sempat terbelah saat pemilihan presiden. “Bagus. Sekeras apa pun persaingan, kalau pemimpin-pemimpin, tokoh-tokoh bersilaturahmi, insya Allah tidak ada apa-apa," ucapnya. Namun ia enggan berkomentar mengenai gagasan masuknya Gerindra ke koalisi partai pemerintah. “Soal koalisi lain lagi."
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Edhy Prabowo, mengatakan pertemuan antara Prabowo dan Megawati adalah salah satu upaya mendinginkan suhu politik pasca-pemilihan umum. Sebelum bertemu dengan Megawati, Prabowo pun sudah bertemu dengan Presiden Jokowi di gerbong kereta MRT pada 13 Juli lalu.
“Kondisi bangsa terbelah dua pilihan. Bagaimana dua pilihan ini kembali rukun tidak sporadis pecah, akhirnya jadi hal lebih berat kita tangani ke depan," kata Edhy, kemarin. Sedangkan mengenai kemungkinan bergabungnya Gerindra ke koalisi partai pemerintah, “Gerindra belum memutuskan." BUDIARTI UTAMI PUTRI | AVIT HIDAYAT
Dominan di Senayan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo