Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Surya Paloh mengakui NasDem berpeluang berkoalisi dengan Demokrat dalam menghadapi pemilihan presiden 2024.
Di antara NasDem dan Demokrat maupun PKS sudah terbangun kesepahaman dalam menghadapi Pemilu 2024.
NasDem akan melobi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menjajaki koalisi kedua partai.
JAKARTA – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, mendekati Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat setelah partainya memutuskan tiga nama calon presiden 2024. Paloh lebih dulu bertemu dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu, lalu bersua dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paloh tak menampik jika dikatakan dalam penjajakan koalisi tersebut dirinya menyodorkan tiga nama calon presiden 2024 yang diputuskan rapat kerja nasional NasDem, pekan lalu. Ketiga nama itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kemungkinan itu ada. Cuma kan belum pada hari ini. Tapi kemungkinan itu ada," kata Surya, Kamis, 23 Juni 2022. Ia mengakui bahwa peluang berkoalisi dengan Demokrat cukup besar.
Surya Paloh dan AHY sudah tiga kali bertemu membahas persoalan Pemilu 2024. Dua kali pertemuan terdahulu terjadi pada 29 Maret dan 5 Juni lalu. Pertemuan kemarin digelar di kantor DPP NasDem, di Jalan Raden Pandji Soeroso Nomor 42-46, kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat.
Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya, mengatakan tak ada pembahasan spesifik ataupun tawaran politik yang diberikan AHY maupun Surya Paloh dalam tiga kali pertemuan tersebut. Meski begitu, Willy mengatakan Paloh mengingatkan AHY bahwa NasDem dan Demokrat tak bisa berjalan berdua dalam menghadapi pemilihan presiden 2024 karena akumulasi perolehan kursi kedua partai di Dewan Perwakilan Rakyat tak mencapai 20 persen--ambang batas pencalonan presiden.
Willy mengatakan kedua partai butuh waktu untuk memutuskan berkoalisi. Tapi, paling penting, di antara kedua partai sudah terbangun kesepahaman. “Kami sudah punya modalitas yang cukup. Tak hanya kedekatan partai ke partai, tapi juga kedekatan kultural," kata Willy, kemarin.
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh (kedua kiri) dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kedua kanan) setelah melakukan pertemuan di kantor DPP NasDem, Jakarta, 22 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Willy menjelaskan, poin penting yang sudah didekati antara NasDem dan Demokrat maupun PKS adalah komitmen meningkatkan kualitas Pemilu 2024, tak menggunakan politik kebencian dan intoleransi, serta menjunjung tinggi persatuan dan stabilitas.
AHY juga memberi sinyal akan berkoalisi dengan NasDem. Sinyal itu terlihat dari pengakuan AHY bahwa Demokrat dan Paloh cukup dekat. Paloh bahkan dekat dengan penggagas Partai Demokrat yang juga orang tua AHY, Susilo Bambang Yudhoyono, sejak 2004.
"Ini seperti membangun kembali, bukan hanya nostalgia atau kebersamaan dan sejarah, tapi yang kami senang adalah tidak hanya retrospektif masa lalu tapi juga kami membicarakan lebih banyak masa depan," kata AHY.
Meski begitu, AHY menepis anggapan bahwa Demokrat dan NasDem sudah bersepakat mengusung pasangan calon presiden tertentu dalam pertemuan tersebut. Ia juga membantah bahwa dirinya akan diusung sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi satu dari tiga kandidat calon presiden pilihan NasDem.
"Kami sepakat tidak harus bicarakan komposisi A dan B, karena itu mengunci satu sama lain. Kami enjoy betul bicara bagaimana membangun kebersamaan dulu," kata AHY.
Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Johnny Gerald Plate, menjelaskan ada tiga fokus isu setiap kali pengurus NasDem bertemu dengan elite partai politik lainnya. Ketiga isu itu adalah memastikan Pemilu 2024 berjalan lancar dan aman, menyelesaikan dengan baik pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga 2024, dan menjajaki koalisi dalam menghadapi pemilihan presiden mendatang.
"Nanti akan mengarah ke koalisi, tapi ini baru penjajakan lebih dalam terkait dengan dua subyek tujuan tadi," kata dia.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengumumkan tiga bakal calon presiden dalam rakernas Partai NasDem di Jakarta Convention Center, Jakarta, 17 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Menurut Plate, saat ini NasDem berkonsentrasi menyiapkan calon presiden terbaik, yaitu tiga nama yang diputuskan hasil rapat kerja nasional partainya pada 16 Juni lalu. Ketiga nama tersebut disodorkan saat Paloh bertemu dengan Akhmad Syaikhu ataupun AHY.
Selain dengan PKS dan Demokrat, kata Plate, NasDem menjajaki peluang berkoalisi dengan partai politik lainnya, termasuk dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Peluang berkoalisi dengan PDIP cukup terbuka karena NasDem ikut mengusung Ganjar Pranowo, yang juga kader PDIP.
Adapun PDIP sendiri belum menyebutkan nama calon presiden yang akan diusung. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, berulang kali menegaskan bahwa keputusan memilih calon presiden adalah hak prerogatifnya sebagai ketua umum. Hak prerogatif itu merupakan amanah kongres partai berlambang banteng moncong putih ini serta menjadi rekomendasi Rapat Kerja Nasional II PDIP, kemarin. "Tidak usah terburu-buru. Waktunya masih dua tahun lagi,” kata Megawati saat penutupan rapat kerja nasional PDIP, kemarin.
Dalam berbagai kesempatan, Ganjar mengatakan akan menghormati keputusan tersebut. Plate mengatakan NasDem juga menghormati keputusan PDIP maupun Ganjar tersebut. “Untuk itu, perlu ada komunikasi karena keputusannya ada di Ketua Umum PDIP," ujar Plate.
Kepala Departemen Politik dan Sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, melihat NasDem, Demokrat, dan PKS sangat berpeluang untuk berkoalisi. Peluang itu semakin terlihat ketika partai lain juga sudah membentuk koalisi. Misalnya, gabungan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Lalu, Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa juga akan berkoalisi.
Arya melihat partai politik, termasuk Partai NasDem, terdorong untuk membentuk koalisi lebih cepat karena situasi yang kompetitif di antara bakal calon presiden 2024. "Pertemuan beberapa hari ini sepertinya sudah muncul titik negosiasi antar-partai, terutama terkait kandidasinya akan seperti apa, power sharing-nya, dan program strategis ke depan," kata Arya.
EGI ADYATAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo