Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Direktorat Jenderal Perkeretaapian merenovasi Stasiun Manggarai secara besar-besaran.
Setelah peron layang di sisi barat dioperasikan, DJKA bersiap membangun peron serupa di sisi timur Stasiun Manggarai.
DJKA akan mengebut pembangunan peron layang di sisi timur.
JAKARTA – Stasiun Manggarai bersolek. Stasiun yang memiliki luas 24.700 meter persegi ini—stasiun terluas di Ibu Kota—sedang mendapat renovasi besar dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan yang paling mencolok adalah bangunan tiga lantai di sisi barat. Pada lantai teratas, DJKA membangun empat jalur layang untuk relasi Bogor/Depok menuju Jakarta Kota dan sebaliknya. Pemindahan jalur ke lintasan layang itu menjadi bagian dari proyek double-double track (DDT) di Stasiun Manggarai. Jalur layang di stasiun itu telah dibuka pada Sabtu pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengoperasian jalur layang itu bukan menjadi akhir pembenahan. DJKA tengah mengebut pembangunan di sisi lain. "Dilanjutkan tahap selanjutnya. Di sisi timur akan dibangun bertingkat sama dengan sisi barat," kata Kepala Humas DJKA Kementerian Perhubungan, Supandi, kemarin.
Supandi enggan merinci berapa lama pembangunan dan biaya yang akan dihabiskan untuk merenovasi Stasiun Manggarai. Namun Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pada Maret lalu, pernah menyebutkan biaya pembangunan double-double track (DDT) Manggarai-Cikarang menelan biaya sekitar Rp 5 triliun. Proyek tersebut meliputi pembangunan Stasiun Jatinegara, Matraman, dan sisi barat jalur layang Manggarai-Jatinegara dan Bukit Duri-Cikini.
DJKA optimistis renovasi dan pembenahan kawasan serta antarmoda di stasiun mampu mendongkrak kualitas pelayanan transportasi. Walhasil, jumlah masyarakat yang beralih menggunakan moda transportasi umum akan bertambah.
Petugas berjaga dekat papan pemberitahuan peron jalur layang di Stasiun Manggarai, Jakarta, 27 September 2021. TEMPO/Indra Wijaya
Pembangunan jalur layang di Stasiun Manggarai bertujuan memisahkan jalur kereta api jarak jauh dan Commuter Line. Pemisahan ini sangat penting karena Manggarai setiap hari melayani ribuan penumpang, sehingga potensi terjadinya kecelakaan sangat tinggi. Jika semua jalur kereta masih satu bidang, masyarakat harus berjalan menyeberangi rel untuk naik dan turun dari KRL.
"Sekarang, sebagian penumpang tidak harus menyeberangi rel lagi," kata Supandi. "Meningkatkan keselamatan pengguna kereta, khususnya di Manggarai, karena lalu lalang masyarakat di persimpangan rel berkurang."
Dengan dioperasikannya rel layang, kata Supandi, perpindahan penumpang jalur Bogor menuju Tanah Abang menjadi lebih mudah. Sebab, kedua jalur berada dalam satu gedung. Begitu juga dengan penumpang kereta api Bandara Soekarno-Hatta yang dimudahkan saat pindah moda transportasi melalui bangunan baru di sisi barat. "Akses KRL sekarang bisa lewat pintu barat, arah Pasaraya Manggarai yang dekat dengan halte Transjakarta," kata dia.
Untuk membenahi stasiun di Ibu Kota, DJKA tak bekerja sendiri. Menurut Supandi, DJKA hanya berfokus membangun stasiun baru dan melakukan renovasi besar seperti di Stasiun Manggarai, Jatinegara, Bekasi, dan Cikarang. Adapun penataan kawasan stasiun, khususnya pembangunan fasilitas integrasi antarmoda, dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Transjakarta dan PT KAI.
Vice President Public Relation PT KAI, Joni Martinus, mengatakan perusahaannya mendukung upaya pemerintah mengintegrasikan transportasi di Jabodetabek. Dengan integrasi ini, masyarakat makin mudah mengakses transportasi umum. Penataan kawasan stasiun ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas para pengguna KRL. "Karena setelah ditata, kawasan stasiun menjadi lebih teratur dan dilengkapi dengan integrasi antarmoda yang baik," kata Joni, kemarin.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo